Twin to twin transfusion syndrome adalah komplikasi serius pada kehamilan kembar identik. Kondisi ini jarang terjadi, tetapi bila tidak segera ditangani bisa berdampak buruk pada kondisi kedua janin. Oleh karena itu, langkah penanganan perlu dilakukan secara cepat.
Twin to twin transfusion syndrome (TTTS) terjadi ketika adanya ketidakseimbangan aliran darah pada janin kembar, sehingga mengganggu suplai nutrisi dan oksigen yang kedua janin butuhkan. Akibatnya, salah satu janin mendapatkan pasokan darah yang melimpah, sedangkan janin lainnya kekurangan.
Penyebab Twin to Twin Transfusion Syndrome
Penyebab twin to twin transfusion syndrome hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, gangguan pembelahan sel setelah pembuahan diduga menjadi penyebab utama dari kelainan plasenta dan gangguan aliran darah pada janin kembar.
TTTS merupakan kondisi yang tidak boleh disepelekan. Adanya ketidakseimbangan pasokan darah yang diterima janin kembar dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya, bahkan menyebabkan kematian.
Janin yang menerima sedikit pasokan darah bisa mengalami hambatan pertumbuhan dan anemia. Sementara itu, janin lainnya yang mendapat pasokan darah terlalu banyak dan mengalami kelebihan cairan bisa mengalami gangguan pada sistem pernapasan, sistem pencernaan, jantung, dan otak.
Tanda dan Gejala Twin to Twin Transfusion Syndrome
Twin to twin transfusion syndrome diperkirakan terjadi pada 15% kehamilan kembar identik. Oleh karena itu, ibu yang mengandung bayi kembar perlu mengetahui gejala dari kondisi ini agar penanganan dapat dilakukan dengan cepat.
Ada beberapa tanda dan gejala twin to twin transfusion syndrome yang bisa dialami oleh ibu hamil, yaitu:
- Pertumbuhan rahim yang cepat
- Ukuran rahim dan perut yang lebih besar dari usia kehamilan pada umumnya
- Berat badan berlebih
- Nyeri perut, sesak napas, dan kontraksi
- Pembengkakan pada kaki dan tangan di awal kehamilan
Jika Anda sedang mengandung bayi kembar dan mengalami tanda atau gejala tersebut, segeralah periksakan diri ke dokter kandungan. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk USG, untuk memastikan penyebab keluhan yang Anda alami.
Jika disebabkan oleh TTTS, hasil USG akan menunjukkan beberapa hal berikut ini:
- Hanya terdapat satu plasenta
- Ada perbedaan antara ukuran dan berat kedua janin
- Perbedaan ukuran kantung ketuban dan tali pusat
- Penumpukan cairan pada tubuh salah satu janin kembar
- Kelebihan cairan ketuban pada salah satu janin kembar, sedangkan janin lainnya memiliki cairan ketuban yang sedikit
Selain pemeriksaan USG, dokter kandungan mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan lain, seperti ekokardiografi atau MRI, untuk memastikan kondisi yang Anda alami.
Penanganan Twin to Twin Transfusion Syndrome
Ibu hamil yang terdiagnosis mengalami TTTS disarankan untuk rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan. Penanganan untuk kondisi TTTS tergantung pada tingkat keparahannya.
Jika TTTS tidak parah, dokter akan memantau kondisi janin secara berkala. Apabila kondisi TTTS dicurigai dapat menghambat dan mengganggu tumbuh kembang janin, dokter akan merekomendasikan beberapa tindakan berikut ini:
1. Amnioreduksi
Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi cairan ketuban pada salah satu janin yang memiliki pasokan cairan berlebih. Salah satu metode yang paling sering digunakan pada aminoreduksi adalah amniocentesis. Tindakan ini bertujuan untuk membuat jumlah cairan ketuban menjadi normal dan memperbaiki sirkulasi darah pada janin.
2. Bedah fetoskopi laser
Jika metode amnioreduksi tidak efektif, prosedur fetoskopi laser bisa menjadi alternatif untuk menangani kondisi TTTS. Tindakan ini dilakukan dengan cara menyumbat pembuluh darah yang mengalami kelainan, sehingga janin bisa mendapatkan pasokan darah yang seimbang.
3. Persalinan dini atau prematur
Pada beberapa kasus, persalinan dini juga bisa menjadi pilihan untuk menyelamatkan janin. Tindakan ini biasanya disarankan jika paru-paru janin sudah matang.
Meski tergolong kondisi yang jarang terjadi, twin to twin transfusion syndrome tidak boleh disepelekan. Hal ini karena TTTS bisa berdampak buruk terhadap janin, mulai dari perkembangannya terhambat, cacat lahir, hingga kematian. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk memeriksakan diri kehamilan secara rutin ke dokter.