Hipoalbuminemia adalah kondisi ketika kadar albumin dalam darah lebih rendah dari batas normal. Kondisi ini biasanya terjadi pada seseorang dengan penyakit yang berat. Hipoalbuminemia dapat menyebabkan berbagai gangguan dalam tubuh dan menghambat penyembuhan luka.
Albumin adalah protein yang dihasilkan oleh hati, sekaligus merupakan jenis protein terbanyak di dalam darah. Selain di dalam darah, albumin juga disimpan di jaringan tubuh, terutama kulit.
Albumin berfungsi untuk membantu regenerasi jaringan tubuh dan menjaga cairan tubuh agar tidak bocor keluar dari pembuluh darah. Selain itu, albumin juga berfungsi untuk mendistribusikan beberapa zat ke seluruh tubuh, di antaranya hormon, vitamin, mineral, bilirubin, lemak, dan obat-obatan tertentu.
Kadar albumin normal berkisar antara 3,5 –5,9 gram per desiliter (g/dL). Seseorang dikatakan mengalami hipoalbuminemia bila kadar albumin di bawah 3,5 g/dL. Hipoalbuminemia bisa terjadi secara tiba-tiba atau perlahan, tergantung pada penyakit penyebabnya.
Penyebab Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia dapat terjadi akibat beberapa kondisi berikut:
- Sirosis, yang menyebabkan berkurangnya produksi albumin dari hati
- Kekurangan asupan protein, kalori, dan vitamin
- Gangguan pada penyerapan nutrisi
- Luka bakar, yang menyebabkan hilangnya banyak albumin dari jaringan kulit
- Sindrom nefrotik, yang menyebabkan seseorang kehilangan banyak protein darah (termasuk albumin) dari urine
- Lupus, terutama pada ginjal (lupus nefritis), yang dapat menyebabkan kehilangan albumin dari urine
- Penyakit tertentu, seperti diabetes atau hipertiroidisme, yang dapat mengganggu fungsi hati dalam memproduksi albumin
- Gagal jantung, yang menyebabkan penumpukan cairan di dalam tubuh sehingga kadar albumin terlihat lebih rendah dari normal
- Peradangan, misalnya akibat operasi, infeksi, sepsis, cedera, atau penyakit berat seperti kanker
Faktor risiko Hipoalbuminemia
Meski dapat dialami oleh siapa saja, hipoalbuminemia lebih rentan terjadi pada:
- Pasien usia lanjut yang sedang dirawat di rumah sakit
- Pasien yang menderita penyakit berat, misalnya kanker stadium akhir
- Anak-anak yang menderita malnutrisi
Gejala Hipoalbuminemia
Gejala yang muncul pada penderita hipoalbuminemia tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa keluhan yang dapat dialami oleh penderita hipoalbuminemia adalah:
- Pembengkakan pada wajah atau tungkai akibat penumpukan cairan (edema)
- Kulit kasar atau kering
- Rambut menipis
- Sesak napas
- Tubuh lemah atau mudah lelah
- Gangguan irama jantung
- Berat badan bertambah secara tiba-tiba
- Hilang nafsu makan
Kapan harus ke dokter
Segera periksakan diri ke dokter penyakit dalam bila Anda tiba-tiba merasa mudah lelah, sulit bernapas, atau mengalami pembengkakan di tungkai.
Hipoalbuminemia dapat menghambat pertumbuhan anak. Jika pertumbuhan anak Anda terlihat tidak sesuai dengan anak seusianya, segera konsultasikan dengan dokter anak.
Diagnosis Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia didiagnosis melalui tes darah. Dokter akan mengukur kadar albumin dengan mengambil sampel darah pasien untuk diperiksa di laboratorium.
Jika kadar albumin darah rendah, dokter akan mencari penyebab hipoalbuminemia. Sebagai langkah awal, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien, dilanjutkan dengan tes fisik, misalnya tes untuk melihat edema.
Setelah itu, dokter akan melakukan beberapa tes lanjutan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan gejala pasien adalah:
- Tes darah, untuk melihat tanda-tanda infeksi, peradangan, atau fungsi hati
- Tes urine, untuk mengukur kadar albumin pada urine pasien guna mendeteksi penyakit ginjal
- Uji sampel feses, untuk mendeteksi kemungkinan adanya gangguan penyerapan nutrisi di usus (malabsorbsi)
- USG perut, untuk mendeteksi kemungkinan sirosis
- USG jantung (ekokardiografi), untuk mendeteksi kemungkinan gagal jantung
- Foto Rontgen dada, untuk melihat kemungkinan infeksi paru yang menyebabkan peradangan
Pengobatan Hipoalbuminemia
Penanganan hipoalbuminemia bertujuan untuk meningkatkan kadar albumin di dalam darah. Metode penanganannya dapat berbeda-beda, tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Sebagai contoh, hipoalbuminemia yang disebabkan oleh sirosis hati akan diatasi dengan transplantasi hati. Sementara itu, hipoalbuminemia yang disebabkan oleh malnutrisi bisa diatasi dengan mengonsumsi makanan kaya protein, seperti kacang-kacangan, putih telur, ikan gabus, serta susu dan produk turunannya.
Pada pasien dengan gangguan ginjal, dokter akan meresepkan obat-obatan untuk menangani hipertensi, seperti captopril atau benazepril, untuk membantu mencegah keluarnya albumin lewat urine. Sementara pada hipoalbuminemia yang disebabkan oleh sindrom nefrotik, dokter akan memberikan kortikosteroid.
Transfusi albumin juga dapat dilakukan untuk menangani hipoalbuminemia yang cukup parah. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan albumin ke dalam tubuh pasien melalui infus.
Komplikasi Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi serius meliputi:
- Pneumonia
- Asites
- Efusi pleura
- Atrofi otot
Hipoalbuminemia yang tidak tertangani bisa memperburuk kondisi pasien, menghambat penyembuhan luka, atau meningkatkan risiko kematian.
Pencegahan Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia dapat dicegah dengan melakukan upaya-upaya di bawah ini:
- Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
- Membatasi asupan makanan tinggi garam
- Menjalani pengobatan atau minum obat sesuai saran dokter
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol