Makanan atau camilan manis sering kali menjadi makanan favorit anak-anak. Padahal, kondisi kelebihan gula pada anak bisa berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, konsumsi makanan manis pada anak perlu dibatasi.
Tanpa disadari, ada beragam makanan maupun minuman dengan kadar gula tinggi yang kerap dikonsumsi anak-anak, mulai dari permen, kue kering, biskuit, cokelat, jus buah kemasan, hingga minuman bersoda.
Tak hanya itu, kandungan gula pada susu untuk anak juga perlu diperhatikan, terutama susu kemasan yang mengandung berbagai jenis perasa buatan. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya memberikan susu rendah gula untuk menghindari efek buruk kelebihan gula pada anak.
Dampak Gula Berlebih pada Anak
Pada dasarnya, gula merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan tubuh. Namun, asupan gula berlebih pada anak justru dapat memengaruhi kesehatan tubuh dan proses tumbuh kembangnya.
Ada beberapa dampak asupan gula berlebih yang dapat terjadi pada anak, di antaranya:
1. Kerusakan gigi
Anak yang terlalu sering mengonsumsi makanan atau minuman manis berisiko tinggi mengalami kerusakan gigi. Terlebih, jika anak tidak terbiasa untuk membersihkan giginya secara teratur. Bila kebiasaan tersebut tidak segera dihentikan, anak rentan mengalami gigi berlubang di kemudian hari.
2. Penurunan daya ingat dan konsentrasi
Sebuah penelitian menyatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi asupan gula berlebih pada anak dapat mengganggu kemampuan otak untuk berfungsi secara optimal. Bahkan, kondisi ini juga bisa berdampak pada penurunan daya ingat dan konsentrasi anak sehingga dapat memengaruhi prestasi belajar di sekolah.
3. Obesitas
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa 8 dari 100 anak di Indonesia menderita obesitas. Selain faktor genetik dan kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan mengonsumsi makanan tidak sehat, termasuk konsumsi gula berlebih, juga menjadi penyebab anak mengalami obesitas.
4. Penyakit diabetes
Asupan gula berlebih pada anak yang dibiarkan hingga dewasa juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes. Dalam jangka panjang, penyakit diabetes yang tidak terkontrol dapat memicu beragam penyakit serius, seperti kerusakan saraf, masalah fungsi ginjal, gangguan penglihatan, atau stroke.
Cara Membatasi Porsi Gula pada Anak
Orang tua perlu mengetahui porsi gula yang aman bagi anak. Anak usia 2–18 tahun, hanya diperbolehkan mendapat asupan kurang dari 25 gram atau 6 sendok teh tambahan gula per harinya. Konsumsi gula seharusnya tidak lebih dari 10% total kalori setiap hari.
Dianjurkan untuk membiasakan anak mengonsumsi berbagai sumber karbohidrat yang mengandung gula alami, seperti sayur, buah, dan susu. Meski begitu, pemberian susu kepada anak juga sebaiknya dilakukan secara hati-hati.
Untuk mencegah dampak buruk kelebihan asupan gula pada anak, orang tua dapat memberikan susu rendah gula dan tidak menambahkan gula berlebih ke dalamnya.
Selain itu, orang tua juga harus memilih susu dengan kandungan nutrisi yang mampu mendukung pertumbuhan anak, seperti:
- DHA (docosahexaenoic acid), untuk mendukung perkembangan otak dan kemampuan kognitif anak
- Beta glucan, untuk meningkatkan kekuatan tulang serta meningkatkan daya tahan tubuh anak
- Vitamin B kompleks, untuk meningkatkan sistem metabolisme tubuh, menjaga kesehatan saraf, serta melancarkan sistem peredaran darah
- Prebiotik, seperti PDX-GOS, untuk menjaga kesehatan saluran cerna dan sebagai sumber nutrisi bagi bakteri baik di pencernaan
- Zinc, untuk mendukung pertumbuhan anak dan melindungi tubuh dari berbagai jenis penyakit infeksi.
Memperhatikan asupan gula pada anak penting dilakukan setiap orang tua agar proses tumbuh kembangnya berjalan secara optimal. Selain itu, jangan lupa untuk membiasakan anak menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang, berolahraga secara rutin, dan mencukupi waktu istirahat.
Bila perlu, Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi asupan gula harian yang tepat bagi Si Kecil agar kebutuhan nutrisinya selalu tercukupi dengan baik dan terhindar dari dampak kelebihan gula pada anak.