HIV masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang. Kurangnya edukasi dan pemahaman tentang HIV membuat orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) sering kali mendapatkan perlakuan diskriminasi. Padahal, penularan HIV tidaklah semudah yang dikira oleh banyak orang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan tahun 2021, terdapat sekitar 526.000 penderita infeksi HIV di Indonesia. Dari sekian kasus tersebut, setidaknya 27 ribu kasus merupakan kasus HIV baru.
Diskiriminasi dan Stigma terhadap Penderita HIV dan AIDS
Tidak hanya harus selalu menjaga kondisi kesehatannya, ODHA juga sering menghadapi tantangan lain berupa stigma negatif dan diskriminasi yang bisa berdampak pada kesehatan mentalnya.
Di Indonesia dan beberapa negara lain, tidak sedikit ODHA yang kehilangan pekerjaan, dikucilkan oleh keluarga dan teman-temannya, atau bahkan menjadi korban kekerasan. Data dari UNAIDS menyebutkan bahwa sekitar 63% masyarakat Indonesia masih enggan berinteraksi langsung dengan ODHA.
Ada beberapa alasan mengapa stigma dan diskriminasi terhadap ODHA masih begitu tinggi di Indonesia, yaitu:
- Kurangnya informasi dan edukasi yang memadai mengenai HIV, sehingga penyakit ini ditakuti banyak orang.
- Adanya anggapan bahwa hanya kelompok tertentu saja yang bisa terkena HIV.
- Anggapan yang salah tentang penyebaran HIV, seperti mempercayai HIV bisa menular melalui kontak fisik atau berbagi peralatan makan.
- HIV dan AIDS sering dikaitkan dengan perilaku negatif tertentu, seperti penggunaan obat terlarang atau narkoba, terutama narkoba dalam bentuk suntik dan seks bebas
Berbagai stigma sosial mengenai HIV ini menyebabkan munculnya perlakuan diskriminatif terhadap ODHA, seperti ditolak saat ingin berobat, dikeluarkan dari tempat kerja, dan tidak diperkenankan menggunakan fasilitas umum.
Oleh karena itu, pemberian edukasi mengenai HIV dan ODHA kepada masyarakat penting dilakukan guna menghilangkan stigma dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini.
Mengungkap Status HIV kepada Orang Lain
Stigma dan diskriminasi sering membuat ODHA enggan mengungkapkan kondisinya kepada orang lain. Padahal, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh ODHA bila ia membuka diri kepada orang lain tentang kondisinya, seperti:
- Tidak merasa sendirian dalam menjalani hidup dengan HIV
- Banyak mendapat dukungan dan kasih sayang dari orang-orang terdekat yang bisa membuat ODHA lebih percaya diri
- Mudah memperoleh akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
- Turut berkontribusi dalam mencegah penularan virus HIV ke orang lain, terutama pasangan
Karena masih banyaknya stigma negatif dan diskriminasi dalam masyarakat terhadap penderita HIV dan AIDS, ODHA perlu bersikap selektif dalam memberi tahu kondisi atau status HIV-nya kepada orang lain. Hal ini karena tidak semua orang bisa menerima informasi tersebut dengan pikiran terbuka.
Jadi, sebelum menginformasikan status HIV kepada orang lain, ODHA disarankan untuk mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
- Mulailah dengan orang terdekat dan yang paling dipercaya terlebih dahulu, misalnya pasangan atau keluarga.
- Ketahui alasan kuat kenapa perlu memberi tahu situasi ini kepada orang tersebut.
- Bersiaplah untuk menghadapi reaksi terburuk yang mungkin akan diterima.
- Lengkapi diri dengan informasi mendalam tentang HIV, karena orang yang diberi tahu mungkin akan menanyakan beberapa hal mengenai penyakit ini.
- Jika memutuskan untuk berbicara kepada atasan, sertakan surat keterangan dokter dan informasikan apakah kondisi yang diderita akan memengaruhi pekerjaan atau tidak.
Menyadari Konsekuensi dan Mengurangi Risiko Penularan
Selain menjaga diri, penderita HIV dan AIDS juga sebaiknya mengetahui dengan baik cara untuk mengurangi risiko penularan HIV kepada orang lain.
HIV menyebar melalui cairan tubuh, seperti air mani, darah, cairan vagina, dan ASI. Penularan HIV bisa terjadi melalui hubungan seksual tanpa pengaman atau kondom.
Oleh karena itu, penggunaan kondom dapat menekan risiko penularan HIV pada pasangan. Selain melalui hubungan seks tanpa pengaman, HIV juga bisa menular melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah.
Infeksi HIV juga bisa menular dari seorang wanita yang dinyatakan positif HIV kepada bayinya, baik saat hamil maupun menyusui. Namun, dengan langkah pengobatan yang tepat, seorang wanita ODHA bisa hamil dan melahirkan tanpa menularkan HIV ke anaknya.
Dengan mengetahui penyebab penularan HIV dengan baik, seorang ODHA telah turut berkontribusi dalam mencegah penyebaran HIV.
Mencari Dukungan bagi Penderita HIV dan AIDS
Bila Anda seorang ODHA, ketahuilah bahwa Anda tidak sendiri. Anda bisa berbagi informasi dengan sesama ODHA untuk mendapatkan dukungan moral agar tidak merasa kesepian dalam menjalani hidup sebagai penderita HIV.
Selain itu, Anda pun juga bisa bergabung dengan berbagai komunitas, misalnya Komunitas AIDS Indonesia dan menemukan lembaga yang memberikan tes serta pelayanan bagi ODHA di kota tempat Anda tinggal.
HIV dan AIDS memang belum bisa disembuhkan. Namun, pengobatan HIV dengan obat antiretroviral (ARV) dapat menekan jumlah virus HIV pada ODHA. Dengan terapi yang tepat, para ODHA bisa hidup normal dan produktif serta berisiko rendah menularkan HIV kepada pasangannya.
Oleh karena itu, para ODHA tidak perlu lagi merasa putus asa meski harus menjalani hidup dengan HIV. Jika memiliki pertanyaan seputar pengobatan HIV atau tips untuk hidup bermasyarakat dengan penderita infeksi HIV, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter.