Cerebral palsy pada bayi merupakan salah satu bentuk kelainan saraf otak yang membuat penderitanya sulit bergerak. Menderita kondisi ini membuat bayi mengalami berbagai gangguan pergerakan dan koordinasi tubuh, salah satunya tidak dapat menggerakkan sebagian sisi tubuhnya.
Cerebral palsy (CP) merupakan dampak dari kerusakan pada otak atau pertumbuhan otak yang tidak normal. Seorang anak atau bayi dapat terlahir dengan kondisi ini atau mengalaminya setelah ia dilahirkan. Anak atau bayi bisa dicurigai mengalami cerebral palsy, jika ia memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko berikut ini.
Berbagai Faktor Risiko Cerebral Palsy
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang bayi mengalami CP, yaitu:
- Prematur, misalnya lahir sebelum usia kandungan 32 minggu.
- Kekurangan oksigen pada otak, misalnya akibat asfiksia atau gangguan napas berat.
- Infeksi selama dalam kandungan, misalnya akibat penyakit rubella, herpes, toxoplasmosis, dan infeksi ketuban.
- Meningitis setelah lahir.
- Nilai Apgar yang rendah ketika lahir.
- Perdarahan pada otak.
- Cedera kepala, misalnya akibat terjatuh atau penggunaan forceps atau vacuum saat dilahirkan.
- Kelainan genetik.
- Stroke atau hambatan aliran darah ke otak.
Inilah Gejala Cerebral Palsy pada Bayi
Gejala cerebral palsy pada bayi biasanya sudah bisa terlihat sejak ia baru berumur beberapa bulan. Namun, kondisi ini sering kali tak disadari orang tua. Kebanyakan kasus cerebral palsy baru terdeteksi ketika bayi sudah berusia 1 atau 2 tahun. Bahkan terkadang kondisi ini baru terdiagnosis pada anak-anak yang lebih tua.
Secara umum, ada beberapa tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa bayi menderita cerebral palsy, yaitu:
- Gangguan tumbuh kembang, misalnya bayi belum bisa berguling, merangkak, duduk, dan berjalan.
- Terdapat bagian tubuh yang terlalu terkulai atau kaku.
- Bayi hanya menggunakan satu sisi tubuh saja dalam beraktivitas. Misalnya saat merangkak, ia menopang tubuhnya hanya dengan tangan dan kaki kanan saja.
- Sulit bernapas.
- Sering mengalami kejang.
- Gangguan pada penglihatan atau pendengaran.
- Tidak bisa bicara atau terlambat bicara.
Anda juga bisa mengenali tanda-tanda cerebral palsy secara spesifik berdasarkan umur bayi.
Pada bayi usia kurang dari 6 bulan, cerebral palsy biasanya ditandai dengan:
- Tidak bisa mengangkat kepala saat diangkat atau akan digendong.
- Salah satu bagian tubuhnya terasa kaku atau lemas.
- Saat diangkat, kakinya menyilang atau kaku.
- Saat digendong, ia bertingkah seakan tidak nyaman dan berusaha menjauh dari Anda.
Sementara pada bayi usia 6 bulan atau lebih, cerebral palsy dapat dikenali dengan munculnya gejala berupa:
- Bayi tidak berguling ke arah mana pun.
- Ia kesulitan menyatukan tangannya.
- Tangannya tak mampu menggapai mulutnya.
- Ia menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya hanya mengepal.
Lalu pada bayi berusia lebih dari 10 bulan, Anda perlu curiga bahwa ia menderita cerebral palsy jika:
- Merangkak miring hanya menggunakan satu tangan dan satu kaki, sementara tangan dan kaki lainnya diseret seperti tidak bisa digerakkan.
- Mengesot menggunakan paha atau bokongnya.
- Tidak dapat berdiri meski telah berpegangan atau bertumpu pada suatu benda.
Tak hanya itu, kelainan otak yang dialami penderita cerebral palsy juga dapat menimbulkan masalah kesehatan lain, seperti tremor (gemetaran), tubuh kaku, otot lemas, atau gangguan koordinasi tubuh.
Tanda dan gejala cerebral palsy tidak selalu sama pada setiap bayi yang mengalaminya. Hal ini tergantung pada bagian otak mana yang mengalami kerusakan. Kondisi ini pun sering kali mirip dengan beberapa penyakit lain.
Oleh karena itu, apabila bayi atau anak menunjukkan beberapa tanda dan gejala di atas, segeralah periksakan ke dokter agar dapat dipastikan penyebabnya.
Apakah Cerebral Palsy Bisa Disembuhkan?
Cerebral palsy merupakan kondisi yang akan dijalani seumur hidup. Hingga kini belum ditemukan metode pengobatan yang bisa menyembuhkan kondisi ini sepenuhnya. Namun, terdapat beberapa metode penanganan yang dapat dilakukan guna meringankan gejala dan menunjang agar bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik mungkin.
Tujuan terapi utama pada cerebral palsy juga lebih difokuskan untuk membantu bayi atau anak yang mengalami kondisi ini untuk bisa melakukan aktivitas secara mandiri, seperti menggenggam suatu benda, merangkak, duduk, dan berjalan.
Untuk memastikan apakah bayi mengalami cerebral palsy atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter anak terlebih dahulu. Dalam menentukan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada bayi atau anak, menanyakan riwayat kehamilan ibu, dan menentukan apakah terdapat masalah kesehatan tertentu pada bayi setelah ia bayi dilahirkan.
Dokter juga akan melakukan evaluasi tumbuh kembang dan pemeriksaan penunjang, seperti tes darah, elektroensefalografi (EEG), serta pemindaan otak dengan CT scan, MRI, atau USG kepala.
Langkah Penanganan Cerebral Palsy
Jika hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa bayi mengalami cerebral palsy, maka dokter dapat menyarankan beberapa langkah penanganan, yaitu:
1. Fisioterapi
Ada beberapa jenis terapi fisik (fisioterapi) yang bisa diterapkan untuk membantu bayi beradaptasi dengan kondisinya. Dokter akan menentukan jenis fisioterapi dan teknik latihan tertentu yang dibutuhkan bayi dengan kondisi ini sesuai bagian tubuh mana yang terdampak oleh cerebral palsy.
Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk meningkatkan kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerakan, dan kendali gerak bayi. Dengan begitu, diharapkan bayi bisa melakukan aktivitas dengan normal, misalnya mengangkat kepala, berguling, dan menggenggam.
2. Terapi wicara (speech therapy)
Terapi ini sebenarnya lebih ditujukan kepada anak-anak dengan cerebral palsy yang memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan berbicara. Pada bayi, terapi wicara ini bisa dilakukan untuk melatih kekuatan otot mulut dan rahangnya, sehingga dapat memperbaiki kemampuan berbicaranya nanti.
3. Evaluasi tumbuh kembang
Ini merupakan salah satu komponen penting dalam penanganan cerebral palsy. Tujuannya adalah untuk menilai apakah ada masalah dalam tumbuh kembang bayi dan memberikan penanganan sedini mungkin agar bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan normal.
4. Obat-obatan
Pemberian obat-obatan di sini bukan untuk menyembuhkan cerebral palsy, melainkan untuk mengatasi keluhan yang mengganggu.
Misalnya jika terdapat otot yang kaku sehingga bayi sulit bergerak atau menjalani terapi fisik atau terapi wicara, maka dokter bisa memberikan obat pelemas otot, seperti diazepam, baclofen, dan suntikan onabotulinumtoxin A (botox). Apabila cerebral palsy membuat pasien sering mengalami kejang, dokter dapat memberikan obat antikejang.
Selain dengan obat dan terapi, gejala cerebral palsy juga bisa diringankan dengan operasi. Biasanya metode ini dilakukan ketika penanganan lain tidak efektif atau terjadi komplikasi, seperti kontraktur atau terbentuknya jaringan parut yang membuat gerakan otot jadi terbatas, atau pertumbuhan tulang yang tidak normal.
Selain penanganan medis di atas, dukungan emosional dan dorongan atau stimulus tumbuh kembang yang baik dari orang juga merupakan langkah yang sangat penting dalam penanganan bayi dengan cerebral palsy.
Dengan penanganan yang tepat dan dukungan yang baik dari keluarga, bayi dan anak yang menderita cerebral palsy memiliki peluang yang tinggi untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan normal, meski tetap memiliki keterbatasan. Pada kebanyakan kasus, penderita cerebral palsy harus menggunakan alat bantu, seperti kursi roda, seumur hidupnya.
Oleh sebab itu, apabila terdapat tanda gejala yang menunjukkan anak atau bayi mengalami cerebral palsy, segeralah bawa ia ke dokter anak atau dokter anak ahli neurologi untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.