Saat vagina tidak menghasilkan pelumas alami yang cukup untuk berhubungan seksual, banyak wanita akhirnya menggunakan pelumas buatan. Namun, tidak semua bahan pelumas aman digunakan, ya. Kalau salah pilih, vagina bisa mengalami iritasi atau peradangan, lho.
Sebenarnya, saat terangsang secara seksual, produksi lendir akan meningkat dan vagina secara alami akan terlumasi. Namun, perubahan hormon, menopause, konsumsi obat-obatan tertentu, kebiasaan merokok, atau penyakit autoimun seperti sindrom Sjogren, dapat menurunkan pelumas alami dan membuat vagina kering.
Jika vagina kering, hubungan seks yang kamu lakukan bersama pasangan bisa terasa lebih sakit. Bahkan, pada beberapa kondisi, gesekan yang terjadi bisa mengiritasi vagina.
Nah, di kondisi-kondisi inilah kamu butuh pelumas buatan untuk mencegah iritasi akibat gesekan saat penetrasi. Tak hanya melumasi vagina, aktivitas seksual tanpa rasa nyeri juga akan meningkatkan gairah dan kenikmatan seksual.
Pelumas vagina tersedia dalam berbagai pilihan berdasarkan bahan dasarnya, mulai dari air, silikon, hingga minyak. Namun, nggak semua bahan yang terkandung dalam pelumas wanita ini aman digunakan. Kamu harus selektif sebelum membeli agar tidak memicu gangguan pada vagina.
Bahan Pelumas Wanita yang Sebaiknya Dihindari
Pengguna pelumas buatan pasti setuju bahwa produk ini dapat mengurangi ketidaknyamanan saat berhubungan seksual akibat vagina kering.
Akan tetapi, saat memilih pelumas buatan, ada beberapa bahan yang sebaiknya dihindari karena mengandung zat kimia tambahan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroorganisme dalam vagina, bahkan bisa memicu iritasi.
Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut berbagai bahan pelumas berbahaya yang sebaiknya kamu hindari saat membeli pelumas:
1. Gliserin
Bahan pelumas wanita yang mengandung gliserin, terutama yang tidak diencerkan, diketahui dapat menyebabkan kerusakan jaringan vagina, sehingga memicu peradangan.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa gliserin bisa menghambat pertumbuhan Lactobacillus spp. yang merupakan bakteri baik di vagina, sehingga bisa memicu infeksi jamur.
Padahal, beberapa strain Lactobacillus, seperti L. crispatus atau L. gasseri, bertugas melindungi vagina dari serangan patogen, termasuk kumat penyebab infeksi menular seksual (IMS).
2. Paraben
Paraben populer digunakan sebagai bahan pengawet. Namun, kandungan paraben dalam pelumas vagina terbukti dapat mengiritasi lapisan mukosa vagina. Tak hanya itu, paparan paraben diduga memicu masalah kesuburan dan gangguan endokrin.
3. Chlorhexidine gluconate
Pelumas yang mengandung chlorhexidine gluconate terbukti membunuh banyak strain Lactobacillus, sehingga keseimbangan mikroorganisme di dalam vagina terganggu. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa chlorhexidine gluconate memiliki sifat antimikroba yang lebih kuat daripada paraben.
4. Nonoxynol-9
Meski nonoxynol-9 banyak digunakan sebagai spermisida atau bahan yang mampu menghambat pergerakan sperma, bahan tersebut tidak disarankan untuk digunakan dalam pelumas wanita.
Nonxynol-9 memiliki sifat antimikroba yang menghambat pertumbuhan Lactobacillus spp., sehingga mengganggu keseimbangan flora di vagina. Nah, hal ini juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi menular seksual pada wanita.
5. Propilen glikol
Sebenarnya, propilen glikol banyak terkandung dalam produk kosmetik. Namun, penggunaan pada vagina sebagai pelumas tidak dianjurkan, karena dapat memicu iritasi. Propilen glikol juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan vagina.
Selain beberapa bahan di atas, hindari pula pelumas buatan dengan tambahan pewangi atau pewarna, karena bisa menimbulkan iritasi kulit. Kamu juga sebaiknya tidak menggunakan pelumas dengan tambahan perasa, sebab produk ini mengandung gula yang justru memicu infeksi jamur vagina.
Sebagai pilihan yang aman, kamu bisa membeli beberapa jenis pelumas wanita berikut ini:
- Pelumas berbahan dasar air tanpa kandungan gliserin
- Pelumas berbahan dasar silikon
- Pelumas berbahan dasar minyak, seperti minyak kelapa, minyak mineral, atau petroleum jelly
Hal lain yang juga penting diperhatikan dalam memilih produk pelumas wanita adalah pH produk. Idealnya, pH produk pelumas harus menyerupai pH cairan vagina yang sehat, yakni sekitar 3,8–4,5. Hal ini bertujuan agar jumlah bakteri baik di dalam vagina tetap seimbang.
Penggunaan pelumas buatan memang dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi gesekan saat penetrasi. Namun, pastikan produk pelumas yang kamu pilih tidak mengandung bahan-bahan berbahaya yang telah disebutkan di atas, ya.
Jika pelumas yang kamu gunakan menimbulkan efek samping, seperti kesulitan bernapas, ruam, gatal, serta bengkak pada wajah, lidah, atau tenggorokan, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.