Penyakit pada vagina dapat memengaruhi tingkat kesuburan, hasrat untuk berhubungan seksual, hingga kondisi kesehatan wanita secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang tepat agar masalah di vagina tidak semakin parah dan mengganggu.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga vagina tetap sehat. Salah satunya adalah mengenali berbagai gejala dari penyakit yang dapat menyerang vagina dan mengobatinya dengan tepat.
Selain itu, agar vagina tetap terlindungi dari penyakit, penting juga untuk rutin membersihkan vagina dengan benar dan menghindari perilaku seks berisiko, seperti sering berganti pasangan seksual dan berhubungan intim tanpa kondom.
Mewaspadai Berbagai Penyakit pada Vagina Berdasarkan Gejalanya
Gejala penyakit pada vagina sering kali menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita. Berikut ini adalah beberapa gejala yang harus Anda waspadai terkait dengan penyakit pada vagina:
1. Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)
Nyeri pada saat dan setelah berhubungan seksual (dispareunia) umumnya disebabkan oleh kondisi vagina yang kering atau kontraksi otot dinding vagina. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, misalnya menopause atau vulvodynia.
Dispareunia dapat menurunkan gairah seksual dan mengganggu keharmonisan dengan pasangan. Tak hanya berdampak secara fisik, dispareunia juga memengaruhi kesehatan mental wanita, seperti gangguan kecemasan, depresi, dan menurunkan rasa percaya diri.
2. Gatal pada daerah kemaluan
Gatal pada daerah kemaluan bisa jadi merupakan gejala dari infeksi, misalnya infeksi jamur atau infeksi bakteri. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada wanita yang mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang atau kurang menjaga kebersihan organ intimnya.
Selain itu, gatal pada daerah kemaluan wanita juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit lain, seperti dermatitis, psoriasis, lichen sclerosus, dan infeksi kutu pada rambut kemaluan.
3. Luka atau lecet di sekitar vagina
Luka atau lecet di sekitar vagina dapat menjadi gejala dari penyakit menular seksual, seperti herpes genital, sifilis, atau iritasi akibat penggunaan sabun pembersih vagina yang berbahan kimia keras. Lecet di vagina juga bisa disebabkan oleh pakaian dalam yang terlalu ketat.
4. Keluarnya cairan dari vagina
Keluarnya cairan dari vagina dikategorikan normal apabila kondisinya sama dengan keputihan biasa, yaitu tidak berbau, tidak disertai demam, atau tidak disertai rasa nyeri dan gatal.
Namun, jika keluarnya cairan vagina disertai perubahan tekstur, warna, bau, dan rasa gatal, Anda perlu lebih waspada karena bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh penyakit pada vagina, seperti:
- Infeksi jamur pada vagina, ditandai dengan cairan berwarna putih kental dan disertai rasa gatal pada vagina
- Vaginosis bakterialis, umumnya menimbulkan cairan vagina berbau amis dan berwarna abu-abu
- Trikomoniasis, ditandai dengan keputihan berwarna kekuningan atau kehijauan yang berbau amis dan disertai rasa gatal atau perih di vagina
- Vaginitis, umumnya disertai rasa nyeri, gatal, dan bau pada cairan vagina
5. Kutil kelamin
Tonjolan kecil yang keras dengan permukaan kasar dapat menjadi tanda adanya penyakit kutil kelamin. Jika tidak diobati, penyakit pada vagina yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) ini bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker vulva atau kanker serviks.
Kutil kelamin bisa ditangani oleh dokter dengan pemberian obat-obatan oles, misalnya krim atau salep, bisa juga dengan pemotongan kutil menggunakan kauter atau operasi.
6. Perdarahan vagina yang tidak normal
Perdarahan vagina di luar masa menstruasi atau setelah berhubungan seksual dapat menjadi gejala infeksi, seperti chlamydia. Kondisi ini juga dapat menjadi gejala kanker, kehamilan ektopik, atau efek samping kontrasepsi dalam rahim (IUD).
7. Benjolan pada mulut vagina
Benjolan pada mulut vagina bisa menjadi tanda adanya pembengkakan kista Bartholin di bagian dalam bibir vagina.
Kista Bartholin sering kali dialami oleh wanita setelah masa pubertas. Selain itu, benjolan juga dapat disebabkan oleh infeksi infeksi pada batang rambut kemaluan (folikulitis).
8. Ruam pada vagina
Ruam pada vagina dapat disebabkan oleh jerawat, iritasi atau alergi di kulit sekitar vagina karena paparan sabun, losion, atau pembersih vagina yang mengandung bahan kimia iritatif.
Selain itu, jika disertai benjolan yang tampak mengilat, ruam pada vagina juga bisa disebabkan oleh molluscum contagiosum. Umumnya, ruam pada vagina yang disebabkan oleh kondisi ini tidak terasa sakit atau gatal.
Jika Anda mengalami gejala penyakit pada vagina seperti yang telah disebutkan di atas, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.
Mencegah Penyakit pada Vagina dengan Menjaga Kesehatannya
Selain mengenali gejala penyakit pada vagina, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kesehatan vagina, antara lain:
Bersihkan vagina dengan benar
Cara membersihkan vagina yang benar adalah dengan membasuhnya menggunakan air bersih, lalu keringkan dengan tisu dari arah vagina menuju anus. Saat membersihkan vagina, Anda tidak harus menggunakan sabun atau pembersih kewanitaan karena bisa menyebabkan iritasi atau alergi.
Hindari perilaku seks berisiko
Langkah ini merupakan salah satu cara penting untuk menjaga kesehatan vagina sekaligus melindungi diri Anda dan pasangan dari penyakit menular seksual. Agar lebih aman, Anda disarankan untuk tidak berganti pasangan dan selalu menggunakan kondom saat berhubungan intim.
Hindari penyebab iritasi atau alergi di vagina
Vagina bisa mengalami peradangan, gatal, dan bengkak karena alergi atau iritasi. Ada banyak hal yang bisa menimbulkan keluhan tersebut, di antaranya penggunaan sabun atau produk pembersih vagina, pembalut yang mengandung pewangi, atau kondom yang mengandung spermisida.
Oleh karena itu, Anda perlu menghindari pemakaian produk tersebut untuk mencegah terjadinya masalah di vagina. Untuk menjaga vagina tetap bersih dan kering, kenakanlah pakaian yang dapat menyerap keringat, misalnya yang berbahan linen atau katun.
Lengkapi imunisasi
Imunisasi tidak hanya untuk bayi dan anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Guna mencegah terjadinya penyakit di vagina dan organ reproduksi, seperti kutil kelamin, kanker serviks, dan hepatitis B, Anda disarankan untuk mendapatkan vaksinasi HPV dan hepatitis B.
Rutin memeriksakan diri ke dokter
Anda juga perlu memeriksakan kesehatan organ intim secara rutin ke dokter. Untuk mengevaluasi kondisi kesehatan vagina dan organ reproduksi, dokter dapat melakukan pemeriksaan, seperti pemeriksaan panggul dan Pap smear.
Wanita berusia 21–29 tahun disarankan untuk melakukan pemeriksaan Pap smear setiap 3 tahun, sedangkan wanita berusia 30–65 tahun perlu melakukan pemeriksaan Pap smear setiap 5 tahun diikuti dengan pemeriksaan HPV.
Selain itu, Anda juga disarankan untuk melakukan senam Kegel untuk mengencangkan otot panggul dan vagina serta jauhi rokok dan minuman beralkohol agar kondisi kesehatan Anda tetap prima.
Vagina yang sehat dan terawat akan membuat Anda merasa lebih nyaman dan terhindar dari berbagai penyakit. Namun, Anda perlu waspada dan segera menemui dokter, jika mengalami beberapa gejala berikut ini:
- Terjadi perubahan warna, jumlah, atau bau pada cairan vagina, terutama jika disertai dengan gejala lain, seperti gatal, nyeri atau demam
- Muncul benjolan pada vagina
- Mengalami vagina gatal, iritasi, dan kemerahan
- Merasa tertekan di area vagina
- Mengalami perdarahan di luar masa menstruasi, setelah menopause, atau setelah berhubungan seksual
Menjaga kesehatan organ intim adalah hal yang penting dilakukan oleh setiap wanita. Dengan vagina yang bersih dan sehat, Anda akan terhindar dari berbagai penyakit pada vagina. Apabila merasakan keluhan yang mengganggu pada vagina, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.