Hoarding disorder adalah perilaku gemar menimbun barang karena menganggap barang itu akan berguna di kemudian hari, mengingatkan pada suatu peristiwa, atau merasa aman ketika dikelilingi benda-benda tersebut.
Penderita hoarding disorder biasanya menyimpan banyak benda, seperti koran atau majalah, perlengkapan rumah tangga, bahkan pakaian yang sudah kotor dan rusak. Hal ini membuat tempat tinggalnya sempit karena terisi penuh dengan benda-benda yang ditimbun.
Hoarding disorder terkadang bisa sulit diobati karena banyak penderitanya tidak menyadari bahwa perilaku ini bermasalah. Kondisi ini kerap dialami oleh para penderita gangguan kepribadian obsesif kompulsif.
Penyebab Hoarding Disorder
Penyebab hoarding disorder belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu:
- Mengalami gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, dan gangguan obsesif kompulsif (OCD)
- Dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengajari cara memilah barang
- Memiliki keluarga yang juga menderita hoarding disorder
- Pernah ditinggalkan oleh orang yang dicintai
- Pernah mengalami kesulitan ekonomi
- Pernah mengalami kehilangan harta benda akibat kebakaran atau bencana alam
Gejala Hoarding Disorder
Mencari dan menyimpan barang dalam jumlah berlebihan merupakan gejala awal hoarding disorder. Penderita juga dapat menunjukkan tanda dan gejala berikut:
- Sulit membuang barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan
- Merasa cemas ketika hendak membuang barang yang tidak diperlukan
- Sulit mengambil keputusan
- Mencari benda lain dari luar rumah agar bisa ditimbun
- Merasa tertekan saat benda miliknya disentuh orang lain
- Menyimpan barang sampai mengganggu fungsi ruangan di rumah
- Melarang orang lain membersihkan rumahnya
- Menjauhkan diri dari keluarga dan teman
Selain barang, penderita hoarding disorder juga bisa mengumpulkan hewan yang terlantar, tetapi tidak mengurusnya dengan benar.
Kapan harus ke dokter
Penderita hoarding disorder umumnya jarang memeriksakan diri ke dokter karena merasa tidak ada yang salah atau janggal dengan perilakunya. Jika keluarga atau orang terdekat Anda menunjukkan gejala kondisi ini, ajaklah mereka untuk berkonsultasi ke dokter.
Melalui konsultasi, dokter dapat melakukan pemeriksaan untuk memastikan diagnosis dan merekomendasikan metode perawatan yang tepat.
Diagnosis Hoarding Disorder
Untuk mendiagnosis hoarding disorder, dokter akan bertanya seputar riwayat kesehatan pasien dan kebiasaannya memperoleh atau menyimpan barang. Dokter juga dapat menanyakan kondisi pasien dan keadaan rumahnya kepada orang terdekat pasien.
Selanjutnya, dokter akan menggunakan kriteria Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders (DSM-5) untuk mendiagnosis hoarding disorder. Beberapa kriteria yang menunjukkan hoarding disorder adalah:
- Kesulitan untuk membuang benda yang sudah tidak terpakai
- Keinginan untuk selalu menyimpan atau menimbun banyak benda
- Tempat tinggal penderita penuh dengan benda yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatannya
- Benda yang ditimbun menimbulkan masalah di lingkungan sekitar, hubungan sosial, dan pekerjaan
- Kebiasaan menimbun benda tidak terkait gangguan kesehatan lain, seperti cedera otak atau sindrom Prader-Willi
Pengobatan Hoarding Disorder
Hoarding disorder dapat diatasi dengan psikoterapi dan pemberian obat-obatan. Berikut adalah penjelasannya:
Psikoterapi
Pada terapi perilaku kognitif, dokter akan melatih pasien untuk menahan keinginan menimbun barang dan membuang barang-barang yang ditumpuk. Terapi ini dapat melibatkan anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan pasien.
Obat-obatan
Dokter dapat meresepkan obat-obatan jika pasien menderita gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Obat-obatan yang biasanya diresepkan adalah jenis antidepresan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
Selain menjalani pengobatan, Anda bisa melakukan langkah-langkah di bawah ini untuk membantu proses pemulihan:
- Buat daftar benda-benda di rumah.
- Kelompokkan barang-barang menjadi “disimpan”, “buang”, “daur ulang”, atau “sumbangkan”.
- Buang benda yang menumpuk secara perlahan tiap hari, misalnya 5 benda sehari.
- Bersihkan maksimal 1 ruangan setiap hari atau minggu.
- Buat jadwal harian yang tidak berlebihan, misalnya menyortir kertas-kertas kwitansi setelah sarapan sambil mendengar musik, mencuci baju setelah makan siang, atau mencuci piring setelah makan.
- Sumbangkan barang yang layak pakai kepada orang yang membutuhkan.
- Letakkan tempat sampah di setiap ruangan, seperti kamar, ruang tamu, dan dapur.
- Ambil foto ruangan sebelum dan sesudah dibersihkan, kemudian lihat dan bandingkan untuk melihat pencapaian Anda.
- Cobalah untuk membuat keputusan dengan cepat apakah akan menyimpan suatu barang atau tidak.
- Manfaatkan teknologi, seperti menonton film di ponsel ketimbang menumpuk DVD, untuk mengurangi kecenderungan menumpuk barang.
- Tarik napas dalam ketika merasa tidak nyaman dan tegang setiap membuang barang.
- Berikan hewan-hewan yang dikumpulkan ke shelter
Komplikasi Hoarding Disorder
Hoarding disorder yang tidak tertangani dapat menurunkan kualitas hidup dan menimbulkan masalah lain, seperti:
- Risiko jatuh atau tertimpa benda-benda yang ditimbun
- Terjebak dalam ruangan yang sempit
- Risiko terlibat konflik dengan keluarga atau orang sekitar
- Terisolasi dari lingkungan sekitar
- Rumah sulit dibersihkan sehingga berisiko menjadi sarang kuman
- Produktivitas kerja menurun
- Kebakaran
Pencegahan Hoarding Disorder
Penyebab hoarding disorder belum diketahui. Oleh sebab itu, belum ada cara untuk mencegah kondisi ini. Namun, orang dengan gangguan mental seperti depresi dan OCD perlu menjalani pengobatan sejak dini untuk mengurangi risiko terjadinya hoarding disorder.