Bagi ibu menyusui, memiliki ASI yang melimpah memang sebuah anugerah. Namun, bila jumlah ASI terlampau banyak atau disebut hiperlaktasi, hal ini justru bisa menimbulkan gangguan kesehatan lho, seperti rasa sakit pada payudara.
Hiperlaktasi adalah kondisi ketika payudara ibu menyusui menghasilkan ASI yang sangat banyak dan melebihi kebutuhan bayi. Pada kondisi ini, ASI yang keluar akan mengalir cukup deras, sampai-sampai bisa menyebabkan bayi tersedak dan kesulitan untuk menyusu.
Ini Penyebab Hiperlaktasi
Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko berlebihnya produksi dan pengeluaran ASI, di antaranya:
- Kadar hormon prolaktin Busui yang sangat tinggi (hiperprolaktinemia)
- Jumlah kelenjar susu pada payudara Busui terlalu banyak
- Adanya riwayat konsumsi obat-obatan yang bisa meningkatkan produksi ASI
- Adanya riwayat mengonsumsi booster ASI dalam jumlah yang berlebihan
- Terlalu sering memompa atau mengeluarkan ASI yang membuat payudara terus memproduksi ASI dalam jumlah besar
Dampak Hiperlaktasi pada Ibu Menyusui dan Bayi
Produksi ASI yang berlebihan bisa menimbulkan dampak pada sang ibu dan bayi. Pada Busui, hiperlaktasi dapat membuat payudara cepat penuh dan terasa kencang. Bila tidak segera disusui atau dikeluarkan, ASI yang menumpuk bisa menyebabkan saluran air susu tersumbat, payudara bengkak dan sakit, serta mastitis.
Sedangkan pada bayi, hiperlaktasi bisa menyebabkan bayi tidak nyaman ketika menyusu, sehingga membuatnya malas untuk menyusu atau mungkin akan cepat kenyang walau baru menyusu sebentar saja. Sebab proses menyusui yang lebih cepat, bayi pun akan cenderung lebih banyak mendapatkan foremilk dan kekurangan laktosa yang banyak terkandung dalam hindmilk. Pada akhirnya, bayi bisa mengalami perut kembung dan kolik, serta berat badannya sulit bertambah.
Begini Cara Menangani Hiperlaktasi
Untuk menangani hiperlaktasi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Pompa ASI sesuai kebutuhan bayi
ASI akan diproduksi sesuai kebutuhan bayi. Jika Busui terus–menerus merangsang produksi dan pengeluarannya dengan mempompa ASI secara berlebihan, maka risiko berlebihannya produksi ASI pun akan meningkat. Oleh karena itu, pompalah ASI sesuai kebutuhan Si Kecil.
Selain itu, memberikan ASI sebelum bayi benar-benar lapar juga bisa dilakukan. Saat bayi belum lapar, diharapkan isapannya juga tidak akan sekuat dan seintens saat ia lapar. Dengan begitu, produksi dan pengeluaran ASI bisa sesuai dan tidak berlebihan.
2. Ubah posisi menyusui
Posisi menyusui sambil berbaring atau bersandar dipercaya dapat mengontrol aliran ASI yang keluar pada ibu menyusui yang mengalami hiperlaktasi. Dengan posisi menyusui yang baik dan nyaman, Si Kecil pun tidak akan mudah tersedak dan batuk ketika menyusu.
3. Kompres dan pijat payudara sebelum menyusui
Mengompres dan memijat payudara sebelum menyusui bisa mengurangi rasa sakit dan pembengkakan pada payudara, melancarkan saluran susu, serta mengontrol aliran ASI yang keluar.
4. Pakai breast pads atau bantalan menyusui
Hiperlaktasi akan membuat produksi ASI meningkat. Tak jarang, kelebihan produksi ASI ini menyebabkan ASI hingga menetes atau keluar dengan sendirinya dan merembes ke pakaian, meski Busui tidak sedang menyusui atau memompa.
Guna mengatasi hal tersebut, Busui bisa memakai breast pads atau bantalan menyusui. Tujuannya adalah untuk menyerap ASI yang menetes, sehingga pakaian Busui tidak basah.
5. Kurangi atau hindari mengonsumsi booster ASI
Booster ASI, seperti bayam, almond, dan beras merah memang dipercaya bisa meningkatkan produksi ASI. Akan tetapi, bila Busui mengalami hiperlaktasi, Busui perlu mengurangi atau justru menghindari ASI booster ini untuk menekan proses produksi ASI agar tidak berlebihan.
Sebenarnya, hiperlaktasi bisa berhenti dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu. Namun, bila hiperlaktasi membuat Busui tidak nyaman atau telah menyebabkan Si Kecil sulit menyusu, lakukanlah cara–cara di atas untuk mengatasinya.
Jika setelah menerapkan cara–cara di atas tapi hiperlaktasi yang dialami tidak kunjung mereda, sebaiknya periksakan diri ke dokter atau konsultan laktasi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.