Penyakit hipotirodisme adalah kelainan akibat kekurangan hormon tiroid. Kelainan ini dapat menyebabkan penderitanya mudah lelah dan sulit untuk berkonsentrasi.

Hipotirodisme atau hipotiroid lebih sering ditemui pada wanita lanjut usia. Umumnya, penyakit ini menimbulkan gejala yang tidak spesifik di tahap awal, seperti kenaikan berat badan atau mudah lelah yang dianggap biasa terjadi seiring pertambahan usia. Namun, seiring perkembangan penyakit, gejala tersebut akan makin berat.

Hipotiroidisme - Alodokter

Meski jarang terjadi, hipotiroidisme juga dapat diderita oleh bayi baru lahir. Kondisi ini disebut hipotiroidisme kongenital. Bayi baru lahir yang mengalami hipotiroidisme kongenital akan mengalami gejala berupa penyakit kuning, lidah berukuran besar, hingga sesak napas.

Penyebab Hipotiroidisme

Kelenjar tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu yang terletak di sisi depan leher, tepat di bawah jakun. Kelenjar ini bertugas menghasilkan hormon tiroid yang membantu tubuh menggunakan energi, termasuk mengatur metabolisme, suhu tubuh, dan detak jantung.

Hipotiroidisme terjadi saat kelenjar tiroid tidak dapat memproduksi hormon tersebut dalam jumlah yang cukup. Gangguan hormon ini biasa disebabkan oleh beberapa hal berikut:

  • Penyakit autoimun
    Penyakit autoimun, terutama penyakit Hashimoto, merupakan penyebab hipotirodisme yang paling umum. Pada penyakit ini, tubuh menghasilkan antibodi yang justru menyerang kelenjar tiroid sehingga fungsinya terganggu.
  • Pengobatan pada kelenjar tiroid
    Radioterapi pada area leher dapat merusak sel-sel kelenjar tiroid, sehingga kelenjar tersebut sulit untuk memproduksi hormon. Selain itu, operasi tiroid juga dapat menjadi penyebab hipotiroidisme.
  • Obat-obatan tertentu
    Penggunaan beberapa jenis obat, seperti lithium, amiodarone, dan interferon, dapat menyebabkan hipertiroidisme. Obat-obatan tersebut digunakan untuk mengatasi gangguan mental, gangguan irama jantung, dan kanker.

Meskipun jarang, kondisi di bawah ini juga dapat menyebabkan hipotirodisme:

  • Pola makan rendah yodium
    Yodium adalah mineral penting yang dibutuhkan oleh kelenjar tiroid agar dapat memproduksi hormon. Kekurangan yodium bisa menyebabkan hipotirodisme.
  • Kelainan bawaan
    Beberapa bayi lahir dengan kelenjar tiroid yang tidak berkembang sempurna, bahkan tanpa kelenjar tiroid. Kondisi yang disebut hipotiroidisme kongenital ini terjadi akibat beragam hal, mulai dari pola makan ibu hamil yang rendah yodium hingga faktor genetik.
  • Gangguan hormon TSH
    TSH (thyroid-stimulating hormone) adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari untuk membantu kelenjar tiroid dalam memproduksi dan melepaskan hormon. Gangguan pada hormon TSH akan memengaruhi produksi hormon tiroid.

Penyakit yang dapat menyebabkan rendahnya hormon TSH antara lain adalah sindrom Sheehan dan tumor kelenjar hipofisis.

Selain itu, ada juga kondisi yang bisa membuat seseorang lebih berisiko menderita hipertiroidisme, di antaranya:

  • Berjenis kelamin wanita dan berusia di atas 60 tahun
  • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit tiroid
  • Sedang hamil atau baru melahirkan dalam waktu 6 bulan terakhir
  • Menderita penyakit autoimun lainnya, seperti diabetes tipe 1, penyakit celiac, atau multiple sclerosis
  • Menderita gangguan bipolar, sindrom Down, atau sindrom Turner

Gejala Hipotiroidisme

Gejala hipotirodisme tergantung pada seberapa rendah kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Sejumlah keluhan yang dapat terjadi akibat hipotiroidisme antara lain:

  • Mudah lelah dan pusing
  • Sembelit atau susah buang air besar
  • Otot-otot terasa lemah, nyeri, dan kaku
  • Lebih sensitif pada cuaca dingin
  • Kulit kering, kasar, mudah mengelupas, dan keriput
  • Berat badan naik tanpa penyebab yang jelas
  • Wajah bengkak dan suara menjadi parau
  • Rambut rontok dan tipis
  • Kuku rapuh
  • Mudah lupa dan sulit berkonsentrasi
  • Denyut jantung lambat (bradikardia)
  • Napas lambat dan pendek (hipoventilasi)

Gejala-gejala di atas berkembang cukup lambat, bahkan hingga hitungan tahun. Hal ini membuat gejala hipotiroidisme tidak langsung disadari.

Meski lebih sering dialami oleh wanita berusia lanjut, hipotiroid dapat diderita oleh siapa saja, termasuk bayi baru lahir (hipotiroidisme kongenital). Gejala hipotiroid pada bayi sedikit berbeda dengan orang dewasa, yaitu:

  • Sering kentut atau bersendawa (perut kembung)
  • Tidak mau makan dan jarang buang air besar (sembelit)
  • Tidur terlalu lama
  • Tangan dan kaki terasa dingin
  • Lebih rewel dan suara tangisannya parau
  • Lidah bengkak dan menjulur keluar
  • Penyakit kuning
  • Sulit bernapas
  • Pertumbuhannya terhambat, berat badan rendah, dan terlambat berjalan

Kapan harus ke dokter

Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala hipotirodisme seperti yang telah disebutkan di atas, untuk memastikan penyebabnya. Penanganan medis diperlukan untuk mencegah hipotiroid bertambah parah dan menghindari risiko terjadinya komplikasi.

Jika Anda pernah atau sedang menjalani perawatan untuk penyakit tiroid, lakukan pemeriksaan secara berkala sesuai anjuran dokter. Penyakit tiroid, termasuk hipotirodisme, bisa menjadi penyakit kronis. Oleh karena itu, kondisinya perlu dipantau dari waktu ke waktu.

Penderita depresi atau penyakit autoimun lebih berisiko terkena hipotirodisme. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan rutin ke dokter agar kondisinya dapat dipantau.

Segera ke IGD bila Anda mengalami gejala hipotirodisme yang disertai dengan pembengkakan di seluruh wajah, sulit bernapas, syok, atau kejang. Penanganan perlu segera dilakukan karena bisa berakibat fatal.

Bila Anda sedang hamil, lakukan kunjungan rutin ke dokter kandungan minimal sebulan sekali atau sesuai anjuran dokter. Informasikan secara rinci segala keluhan yang Anda rasakan untuk membantu dokter memberikan saran yang tepat. Hal ini karena hipotirodisme juga dapat terjadi pada ibu hamil.

Diagnosis Hipotiroidisme

Untuk mendiagnosis hipertiroidisme, dokter akan menanyakan keluhan yang dialami pasien, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, serta prosedur medis yang pernah dijalani pasien. Dokter juga akan menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita pasien dan anggota keluarganya.

Selanjutnya, pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk mengamati kondisi kulit, kemampuan otot, refleks, hingga detak jantung pasien. Bila pasien diduga menderita hipotirodisme, tes darah akan dilakukan untuk memastikan diagnosis.

Tes darah dapat mengukur kadar hormon tiroid dan TSH di dalam tubuh. Rendahnya kadar tiroid atau tingginya kadar TSH di dalam darah dapat menandakan terjadinya hipotirodisme.

Untuk mengetahui penyebab hipotiroidisme, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan tambahan, misalnya pemeriksaan kadar iodin dalam urine untuk mengetahui apakah hipotiroid disebabkan oleh kekurangan yodium atau pemeriksaan anti TPO, untuk mengetahui apakah hipotiroidisme disebabkan oleh penyakit autoimun.

Pengobatan Hipotiroidisme

Pengobatan penyakit hipotirodisme bertujuan untuk mengurangi atau meredakan gejala yang dialami pasien. Caranya dengan mengonsumsi obat minum yang berisi hormon tiroid sintetis, yaitu levothyroxine.

Sebagian besar hipotirodisme berlangsung dalam jangka panjang (kronis). Oleh sebab itu, konsumsi levothyroxine bisa berlangsung seumur hidup agar penyakit terus terkontrol. Selama pengobatan, pasien harus rutin kontrol ke dokter endokrin secara berkala, karena dosis obat perlu selalu disesuaikan dengan kondisi pasien.

Penting untuk diingat, pasien tidak disarankan untuk berhenti minum obat secara tiba-tiba, kecuali disarankan oleh dokter. Selama masa pengobatan, pasien perlu melakukan tes darah setiap 6–12 bulan untuk memantau efek pengobatan.

Komplikasi Hipotiroidisme

Jika tidak ditangani, hipotiroidisme bisa menyebabkan beragam komplikasi, seperti:

Sedangkan hipotiroid yang terjadi pada ibu hamil dapat menimbulkan komplikasi berupa:

  • Anemia
  • Preeklamsia
  • Keguguran
  • Bayi lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah
  • Bayi lahir dalam kondisi cacat
  • Bayi mengalami gangguan perkembangan fisik atau mental

Pencegahan Hipotiroidisme

Penyakit hipotirodisme dapat dicegah dengan menghindari penyebab dan faktor risikonya. Caranya adalah dengan:

  • Menerapkan pola makan sehat dan seimbang
  • Mengonsumsi makanan beryodium, termasuk garam beryodium, rumput laut, telur, udang, dan produk susu
  • Menjalani pengobatan dan pemeriksaan secara berkala bila menderita penyakit autoimun atau pernah menjalani pengobatan penyakit tiroid
  • Menjalani pemeriksaan rutin ke dokter kandungan selama masa kehamilan

Bila sedang menjalani pengobatan hipotirodisme, hindari mengonsumsi obat atau suplemen lain tanpa memberi tahu dokter, karena dapat mengganggu efektivitas obat.

Selain itu, hindari konsumsi kacang kedelai berdekatan dengan waktu minum obat, karena bisa menghambat penyerapan hormon tiroid. Meski begitu, hal tersebut masih terus diteliti.