Bedah ortopedi adalah jenis operasi yang bertujuan untuk mengatasi penyakit atau cedera pada tulang, sendi, tendon, ligamen, otot, serta saraf otot. Melalui bedah ortopedi, penderita penyakit pada sistem gerak tubuh tersebut dapat kembali bergerak, serta bekerja dan beraktivitas secara normal.
Pasien penyakit sistem gerak umumnya menjalani pengobatan nonbedah terlebih dahulu, seperti pemberian obat-obatan dan fisioterapi. Jika pengobatan nonbedah tidak efektif menyembuhkan keluhan yang dialami, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani prosedur bedah.
Tujuan dan Indikasi Bedah Ortopedi
Prosedur bedah ortopedi digunakan untuk mendiagnosis atau mengobati penyakit di tulang dan sendi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai teknik bedah ortopedi, serta penyakit tulang dan sendi yang dapat didiagnosis atau ditangani:
1. Artroskopi
Artroskopi dilakukan dengan memasukkan alat bernama artroskop melalui sayatan sebesar lubang kunci. Artroskop adalah selang tipis yang dilengkapi kamera kecil.
Artroskopi bisa dilakukan untuk memeriksa atau mengatasi gangguan sendi, seperti infeksi atau radang sendi, luka di sendi, dan kerusakan ligamen.
2. Pemasangan pen
Pemasangan pen bertujuan untuk menyambung dan menjaga posisi tulang yang patah dengan bantuan pen yang terdiri dari pelat logam dan baut khusus. Melalui prosedur ini, tulang yang patah akan dikembalikan ke posisi semula dan ditahan dengan bantuan pen selama masa penyembuhan.
3. Fusi tulang
Fusi tulang bertujuan untuk menyatukan beberapa tulang menjadi satu, bisa dengan cangkok tulang atau dengan bantuan logam. Fusi tulang sering dilakukan untuk mengatasi kelainan, seperti skoliosis, patah tulang belakang, tumor tulang belakang, infeksi, dan herniasi bantalan sendi tulang belakang (hernia nukleus pulposus)
Melalui fusi tulang, tidak ada lagi gerakan antara ruas tulang belakang. Dengan begitu, nyeri akibat gerakan ruas tulang belakang dapat menghilang.
4. Penggantian sendi
Operasi penggantian sendi dilakukan untuk mengganti sendi yang sudah rusak dengan sendi buatan. Operasi ini bisa dilakukan untuk mengganti sendi yang rusak, baik akibat peradangan, penyakit, patah tulang, maupun degenerasi usia
Sendi pengganti biasanya terbuat dari plastik, logam, atau keramik, yang dibuat khusus agar bisa meniru gerakan sendi aslinya. Dengan begitu, pasien dapat bergerak secara normal.
Sendi yang diganti bisa sebagian (parsial) atau seluruhnya (total). Prosedur ini sering kali dilakukan pada sendi panggul atau lutut, terutama jika sendi tersebut mengalami peradangan berat atau rusak.
5. Osteotomi
Osteotomi merupakan prosedur bedah yang dilakukan dengan cara memotong dan mengubah bentuk tulang. Osteotomi sering kali dilakukan di lutut untuk memperbaiki sendi lutut yang mengalami peradangan.
Prosedur osteotomi umumnya dilakukan untuk menangani radang sendi lutut pada pasien yang masih remaja dan tidak dianjurkan menjalani operasi penggantian lutut. Hal ini karena sendi buatan pada pasien yang masih muda lebih mudah rusak.
Selain untuk mengobati gangguan sendi, osteotomi juga dapat dilakukan di bagian tubuh lain seperti panggul, rahang, dagu, jari kaki, dan tulang belakang.
6. Operasi perbaikan tendon dan ligamen
Tendon dan ligamen adalah jaringan penghubung antara tulang dan otot. Keduanya dapat mengalami kerusakan atau robek, misalnya akibat cedera saat bermain sepak bola. Kondisi ini bisa menyebabkan sendi melemah sehingga gerakan sendi menjadi terbatas dan menimbulkan rasa sakit.
Melalui operasi perbaikan tendon dan ligamen, dokter akan menyambung kembali tendon dan ligamen yang robek.
Pasien dapat menjalani prosedur bedah ortopedi sesuai keluhan atau penyakit yang diderita. Bedah ortopedi juga bisa dikombinasikan dengan metode nonbedah, seperti terapi fisik, untuk mengoptimalkan proses penyembuhan.
Peringatan Bedah Ortopedi
Untuk mencegah timbulnya gangguan selama bedah ortopedi, beri tahu dokter jika:
- Sedang hamil
- Memiliki alergi terhadap lateks atau jenis obat bius tertentu
- Mengonsumsi obat tertentu untuk mengobati penyakit yang sedang diderita
- Mengonsumsi obat pengencer darah, seperti aspirin atau warfarin
Persiapan Bedah Ortopedi
Persiapan bedah ortopedi tergantung pada teknik bedah yang akan dijalani oleh pasien. Namun, pasien umumnya akan diminta untuk berpuasa terlebih dahulu, terutama bila direncanakan menerima bius umum. Pasien juga dianjurkan agar meminta keluarga untuk mengantar dan menjemput setelah operasi.
Pasien yang perlu menjalani cangkok tulang akan diinformasikan terkait pilihan bahan cangkok tulang. Bahan cangkok tulang umumnya dapat diperoleh dari tulang pasien sendiri. Bisa juga menggunakan bahan-bahan sintetis, seperti keramik, kalsium, atau protein khusus.
Prosedur Bedah Ortopedi
Prosedur bedah ortopedi yang dilakukan dokter tergantung pada jenis operasi, serta penyakit tulang dan sendi yang diderita pasien. Umumnya, bedah ortopedi dilakukan dengan membuat sayatan di kulit, tepatnya di area tulang atau sendi yang akan ditangani.
Sebelum operasi dimulai, pasien akan diminta untuk mengenakan pakaian khusus dari rumah sakit dan dibawa ke ruang operasi. Selanjutnya, pasien akan diminta berbaring di meja operasi dan diposisikan sedemikian rupa, tergantung pada bagian tulang atau sendi yang akan dioperasi.
Dokter akan memberikan obat bius, bisa bius lokal atau bius umum, tergantung pada kondisi pasien. Selanjutnya, dokter ortopedi akan membuat irisan pada kulit di lokasi tulang atau sendi yang akan dioperasi. Besarnya irisan kulit yang dibuat disesuaikan dengan jenis operasi dan teknik yang digunakan.
Operasi artroskopi dan osteotomi umumnya hanya membutuhkan satu atau dua sayatan kecil. Pada artroskopi, dokter akan memasukkan artroskop untuk melihat kondisi sendi lebih detail dan memperbaiki kerusakan di sendi.
Sementara pada operasi pemasangan pen, sayatan akan dibuat di sepanjang tulang yang patah. Selanjutnya, tulang yang patah akan dikembalikan seperti semula, kemudian dokter akan memasang pen untuk mempertahankan posisi tulang tersebut.
Setelah prosedur bedah selesai dilakukan, sayatan akan ditutup kembali menggunakan jahitan dan perban steril untuk mencegah infeksi. Selanjutnya, pasien akan diarahkan ke ruang perawatan untuk pemulihan pascaoperasi.
Setelah Bedah Ortopedi
Pasien bisa kembali ke rumah setelah menjalani rawat inap. Selama masa pemulihan, pasien diminta untuk beristirahat dan menjaga bagian tulang atau sendi yang telah dioperasi agar tidak banyak bergerak.
Pasien bisa mengalami keluhan berupa nyeri dan pembengkakan di bekas luka operasi. Untuk mengobatinya, dokter dapat memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Dokter akan mengatur jadwal check up pasien selama masa pemulihan. Jika bagian tubuh yang dioperasi sudah cukup stabil untuk digerakkan, dokter akan mengatur jadwal fisioterapi. Fisioterapi bertujuan untuk menguatkan otot, tulang, dan sendi.
Masa pemulihan pascaoperasi bisa berbeda-beda untuk setiap teknik operasi. Pasien umumnya bisa pulih selama beberapa hari atau minggu. Penting untuk diingat, pasien tidak boleh merokok selama masa pemulihan, karena kandungan nikotin di dalam rokok dapat mengganggu pemulihan tulang.
Komplikasi dan Efek Samping Bedah Ortopedi
Setiap jenis operasi, termasuk bedah ortopedi, berisiko menimbulkan efek samping atau komplikasi, antara lain:
- Infeksi luka operasi
- Kerusakan jaringan di area yang ditangani
- Pembentukan gumpalan darah
- Reaksi alergi terhadap obat bius
- Perdarahan dan kerusakan pembuluh darah
- Sendi terasa kaku
- Nyeri sendi kronis
- Kerusakan jaringan saraf
- Tulang, sendi, tendon, dan ligamen yang sudah dioperasi rusak kembali
Jika Anda mengalami keluhan atau efek samping di atas setelah menjalani bedah ortopedi, segera cari pertolongan medis agar mendapat penanganan. Anda juga dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter jika selama masa pemulihan muncul gejala berikut:
- Kemerahan dan bengkak di area operasi
- Demam
- Bagian tubuh yang dioperasi terasa kaku dan kesemutan
- Keluar cairan berbau dari area yang ditangani
- Nyeri hebat yang tidak membaik meski sudah minum obat pereda nyeri