Hustle culture adalah gambaran kehidupan orang yang terobsesi dengan pekerjaannya. Fenomena ini telah menjadi tren gaya hidup di kalangan remaja atau dewasa muda. Padahal, hustle culture bisa berdampak buruk bagi kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
Istilah hustle culture dimaknai sebagai gaya hidup yang menuntut seseorang untuk kerja keras dan kerja cepat hingga melampaui batas kemampuan dirinya. Oleh karena itu, hustle culture disebut juga dengan “budaya gila kerja”.
Pada hustle culture, seseorang mendedikasikan hidupnya untuk bekerja dan tidak memiliki waktu luang untuk istirahat atau bahkan menjalani kehidupan pribadi.
Karena telah menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari dan sebuah standar untuk mengukur produktivitas seseorang, tak jarang orang yang menjalaninya tidak menyadari bahwa ia terjebak dalam gaya hidup hustle culture.
Alasan Berkembangnya Gaya Hidup Hustle Culture
Tanpa disadari, hustle culture bisa berkembang menjadi gaya hidup karena terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan pencapaian dan kesuksesan orang lain. Hal ini menimbulkan rasa insecure atau takut tertinggal dari orang lain.
Akibatnya, seseorang terdorong untuk terus bekerja tanpa kenal lelah dan waktu serta tidak mementingkan diri sendiri. Situasi ini akhirnya membuat orang yang menjalaninya terjebak dalam gaya hidup hustle culture.
Selain itu, hustle culture juga sering kali muncul dari obsesi pribadi untuk mencapai status sosial yang tinggi di mata orang lain atau untuk memenuhi tuntutan hidup. Orang yang perfeksionis juga biasanya memiliki gaya hidup hustle culture.
Ketahui Ciri-Ciri Hustle Culture
Ciri utama seseorang yang terjebak dalam hustle culture adalah ia beranggapan bahwa bekerja dengan produktif berarti harus kerja keras tanpa henti. Bila tidak melakukannya, ia akan merasa sangat bersalah dengan dirinya sendiri.
Selain itu, beberapa ciri hustle culture lain yang perlu diketahui meliputi:
- Memikirkan pekerjaan setiap waktu dan di mana pun
- Mengorbankan waktu tidur untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan
- Mengabaikan saran orang lain untuk istirahat dan mengurangi pekerjaan
- Merasa terobsesi dengan kesuksesan soal pekerjaan
- Memiliki ketakutan yang kuat akan kegagalan di tempat kerja
- Bekerja untuk mengatasi perasaan bersalah atau depresi
- Memiliki work-life balance yang buruk
- Menggunakan alasan pekerjaan sebagai cara untuk menghindari hubungan dengan orang lain
- Merasa tidak percaya diri dan selalu merasa dirinya kurang mampu
- Jarang merasa puas terhadap apa yang telah diraih dan selalu merasa ada yang salah
- Tidak memiliki waktu untuk memikirkan kebahagiaan diri sendiri
- Mengabaikan kesehatan diri hingga sering lupa makan, tidur larut malam, dan lelah secara mental akibat bekerja secara berlebihan
Tidak hanya itu, menjalani gaya hidup hustle culture juga menyebabkan munculnya berbagai keluhan fisik, seperti sering pusing, sakit perut, atau tidak enak badan.
Berbagai Dampak Hustle Culture bagi Kesehatan dan Cara Menyikapinya
Kerja keras bukanlah suatu hal yang salah untuk dilakukan. Namun, bila seseorang sudah di tahap obsesi dengan pekerjaannya hingga mengorbankan waktu untuk istirahat dan tidur atau sekadar memulihkan diri, di sinilah masalah kesehatan fisik dan mental bisa berkembang.
Tidak jarang orang yang terjebak dalam hustle culture mengabaikan keluhan fisik dan terus bekerja. Lama-kelamaan, ia menjadi tidak bisa mengenali lagi tanda-tanda tubuh yang membutuhkan istirahat. Kebiasaan ini nantinya bisa berdampak buruk terhadap kesehatan dalam jangka panjang.
Menurut berbagai penelitian, jam kerja yang panjang berkaitan erat degan stres dan depresi. Selain itu, penelitian lain juga menemukan bahwa bekerja 55 jam atau lebih per minggu bisa meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan stroke.
Jika Anda merasa terjebak dalam hustle culture, cobalah istirahat dan nilai bagaimana perasaan Anda saat istirahat. Saat rehat, Anda bisa mencoba meditasi mindfulness. Cara ini bisa membantu untuk mengenali tekanan yang dirasakan, respons tubuh, dan kebutuhan diri.
Selain itu, beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyikapi hustle culture, yaitu:
- Jika mulai merasa terlalu lama bekerja dan tubuh terasa lelah, sebaiknya segera istirahat.
- Pahami dan tetapkan batasan waktu, misalnya waktu untuk bekerja, diri sendiri, keluarga, dan teman-teman.
- Buatlah daftar pekerjaan atau aktivitas prioritas setiap harinya.
- Susunlah jadwal dengan baik dan patuhilah agar pekerjaan tidak menumpuk. Jangan lupa masukkan jadwal istirahat.
- Tetapkan target pekerjaan sesuai kemampuan diri.
- Hindari membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Ingat, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.
- Jangan sungkan untuk memberi tahu atasan atau manager terkait beban kerja dan kondisi diri.
Jika Anda tetap tidak bisa berhenti memikirkan pekerjaan dan merasa harus melarikan diri ke pekerjaan untuk menghindari tanggung jawab lain, sebaiknya carilah bantuan ke psikolog untuk mendapatkan saran yang tepat agar Anda bisa menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan. Psikolog mungkin juga akan menyarankan untuk menerapkan pola hidup yang lebih sehat, termasuk menerapkan slow living.