Ginjal bocor merupakan salah satu tanda adanya kerusakan atau gangguan pada ginjal. Di tahap awal, ginjal bocor sering kali tidak bergejala, sehingga banyak orang yang tidak menyadari bahwa ginjalnya bermasalah. Biasanya, gejala baru muncul ketika kerusakan ginjal sudah cukup berat.
Salah satu fungsi utama ginjal adalah menyaring darah. Ginjal yang sehat akan menyaring zat sisa dan racun untuk dibuang melalui urine. Sementara, zat penting lain yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, glukosa, dan mineral, akan diserap kembali oleh ginjal dan dikembalikan ke dalam aliran darah.
Ketika ginjal mengalami kerusakan, fungsi ginjal dalam menyaring dan menyerap zat-zat penting dari darah akan terganggu. Akibatnya, protein tersebut akan bocor dan ikut terbuang melalui urine.
Urine yang mengandung sedikit protein umumnya dianggap normal. Namun, jika jumlah protein yang terbuang melalui urine cukup banyak, kondisi ini disebut sebagai ginjal bocor.
Penyebab Terjadinya Ginjal Bocor
Ginjal bocor atau proteinuria bisa disebabkan oleh beberapa kondisi atau penyakit, seperti:
- Penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, gagal ginjal akut maupun kronis, sindrom nefrotik, dan nefropati diabetik
- Preeklamsia
- Penyakit autoimun, misalnya lupus dan Henoch-Schonlein purpura (HSP)
- Endokarditis atau peradangan pada dinding jantung akibat infeksi
- Kanker, misalnya kanker ginjal, kanker paru-paru, kanker usus besar, dan limfoma
- Efek samping obat-obatan
- Dehidrasi
Selain itu, seseorang juga lebih berisiko terkena ginjal bocor apabila memiliki kondisi atau penyakit tertentu, seperti diabetes dan hipertensi yang tidak terkontrol, keracunan, obesitas, dan infeksi. Ginjal bocor juga lebih rentan terjadi pada orang yang berusia lanjut (di atas 65 tahun).
Beberapa Tanda dan Gejala Ginjal Bocor
Pada tahap awal, ginjal bocor jarang menimbulkan gejala. Biasanya, gejala baru muncul ketika penyakit ginjal atau gangguan lain yang menyebabkan ginjal bocor sudah berkembang hingga ke tahap yang berat.
Beberapa tanda dan gejala ginjal bocor yang perlu diwaspadai, yaitu:
1. Urine berbusa
Urine yang normal mengandung sedikit protein atau tidak ada protein sama sekali, berwarna jernih atau kekuningan, serta encer dan tidak berbusa. Jika urine tampak banyak berbusa setiap kali buang air kecil, hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya kadar protein dalam urine akibat ginjal bocor.
2. Bengkak-bengkak
Bengkak-bengkak atau edema terjadi akibat penimbunan cairan di jaringan tubuh. Ketika ginjal mengalami kebocoran, kadar protein albumin dalam darah berkurang karena sebagian terbuang bersama urine.
Hal tersebut akan menyebabkan penumpukan cairan dan pembengkakan di beberapa bagian tubuh seperti tangan, kaki, perut, mata, dan wajah.
3. Kram otot dan tulang rapuh
Protein merupakan nutrisi penting untuk meningkatkan kekuatan otot dan tulang. Kekurangan protein dalam tubuh tentu akan menyebabkan sejumlah masalah pada otot dan tulang, seperti kram otot, mudah lelah, dan mudah terjadi patah tulang.
Penderita ginjal bocor berisiko mengalami masalah pada otot dan tulang lantaran menurunnya kadar protein dalam tubuh karena terbuang bersama urine.
4. Rentan terkena infeksi
Protein merupakan salah satu zat yang berperan untuk membentuk antibodi guna melindungi tubuh dari infeksi. Bila jumlah antibodi dalam tubuh tidak memadai, sistem kekebalan tubuh juga akan menurun sehingga membuat penderita rentan terkena infeksi.
Selain beberapa gejala di atas, penderita ginjal bocor juga bisa mengalami gejala berikut ini:
- Mual dan muntah
- Kulit gatal, kering, dan mengelupas
- Nafsu makan menurun
- Napas berat
- Susah tidur
- Lemas
- Sulit berkonsentrasi
- Lebih sering pipis dari biasanya
Ginjal bocor sering kali tidak bergejala. Kebanyakan kasus ginjal bocor baru terdeteksi ketika dokter melakukan tes urine dalam pemeriksaan kesehatan rutin.
Jadi, untuk mendeteksi dini kebocoran ginjal, Anda dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter secara berkala, terlebih jika sudah mengalami gejala-gejala ginjal bocor.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Anda positif mengalami ginjal bocor, dokter kemudian akan memberikan penanganan sesuai penyebabnya. Dokter dapat memberikan obat-obatan, menyarankan Anda untuk menjalani diet khusus, atau melakukan tindakan dialisis atau cuci darah.