Mengalami keguguran merupakan mimpi buruk bagi setiap wanita yang tengah mendambakan kehadiran buah hati. Selain perdarahan, keguguran sering kali dikaitkan dengan prosedur kuretase atau kuret. Namun, sebenarnya tidak semua keguguran memerlukan kuretase.
Keguguran adalah kematian janin secara spontan atau tiba-tiba yang terjadi sebelum usia kehamilan memasuki 20 minggu. Hal ini bisa terjadi pada 3 bulan pertama kehamilan.
Saat terjadi keguguran, darah keluar beserta gumpalan yang merupakan jaringan janin. Hal ini jelas berbeda dengan perdarahan menstruasi. Soalnya, pada beberapa kasus, perdarahan yang terjadi saat keguguran sangat banyak sehingga harus segera dihentikan. Salah satu caranya adalah dengan kuret.
Tidak Semua Keguguran Harus Dikuret
Metode penanganan keguguran bisa dibagi menjadi 2 jenis, yaitu keguguran tanpa kuretase dan yang harus menjalani kuretase. Kuretase pada kasus keguguran adalah prosedur untuk membersihkan sisa jaringan janin yang masih tertinggal di dalam rahim supaya perdarahan berhenti.
Namun, tidak semua kasus keguguran memerlukan kuretase. Contoh keguguran yang tidak memerlukan kuretase adalah keguguran total. Pada keguguran total, semua jaringan kehamilan telah keluar secara alami.
Biasanya keguguran total akan dipastikan oleh dokter melalui pemeriksaan USG. Pada kondisi ini, prosedur kuretase tidak dibutuhkan karena tidak ada jaringan yang tertinggal di dalam rahim.
Namun, ada beberapa kasus keguguran yang membutuhkan kuretase, yaitu:
Keguguran tidak lengkap (incomplete miscarriage)
Keguguran tidak lengkap (abortus inkomplit) merupakan keguguran yang masih menyisakan sebagian jaringan di dalam rahim. Kondisi ini memerlukan kuratase karena sisa jaringan janin yang belum keluar bisa merangsang terjadinya perdarahan terus-menerus. Bahkan, juga bisa menyebabkan infeksi rahim.
Keguguran tak terhindarkan (inevitable miscarriage)
Keguguran tak terhindarkan dikenal juga dengan istilah abortus insipiens. Pada keguguran jenis ini, perdarahan memang sudah terjadi akibat mulut rahim sudah terbuka, kehamilan sudah tidak bisa dipertahankan akibat janin sudah berhenti berkembang, tetapi jaringannya masih utuh di dalam rahim.
Karena sudah terjadi perdarahan dan kehamilan sudah tidak bisa dipertahankan, maka janin perlu dikeluarkan, supaya perdarahan bisa berhenti dan komplikasi bisa terhindarkan. Nah, salah satu cara untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan prosedur kuret.
Keguguran septik (septic miscarriage)
Keguguran septik terjadi akibat adanya infeksi rahim yang membahayakan ibu hamil. Penanganannya bisa dilakukan dengan memberikan antibiotik, atau prosedur kuretase agar rahim bersih dari jaringan janin yang mungkin tersisa.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi Setelah Prosedur Kuretase
Meski tergolong aman, prosedur kuretase tetap berpotensi menimbulkan komplikasi. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin muncul setelah proses kuret berlangsung:
- Perdarahan
- Komplikasi akibat prosedut bius atau anestesi
- Infeksi
- Kerusakan jaringan serviks dan rahim
- Terbentuknya bekas luka atau perlengketan dinding dalam rahim (sindrom Asherman)
- Robeknya jaringan pada dinding rahim
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak semua keguguran harus menjalani kuretase. Masih ada pilihan lain untuk membersihkan rahim dari sisa jaringan kehamilan, misalnya dengan pemberian obat-obatan. Namun, prosedur kuretase biasanya lebih disarankan, karena paling cepat dalam menghentikan perdarahan.
Bila dokter kandungan menyarankanmu melakukan kuretase, persiapkan diri dengan baik. Soalnya, prosedur ini biasanya tidak berlangsung lama dan tidak memerlukan rawat inap. Sebagian pasien yang menjalani prosedur kuret bahkan bisa langsung melakukan aktivitas ringan seperti biasa.
Namun, keguguran bisa jadi hal yang traumatis dan menyedihkan, baik untukmu maupun pasangan. Jadi, tidak masalah jika kamu dan pasangan butuh waktu untuk pulih secara fisik dan emosional.
Mengalami keguguran bukan akhir dari segalanya, kok. Kesempatan hamil akan tetap ada, tetapi pastikan kamu sudah siap secara fisik dan emosional sebelum mencoba untuk hamil lagi. Agar tidak terjadi keguguran yang berulang, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter, ya.
Apabila setelah kuretase kamu mengalami keluhan lain, seperti perdarahan lebih dari 2 minggu, pingsan, atau demam tinggi, segera periksakan diri ke dokter.