Hiperkapnia adalah kondisi ketika kadar karbon dioksida dalam darah terlalu tinggi. Gejala yang muncul akibat hiperkapnia bisa beragam, mulai dari sakit kepala, pusing, sesak napas, hingga kejang.
Pada proses pernapasan normal, oksigen yang dihirup masuk ke dalam paru-paru akan disebarkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Sebaliknya, karbon dioksida (CO₂), yang merupakan gas limbah hasil metabolisme sel di dalam tubuh, akan dialirkan melalui darah ke paru-paru untuk dikeluarkan saat menghembuskan napas.
Meski hanya gas limbah, karbon dioksida berperan penting bagi tubuh untuk mengatur tingkat keasaman (pH) darah dan mendukung proses pernapasan. Normalnya, kadar karbon dioksida dalam darah berkisar antara 20–29 mmol/L.
Namun, pada penderita hiperkapnia, tubuh kesulitan untuk mengeluarkan karbon dioksida dengan efektif. Hal ini disebabkan oleh gangguan dalam proses pengeluaran karbon dioksida dari paru-paru. Akibatnya, kadar karbon dioksida dalam darah meningkat, bahkan bisa melebihi 45 mmol/L.
Jika tidak segera ditangani, hiperkapnia dapat menyebabkan masalah serius, seperti penurunan fungsi organ, penurunan kesadaran, bahkan kematian.
Penyebab Hiperkapnia
Hiperkapnia terjadi ketika tubuh tidak mampu membuang karbon dioksida (CO₂) secara efektif sehingga kadar karbon dioksida dalam darah meningkat. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh berbagai kondisi atau penyakit yang memengaruhi sistem pernapasan, meliputi:
Penyakit paru-paru
Beberapa penyakit paru-paru dapat menjadi penyebab utama hiperkapnia karena mengganggu aliran udara dan pertukaran gas, seperti:
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kondisi ini membuat saluran udara menjadi sempit sehingga sulit bagi tubuh untuk mengeluarkan CO₂ secara efisien.
- Asma, yang serangannya dapat menyebabkan penyempitan saluran udara, menghambat aliran udara, dan meningkatkan kadar CO₂ dalam darah.
- Edema paru, yaitu penumpukan cairan di paru-paru sehingga mengganggu pertukaran gas,. Akibatnya CO₂ tidak dapat dikeluarkan dengan baik.
- Pneumonia, yaitu infeksi berat pada paru-paru yang dapat menyebabkan peradangan dan gangguan fungsi paru-paru sehingga meningkatkan risiko terjadinya hiperkapnia.
Gangguan saraf dan otot pernapasan
Gangguan pada sistem saraf dan otot pernapasan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya hiperkapnia. Kondisi yang dapat menyebabkan masalah ini antara lain:
- Gangguan neuromuskular
Penyakit seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS), distrofi otot, atau myasthenia gravis dapat melemahkan otot-otot pernapasan. Kondisi ini bisa mengurangi kemampuan tubuh untuk menghirup udara dengan cukup dalam atau mengeluarkan karbon dioksida secara efektif. - Sindrom hipoventilasi obesitas (sindrom Pickwickian)
Obesitas berat atau penumpukan lemak di sekitar dada dan perut bisa menekan otot-otot pernapasan. Kondisi ini menyebabkan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida) tidak memadai sehingga terjadi penumpukan CO₂ dalam darah.
Perbedaan anatomi dada atau tulang belakang
- Flail chest, yaitu kondisi di mana bagian tulang rusuk terpisah dan tidak dapat bergerak dengan baik sehingga mengganggu pernapasan.
- Ankylosing spondylitis, yaitu penyakit peradangan yang menyebabkan tulang belakang kaku dan terbatasnya gerakan dada dan pernapasan.
Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obat penenang, seperti opioid dan benzodiazepine, secara berlebihan bisa mengganggu fungsi pernapasan sehingga meningkatkan risiko terjadinya hiperkapnia.
Gejala Hiperkapnia
Gejala hiperkapnia tergantung pada tingkat keparahannya. Berikut ini adalah gejala hiperkapnia berdasarkan keparahannya dari yang ringan hingga berat:
Gejala hiperkapnia ringan hingga sedang
Pada tahap awal terjadinya hiperkapnia, penderitanya mungkin akan mengalami gejala ringan hingga sedang, seperti:
- Sesak napas (dispnea)
- Kulit memerah
- Kelelahan dan kantuk
- Sakit kepala
- Mudah lelah
Gejala hiperkapnia akut dan berat
Bila hiperkapnia menjadi makin parah, gejala yang dapat terjadi bisa berupa:
- Paranoid
- Linglung
- Pusing atau pingsan
- Narkosis karbon dioksida
- Detak jantung tidak beraturan (aritmia)
- Hiperventilasi
- Serangan panik
- Kejang
- Koma
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala awal seperti yang telah disebutkan di atas, terutama bila Anda menderita penyakit yang bisa mengakibatkan terjadinya hiperkapnia. Kondisi ini harus segera ditangani untuk mencegah timbulnya komplikasi.
Jangan tunda untuk mencari pertolongan medis atau pergi ke IGD rumah sakit terdekat jika Anda melihat orang mengalami gejala hiperkapnia yang lebih serius, seperti:
- Sesak napas
- Kantuk berat
- Linglung
- Tangan gemetar
- Kejang
- Papilledema, yang menyebabkan sakit kepala, mual, hingga kesulitan untuk melihat
Diagnosis Hiperkapnia
Untuk mendiagnosis hiperkapnia, dokter akan menanyakan beberapa hal-hal berikut kepada pasien:
- Gejala yang muncul
- Penyakit yang sedang diderita
- Obat-obatan yang sedang digunakan
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Guna memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes darah, dengan analisis gas darah arteri, untuk mengukur kadar karbon dioksida dan pH darah untuk menilai keseimbangan asam-basa.
- Tes fungsi paru, untuk mengetahui fungsi pernapasan, termasuk untuk mengukur jumlah dan kecepatan udara yang dihirup dan diembuskan pasien
- Oksimetri, untuk mengukur kadar oksigen dan mendeteksi seberapa efisien oksigen dialirkan ke seluruh tubuh meskipun tidak secara langsung mendeteksi kadar CO₂.
- Rontgen dada atau CT scan, guna mendeteksi gangguan pada paru-paru
Pengobatan Hiperkapnia
Pengobatan hiperkapnia akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Pada kasus hiperkapnia dengan gejala ringan, metode pengobatan yang dilakukan dokter adalah:
- Terapi oksigen, untuk mengatasi kekurangan oksigen
- Latihan pernapasan dan terapi fisik, guna meningkatkan fungsi paru-paru dan memperkuat otot pernapasan
Sementara untuk mengatasi hiperkapnia yang tergolong berat, dokter akan melakukan penanganan sesuai dengan penyebabnya, misalnya melalui pemberian:
- Bronkodilator (inhaler), untuk mengatasi sesak napas dengan memperlebar saluran pernapasan
- Antibiotik, untuk mengobati bronkitis atau pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri
- Kortikosteroid, untuk meredakan gejala bronkitis yang memburuk dengan cepat, terutama pada bronkitis akut
- Memasang selang ventilator atau alat bantu napas, untuk memberikan asupan oksigen dan menormalkan kadar karbon dioksida dalam tubuh, terutama pada kasus gagal napas.
Komplikasi Hiperkapnia
Hiperkapnia yang tidak ditangani bisa menyebabkan sejumlah komplikasi berikut:
- Gagal napas
- Asidosis
- Aritmia jantung
- Hipoksemia
- Hilang kesadaran dan koma
- Kematian
Pencegahan Hiperkapnia
Upaya terbaik untuk mencegah hiperkapnia adalah dengan menurunkan risiko terjadinya kondisi tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
- Jangan merokok dan hindari asap rokok untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit paru-paru.
- Terapkan pola hidup sehat dengan menjaga berat badan agar tetap ideal dan berolahraga secara rutin, minimal 30 menit tiap harinya, untuk meningkatkan dan menjaga fungsi paru-paru.
- Jalani terapi dengan CPAP atau BiPAP sesuai anjuran dokter untuk sleep apnea atau sindrom hipoventilasi.
- Hindari menggunakan obat penenang golongan benzodiazepine, seperti Ativan atau Xanax, untuk mengatasi kecemasan atau insomnia tanpa pengawasan dokter.