Hepatitis E adalah salah satu infeksi hepatitis yang disebabkan oleh virus. Penularan virus ini terjadi melalui konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi. Virus hepatitis E yang masuk ke dalam saluran pencernaan dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada liver atau hati.
Hepatitis E juga jarang berkembang menjadi penyakit berkepanjangan (kronis). Orang yang terinfeksi hepatitis E umumnya akan sembuh dalam beberapa bulan. Namun, hepatitis E bisa menjadi penyakit liver yang parah pada ibu hamil, lansia, dan orang dengan daya tahan tubuh yang lemah.
Penyebab Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan virus hepatitis E (HEV). Virus ini ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara berkembang yang memiliki ketersediaan air bersihnya terbatas, serta kondisi lingkungan dan sanitasinya buruk. HEV menyebar melalui konsumsi air minum dan makanan yang terkontaminasi tinja penderita penyakit ini.
Sementara di negara maju yang memiliki ketersediaan air bersih, penularan virus ini biasanya terjadi dari hewan ke manusia, misalnya akibat mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi HEV dan tidak dimasak dengan benar. Contoh daging hewan yang dimaksud adalah daging babi, babi hutan, rusa liar, atau kerang.
Pada kasus yang jarang terjadi, virus hepatitis E dapat menular melalui transfusi darah. Ibu hamil yang menderita penyakit ini juga berisiko menyebarkan HEV ke janin yang dikandungnya.
Gejala Hepatitis E
Setelah virus hepatitis E memasuki tubuh, virus akan menetap dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala selama 2–10 minggu. Masa ini dikenal dengan masa inkubasi. Setelah itu, gejala akan mulai muncul dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelahnya.
Pada beberapa kasus, tidak semua orang yang terkena hepatitis E menunjukkan gejala infeksi. Namun, pada beberapa penderita, hepatitis E dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti:
- Kulit dan bagian putih mata menguning (jaundice)
- Urine berwarna gelap
- Tinja berwarna pucat
- Demam ringan
- Ruam kulit
- Nyeri otot
- Mual dan muntah
- Nafsu makan menurun
- Sakit perut bagian atas
- Hati membengkak
- Tubuh terasa sangat lelah
Berdasarkan lama waktu kemunculan gejalanya, hepatitis E terbagi menjadi dua jenis, di antaranya:
Hepatitis E akut
Infeksi hepatitis E akut hanya terjadi dalam jangka pendek. Pada sebagian besar kasus, daya tahan tubuh seseorang dapat melawan infeksi hepatitis E dengan baik sehingga penderita dapat sembuh dalam beberapa minggu.
Hepatitis E kronis
Berbeda dengan jenis akut, hepatitis E kronis terjadi dalam jangka panjang. Kondisi ini hanya terjadi ketika daya tahan tubuh melemah sehingga tidak mampu melawan virus, seperti pada penderita HIV/AIDS, dan orang yang menerima transplantasi organ.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala hepatitis seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Penanganan dini perlu dilakukan supaya gejala tidak berkembang makin parah sekaligus mencegah komplikasi.
Pemeriksaan ke dokter juga diperlukan jika gejala hepatitis muncul pada ibu hamil, lansia, penderita penyakit hati lain, dan orang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Kelompok tersebut berisiko tinggi terserang komplikasi berat akibat infeksi hepatitis E.
Diagnosis Hepatitis E
Untuk mendiagnosis hepatitis E, dokter akan menanyakan kepada pasien terkait gejala, riwayat kesehatan, dan riwayat perjalanan pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan guna memastikan diagnosis, seperti:
- Tes darah, untuk mendeteksi antibodi terhadap virus hepatitis E di dalam darah
- Tes fungsi hati, untuk mengukur kadar enzim hati yang menentukan tingkat keparahan kerusakan hati
- Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi virus hepatitis E dalam feses
Pengobatan Hepatitis E
Penderita hepatitis E umumnya dapat pulih dengan sendirinya dalam 4–6 minggu. Meski begitu, penderita disarankan melakukan beberapa upaya di bawah ini untuk membantu meringankan gejala yang muncul:
- Beristirahat dan tidur yang cukup
- Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi
- Memenuhi kebutuhan cairan dengan banyak minum
- Menghindari konsumsi minuman beralkohol
- Berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat tertentu, seperti paracetamol
Bagi penderita hepatitis E kronis dengan daya tahan tubuh lemah, dokter akan meresepkan obat antivirus seperti ribavirin. Sementara itu, bagi ibu hamil yang mengalami gejala hepatitis E, dokter akan menganjurkan rawat inap agar dapat terus memantau perkembangan penyakit.
Komplikasi Hepatitis E
Jika tidak segera ditangani, hepatitis E berisiko menimbulkan beberapa komplikasi, seperti:
- Sirosis
- Gagal hati
- Gangguan saraf
- Gangguan ginjal
- Gangguan pembekuan darah
- Pankreatitis akut
- Radang sendi
- Miokarditis
- Tiroiditis
Pada ibu hamil, hepatitis E dapat menimbulkan komplikasi yang serius, seperti gagal hati akut atau hepatitis fulminan, serta kematian ibu dan janin. Risiko terjadinya komplikasi akan meningkat saat kehamilan memasuki trimester kedua dan ketiga.
Selain itu, sekitar 10–30% ibu hamil di trimester ketiga juga lebih berisiko mengalami kematian akibat hepatitis E.
Pencegahan Hepatitis E
Hingga saat ini, belum tersedia vaksin yang dapat mencegah hepatitis E. Namun, ada upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menurunkan peluang tertular virus hepatitis E, yaitu:
- Jangan meminum air atau mengonsumsi es batu yang tidak terjamin kebersihannya.
- Jangan mengonsumsi daging babi, babi hutan, rusa liar, atau kerang yang tidak dimasak hingga matang.
- Cuci tangan secara rutin menggunakan sabun dan air mengalir setelah menggunakan toilet, mengganti popok bayi, sebelum memasak, serta sebelum dan sesudah makan.
- Jaga kebersihan dan sanitasi diri, lingkungan rumah, dan sekitarnya.