Walaupun mungkin tidak melakukan, kamu tetap perlu mengetahui sejumlah risiko yang bisa terjadi saat berhubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK). Dengan mengetahuinya, diharapkan risiko-risiko tersebut dapat dicegah.
Perilaku seks bebas, misalnya dengan bergonta-ganti pasangan, termasuk dengan PSK, bisa meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit. Risiko ini dapat dialami oleh kedua belah pihak yang tidak menerapkan prinsip seks aman, baik PSK maupun pihak atau orang yang menyewa jasanya.
Sejumlah Risiko Berhubungan Seksual dengan PSK
Walau tidak selalu terjadi, tetapi perilaku seks bebas, misalnya yang melibatkan PSK, akan meningkatkan risiko terjangkitnya infeksi menular seksual. Ini karena tidak semua pekerja seks komersial atau pasangan melakukan pemeriksaan rutin untuk mengetahui status atau kondisi kesehatannya.
Jika hubungan seksual dilakukan tanpa menerapkan prinsip seks aman, misalnya tidak menggunakan kondom atau bergonta-ganti pasangan, maka risiko terjadinya sejumlah penyakit dan kondisi yang akan diuraikan berikut ini akan meningkat:
1. Menderita herpes genital
Herpes genital atau herpes kelamin adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi virus Herpes simplex (HSV). Kebanyakan penderita herpes genital tidak mengetahui bahwa dirinya terinfeksi penyakit tersebut.
Soalnya, herpes genital sering kali tidak menunjukkan gejala atau hanya menunjukkan gejala yang ringan, seperti timbulnya rasa gatal atau nyeri di area genital dan munculnya benjolan merah atau lepuh putih kecil. Bila lepuhan pecah, ini bisa menyebabkan timbulnya bisul dan koreng.
Pada beberapa orang, herpes simpleks bahkan bisa memicu komplikasi yang parah, seperti meningitis atau radang selaput otak dan radang pada uretra.
2. Menderita gonore atau kencing nanah
Beberapa orang tentunya sudah tidak asing dengan istilah kencing nanah atau gonore. Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Pada laki-laki, gonore akan menyebabkan munculnya gejala kencing nanah, yang bisa diikuti dengan nyeri saat buang air kecil, testis bengkak, dan dubur gatal.
Gejala-gejala tersebut umumnya baru muncul sekitar 10 hari setelah seseorang melakukan hubungan seksual yang berisiko. Sedangkan pada wanita, gonore sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun.
3. Menderita sifilis atau penyakit raja singa
Sifilis atau raja singa disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang menular melalui hubungan seksual atau kontak fisik dengan luka di tubuh penderita. Pada fase awal, kebanyakan penderita umumnya belum menyadari bahwa dirinya mengalami sifilis.
Gejala awal sifilis biasanya hanya berupa luka kecil tanpa rasa sakit pada alat kelamin, anus, lidah, atau bibir. Namun, jika sudah parah, penyakit raja singa dapat menimbulkan gejala berupa ruam kemerahan di seluruh tubuh, pembengkakan kelenjar getah bening, bahkan menyebabkan kerusakan organ dalam tubuh.
4. Terinfeksi HPV
Human papillomavirus (HPV) merupakan virus yang menginfeksi sel epitel di kulit dan membran mukosa manusia. HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan penderita atau adanya kontak antarkulit.
Dari sekian banyak jenis HPV, infeksi tipe 16 dan 18 adalah jenis yang paling banyak menyebabkan kanker serviks pada wanita. Sementara, infeksi HPV tipe 6 dan 11 disebut sebagai penyebab dari 90% kasus kutil kelamin.
5. Terinfeksi HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat penderitanya rentan terserang berbagai penyakit. Jika tidak diobati, HIV bisa berkembang menjadi AIDS, yaitu fase atau tahap akhir saat sistem kekebalan tubuh sudah tidak mampu lagi melawan infeksi.
HIV dapat menular akibat kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti cairan vagina dan sperma, atau melalui hubungan seksual yang tidak aman, misalnya dengan bergonta-ganti pasangan seks.
Itulah beberapa contoh penyakit menular seksual yang bisa terjadi akibat tidak menerapkan seks aman, misalnya sering bergonta-ganti pasangan, termasuk juga dengan PSK. Perlu diingat, melakukan hubungan seks yang tidak aman tidak hanya berisiko bagi diri sendiri saja, melainkan juga bagi pasangan.
Penyakit menular seksual yang ditularkan ke pasangan yang sedang hamil berisiko membuat bayi yang dilahirkan juga ikut menderita berbagai penyakit tersebut. Oleh sebab itu, selalu terapkan prinsip seks yang aman, sebisa mungkin tidak bergonta-ganti pasangan dan selalu gunakan kondom.
Nah, jika sudah terlanjur melakukan hubungan seksual yang berisiko, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kondisi kesehatanmu. Jika kamu memiliki pasangan, bawalah ia turut serta, sehingga kondisimu dan pasangan bisa diketahui dan risiko terjadinya fenomena pingpong bisa dihindari.