Hematuria adalah kondisi ketika seseorang mengalami kencing berdarah. Meski umumnya tidak berbahaya, kondisi ini dapat menjadi tanda penyakit yang serius, seperti infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, hingga kanker prostat.
Darah di dalam urine akan mengubah warna urine menjadi kemerahan atau sedikit kecokelatan. Urine yang normal seharusnya tidak mengandung darah sedikit pun, kecuali pada wanita yang sedang menstruasi.
Hematuria terbagi menjadi dua, yaitu microscopic hematuria dan gross hematuria. Pada microscopic hematuria, penderita tidak bisa melihat darah dalam urine. Sementara penderita gross hematuria dapat melihat warna urinenya kemerahan atau kecokelatan akibat adanya darah.
Hematuria umumnya tidak terasa sakit. Namun, jika darah berupa gumpalan, saluran kemih dapat tersumbat sehingga menimbulkan rasa sakit.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang berbahaya, lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami kencing berdarah.
Penyebab Hematuria
Normalnya, ginjal menyaring cairan dalam tubuh untuk mencegah kebocoran darah atau protein ke dalam urine. Akan tetapi, pada hematuria terjadi kebocoran di salah satu saluran kemih, bisa ginjal, ureter, kandung kemih, atau uretra, sehingga darah bocor ke dalam urine.
Kebocoran tersebut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, yaitu:
- Infeksi saluran kemih (ISK)
- Batu saluran kemih dan batu ginjal
- Penyakit ginjal, seperti peradangan pada ginjal (glomerulonefritis) atau akibat penyakit diabetes (nefropati diabetik)
- Pembesaran kelenjar prostat
- Kanker ginjal, kanker kandung kemih, atau kanker prostat
- Kelainan darah, seperti hemofilia dan anemia sel sabit
- Obat-obatan, seperti penisilin, kotrimoksazol, aspirin, dan warfarin
Perlu diingat bahwa urine yang berubah warna menjadi kemerahan atau kecokelatan tidak selalu berarti kencing berdarah. Perubahan warna urine dapat terjadi karena konsumsi buah-buahan dan obat-obatan tertentu, atau akibat menstruasi pada wanita.
Faktor risiko hematuria
Seseorang lebih berisiko terserang hematuria, jika ia menderita penyakit yang dapat menyebabkan hematuria. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hematuria adalah:
- Merokok
- Terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyeri
- Terpapar bahan kimia tertentu
- Terpapar radiasi
- Berusia di atas 50 tahun, terutama pada pria
- Berolahraga terlalu berat, seperti berlari maraton
- Memiliki keluarga yang menderita hematuria
Gejala Hematuria
Hematuria ditandai dengan perubahan warna urine menjadi merah muda, kemerahan, atau kecokelatan. Namun, jika jumlah darah yang masuk ke urine tidak banyak, warna urine mungkin tidak berubah.
Tergantung pada penyebabnya, hematuria dapat disertai gejala lain, yaitu:
- Nyeri perut bagian bawah
- Sering buang air kecil atau sulit buang air kecil
- Nyeri pinggang
- Mual dan muntah
- Demam
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda melihat ada darah dalam urine, terutama jika mengalami gejala lain, seperti rasa nyeri perut dan mual.
Perlu diingat bahwa perubahan warna urine tidak selalu menandakan hematuria. Akan tetapi, pemeriksaan ke dokter tetap dianjurkan agar penyebabnya dapat diketahui dan untuk mencegah terjadinya kondisi yang serius.
Diagnosis Hematuria
Untuk mendiagnosis hematuria, dokter akan melakukan tanya jawab seputar penyakit yang pernah diderita pasien dan keluarga, serta obat-obatan yang dikonsumsi. Dokter juga akan menanyakan warna urine, frekuensi buang air kecil, serta ada tidaknya rasa nyeri dan gumpalan darah.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Selanjutnya, dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis, yaitu:
- Tes urine
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel urine pasien untuk dianalisis di laboratorium. Tes urine bertujuan untuk melihat ada tidaknya darah dalam urine, dan mendeteksi kemungkinan infeksi atau kristal pembentuk batu saluran kemih. - Pemindaian
Pemindaian pada pasien hematuria bertujuan untuk memeriksa kondisi saluran kemih. Pemindaian dapat dilakukan dengan metode MRI, CT scan, atau USG. - Sistokopi
Sistoskopi dilakukan dengan memasukkan selang berkamera melalui lubang kencing. Tujuannya adalah untuk melihat kondisi saluran kencing dan kandung kemih dengan lebih detail.
Pengobatan Hematuria
Penanganan hematuria adalah dengan mengobati penyebabnya. Jenis pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemberian antibiotik, untuk mengobati infeksi saluran kemih
- Pemberian obat penghambat 5-alpha reductase, seperti finasteride, untuk mengatasi pembesaran kelenjar prostat
- Terapi gelombang atau ESWL, untuk memecahkan batu saluran kemih
Tergantung pada kondisi pasien dan penyebab kencing berdarah, dokter juga dapat melakukan terapi lain, seperti operasi.
Pasien juga akan disarankan untuk kontrol rutin ke dokter untuk memantau apakah masih terdapat darah dalam urine setelah pengobatan dilakukan.
Komplikasi Hematuria
Komplikasi yang dapat terjadi akibat hematuria tergantung pada penyebabnya. Jika hematuria terjadi akibat infeksi ginjal, penderita dapat mengalami gagal ginjal. Sedangkan pada hematuria yang disebabkan oleh kanker dan tidak ditangani sejak awal, maka kanker akan makin berkembang dan sulit diatasi.
Pencegahan Hematuria
Sulit untuk mencegah hematuria karena penyebabnya beragam. Namun secara umum, beberapa tindakan pencegahan berikut ini dapat dilakukan untuk menghindari penyakit penyebab hematuria:
- Menjaga berat badan agar tetap ideal
- Berolahraga secara rutin
- Mengonsumsi makanan dengan gizi lengkap dan seimbang
- Membatasi konsumsi makanan asin
- Berkonsultasi ke dokter terlebih dulu bila ingin mengonsumsi suplemen
- Minum air putih yang cukup
- Tidak menahan buang air kecil
- Membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual
- Tidak merokok