Hysteria adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan tingkah laku emosional berlebihan. Orang dengan kondisi ini bisa saja sadar akan perilakunya, tetapi terkadang bisa juga tidak. Hysteria bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari serangan panik, trauma psikologis berat, hingga gangguan kepribadian.
Dalam ilmu psikiatri atau kedokteran jiwa, hysteria tergolong kelainan disosiatif atau kelainan somatik. Saat terkena hysteria, seseorang bisa mengalami gangguan pada kesadaran, identitas, dan ingatannya.
Gejala yang dialami penderita hysteria dapat berbeda-beda, seperti perilaku yang tidak seperti biasanya, halusinasi, pandangan berbayang, dan emosi yang meledak secara tiba-tiba.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa hysteria bisa terjadi secara perorangan maupun secara berkelompok pada waktu yang bersamaan (mass hysteria). Oleh masyarakat umum, hysteria terkadang diartikan sebagai fenomena kesurupan.
Penyebab Hysteria
Penyebab hysteria bisa bermacam-macam, tetapi terkadang tidak diketahui secara pasti. Berikut ini adalah kemungkinan penyebab histeria:
- Gangguan kecemasan umum
- Serangan panik
- Gangguan psikotik atau psikosis
- Gangguan mood, seperti bipolar dan depresi
- Gangguan identitas disosiatif atau kepribadian ganda
- PTSD
Faktor risiko hysteria
Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hysteria, yaitu:
- Jenis kelamin wanita
- Stres berat dan tidak terkontrol
- Perfeksionis atau terlalu teliti
- Riwayat keluarga penderita hysteria
- Penyakit saraf, seperti epilepsi
- Trauma psikologis, misalnya karena pelecehan atau kekerasan
- Paparan zat beracun dan logam berat, seperti merkuri, timbal, dan cadmium
- Penyalahgunaan narkoba dan kecanduan alkohol
Gejala Hysteria
Beberapa gejala yang biasanya muncul pada penderita hysteria adalah:
- Emosi yang tidak stabil
- Halusinasi
- Terlalu dramatis atau bersemangat
- Terlalu sensitif
- Tidak peka terhadap kondisi dan orang di sekitarnya
- Tubuh bergetar hebat yang disertai tawa atau tangis
- Delirium
- Detak jantung tidak teratur
- Keringat dingin
- Berbicara tidak jelas dan tidak seperti biasanya
- Hilang ingatan (amnesia)
- Lumpuh sesaat
- Pingsan
- Kejang
- Kesakitan
- Otot kejang atau kaku
Kapan harus ke dokter
Jika Anda, pasangan Anda, atau orang terdekat ada yang mengalami gejala hysteria, jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya.
Diagnosis Hysteria
Untuk mendiagnosis hysteria, psikolog atau psikiater akan bertanya kepada pasien terkait hal-hal berikut:
- Gejala yang dialami
- Riwayat kesehatan mental pasien dan keluarganya
- Riwayat penyakit yang pernah dialami
Di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM–5), gejala hysteria dapat digolongkan sebagai kelainan somatik (somatic symptom disorder) maupun kelainan disosiatif. Seseorang bisa didiagnosis mengalami hysteria atau kelainan somatik jika mengalami hal berikut:
- Aktivitas sehari-hari terganggu akibat gejala yang dialami
- Gejala berlangsung lebih dari 6 bulan
- Cemas akan gejala yang sedang dialami
- Gejala tidak disebabkan oleh penyakit atau penyalahgunaan obat-obatan
- Gejala tidak disebabkan oleh kondisi lain, baik fisik maupun psikologis
Pengobatan Hysteria
Pengobatan hysteria disesuaikan dengan kondisi pasien dan penyebabnya. Biasanya, hysteria ditangani dengan psikoterapi, obat-obatan, maupun gabungan keduanya.
Jenis psikoterapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hysteria antara lain:
- Cognitive behavioral therapy (CBT), untuk membantu pasien mengenali, serta mengubah pikiran dan perilaku negatifnya
- Dialectical behavioral therapy (DBT), untuk membantu pasien mengendalikan emosi dan mencegahnya melakukan tindakan yang dapat melukai diri sendiri
- Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR), untuk membantu pasien mengurangi tekanan psikologisnya dengan latihan visual
- Meditasi, untuk meredakan tingkat stres yang dialami pasien dan menenangkan pikiran
Selama menjalani terapi, pasien hysteria juga mungkin diberikan obat-obatan untuk meredakan gejalanya. Jenis obat yang biasanya diberikan antara lain antidepresi, anticemas, maupun antipsikotik.
Komplikasi Hysteria
Hysteria dapat membuat kualitas hidup penderitanya menurun. Komplikasi yang dapat muncul akibat hysteria mencakup:
- Peningkatan risiko terkena gangguan kesehatan mental lain, seperti gangguan cemas dan depresi
- Kesulitan bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar
- Kesulitan untuk tidur (insomnia)
- Kehilangan minat terhadap hobi atau interaksi sosial
- Kesulitan untuk fokus, mengingat sesuatu, dan membuat keputusan
- Muncul pikiran atau bahkan mencoba untuk bunuh diri
Pencegahan Hysteria
Meski tidak bisa dicegah, hysteria dapat diredakan dengan melakukan kegiatan positif, seperti:
- Melatih pikiran untuk fokus pada saat ini alih-alih memikirkan masa lalu atau hari esok
- Melakukan meditasi untuk menenangkan pikiran
- Mencurahkan perasaan yang dialami ke dalam catatan harian atau jurnal
- Melakukan aktivitas fisik, seperti jogging, bersepeda, atau sekedar berjalan kaki keliling komplek rumah
- Membuat jadwal tidur dan usahakan untuk tidur pada waktu yang sama setiap harinya