Pemeriksaan penyakit infeksi adalah prosedur medis untuk mendeteksi jenis virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebabkan infeksi di tubuh. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui jenis penyakit infeksi yang diderita pasien sehingga pengobatan yang diberikan akan lebih efektif.
Beberapa mikroorganisme hidup di dalam tubuh manusia tetapi tidak berbahaya. Namun, sebagian mikroorganisme tersebut dapat berkembang biak lebih cepat dan menyebabkan penyakit infeksi.
Penyakit infeksi juga bisa terjadi akibat virus, bakteri, jamur, atau parasit yang tumbuh dan berkembang di lingkungan. Organisme tersebut bisa hidup di air, tanah, atau udara. Seseorang dapat terkena penyakit infeksi jika mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi organisme tersebut.
Tujuan dan Indikasi Pemeriksaan Penyakit Infeksi
Pemeriksaan penyakit infeksi dilakukan bila pasien mengalami keluhan dan gejala penyakit infeksi, seperti:
- Ruam kemerahan dan gatal-gatal
- Demam
- Menggigil
- Hidung tersumbat
- Batuk
- Nyeri otot
- Sakit kepala
- Lemas
- Mual dan muntah
- Diare
Selain gejala di atas, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penyakit infeksi bila pasien mengalami kondisi berikut:
- Digigit hewan atau serangga
- Muncul ruam atau pembengkakan di kulit
- Terjadi gangguan penglihatan secara tiba-tiba
- Demam tidak kunjung mereda
- Sesak napas
- Batuk yang berlangsung lebih dari 1 minggu
- Sakit kepala hebat
Peringatan Pemeriksaan Penyakit Infeksi
Pemeriksaan penyakit infeksi umumnya aman untuk dilakukan. Namun, prosedur ini dapat melibatkan pengambilan sampel darah menggunakan jarum. Oleh karena itu, pasien yang sedang mengonsumsi obat pengencer darah akan diminta oleh dokter untuk menghentikan konsumsi obat tersebut sementara waktu.
Selain itu, pasien yang menderita kelainan pembekuan darah perlu menginformasikan kondisi kesehatannya kepada dokter sebelum menjalani pemeriksaan penyakit infeksi.
Pelaksanaan Pemeriksaan Penyakit Infeksi
Pemeriksaan penyakit infeksi diawali dengan melakukan tanya jawab seputar keluhan yang dialami pasien. Selanjutnya, dokter akan memeriksa tanda-tanda infeksi, seperti nyeri otot, ruam di kulit, batuk, pilek, dan hidung tersumbat.
Untuk memastikan diagnosis, dokter juga dapat melakukan tanya jawab seputar riwayat medis pasien dan keluarganya. Pertanyaan yang diajukan dapat meliputi:
- Riwayat penyakit yang diderita pasien dan kesehatan keluarganya
- Prosedur medis yang pernah dijalani, misalnya operasi atau transplantasi organ, karena kondisi tersebut dapat menjadi pemicu terjadinya infeksi
- Riwayat imunisasi dan penggunaan obat-obatan yang dapat memengaruhi daya tahan tubuh pasien, seperti kortikosteroid dan obat imunosupresif
Selain pemeriksaan di atas, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang apabila diperlukan. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan mengambil sampel cairan untuk diteliti di laboratorium. Sampel cairan tersebut umumnya diambil dari:
- Darah
- Urine
- Tinja
- Ludah
- Lendir tenggorokan dan hidung
- Dahak
- Cairan otak dan tulang belakang (serebrospinal)
- Sampel jaringan tubuh dari hasil biopsi, misalnya dari hasil bronkoskopi atau biopsi abses
Berikut ini adalah jenis-jenis pemeriksaan penunjang yang dapat direkomendasikan oleh dokter untuk mendiagnosis penyebab infeksi:
1. Apusan Gram bakteri
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan bakteri dan menentukan jenisnya menggunakan pewarna khusus. Hasil pemeriksaan apusan Gram bakteri dapat digunakan oleh dokter untuk menentukan metode pengobatan yang sesuai.
2. Kultur mikroba
Pada kasus tertentu, dalam satu sampel cairan terdapat banyak bakteri sehingga dokter kesulitan menentukan penyebab infeksi. Oleh sebab itu, dokter akan menumbuhkan bakteri tersebut di laboratorium.
Sebagian jenis bakteri, misalnya bakteri penyebab infeksi saluran kemih, mudah untuk ditumbuhkan di laboratorium. Namun, sebagian lagi sulit ditumbuhkan, seperti bakteri penyebab sifilis (Treponema pallidum).
3. Tes antibodi
Tes antibodi bertujuan untuk mendeteksi antibodi spesifik yang bereaksi terhadap mikroba penyebab infeksi. Tes antibodi umumnya menggunakan sampel darah atau cairan serebrospinal.
Meski dapat digunakan untuk mendiagnosis penyebab infeksi, tes antibodi juga memiliki kelemahan, yaitu tidak terdeteksinya antibodi walau mikroba penyebab infeksi sudah tidak ada di dalam tubuh.
4. Tes antigen
Tes antigen, seperti rapid test antigen, dapat dilakukan secara langsung tanpa menunggu tubuh pasien memproduksi antibodi sebagai respons terhadap penyakit. Tes ini umumnya dilakukan dengan cara mengambil sampel darah, kemudian mencampurnya dengan antibodi spesifik dari organisme yang diduga menyebabkan infeksi.
5. Tes resistensi antimikroba
Tes resistensi antimikroba dilakukan untuk mengetahui jenis obat antimikroba yang efektif mengobati infeksi. Melalui tes ini, dokter dapat mengetahui apakah mikroba penyebab infeksi sudah memiliki ketahanan atau resistensi terhadap obat yang akan diberikan kepada pasien.
6. Tes genetik mikroba
Tes ini dilakukan dengan cara mendeteksi keberadaan DNA atau RNA spesifik dari mikroba penyebab infeksi. Tes genetik mikroba dapat memberikan hasil lebih akurat dan cepat daripada kultur mikroba, karena tidak harus menunggu mikroba untuk tumbuh terlebih dahulu.
Selain prosedur pemeriksaan di atas, pasien juga dapat menjalani tes penunjang, seperti foto Rontgen, MRI, CT scan, dan biopsi, untuk memastikan diagnosis.
Setelah Pemeriksaan Penyakit Infeksi
Hasil pemeriksaan penyakit infeksi akan keluar dalam waktu beberapa hari atau minggu dan bisa diberikan kepada pasien pada saat konsultasi. Dokter akan menjelaskan jenis penyakit infeksi yang sedang diderita oleh pasien dan obat-obatan yang diberikan.
Jenis obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit infeksi antara lain:
- Antibiotik, untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
- Antiviral, untuk mengobati pasien yang menderita infeksi virus, misalnya herpes dan hepatitis
- Antijamur, untuk mengobati pasien yang menderita infeksi jamur
- Antiparasit, untuk mengobati pasien yang menderita penyakit infeksi parasit, misalnya penyakit malaria
Guna mempercepat proses penyembuhan penyakit infeksi, pasien dianjurkan untuk memperbanyak minum air putih dan beristirahat yang cukup. Pasien juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang, termasuk buah-buahan dan sayuran.
Efek Samping atau Komplikasi Pemeriksaan Penyakit Infeksi
Pemeriksaan penyakit infeksi merupakan prosedur yang aman dan jarang menimbulkan efek samping. Akan tetapi, untuk prosedur pemeriksaan yang melibatkan pengambilan sampel darah, ada sejumlah efek samping yang dapat terjadi, antara lain:
- Perdarahan
- Infeksi atau peradangan di area suntikan
- Nyeri atau memar di area suntikan
- Keringat dingin
- Pingsan
Sedangkan pada pemeriksaan penyakit infeksi dengan usap (swab) tenggorokan, efek samping yang dapat terjadi meliputi sakit menelan atau demam.
Segera konsultasi ke dokter jika efek samping di atas tidak membaik setelah 2 hari, atau malah memburuk.