Ibuprofen adalah obat pereda nyeri dan penurun demam. Obat ini bisa meredakan nyeri haid, sakit kepala, migrain, sakit gigi, sakit pinggang, nyeri terkilir, atau demam saat flu maupun pilek. Ibuprofen juga memiliki efek antiperadangan sehingga bisa digunakan untuk mengatasi gejala radang sendi.

Ibuprofen menghambat enzim yang membentuk prostaglandin saat jaringan tubuh mengalami kerusakan atau cedera. Berbekal kemampuan tersebut, ibuprofen bisa meredakan peradangan dan gejala yang mengikutinya, termasuk nyeri, kemerahan, bengkak, panas, dan demam.

Ibuprofen

Ibuprofen juga dapat digunakan untuk mengatasi radang sendi dan demam pada flu tulang. Namun, untuk menggunakan ibuprofen sebagai obat flu tulang, Anda harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Flu tulang yang disebabkan oleh demam berdarah tidak boleh diatasi dengan ibuprofen, karena obat ini dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan.

Ibuprofen tersedia dalam bentuk obat minum dan suntik. Selain itu, ibuprofen bisa ditemukan dalam sediaan rektal yang terdiri dari enema dan supositoria. Ibuprofen rektal digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam dubur.

Merek dagang ibuprofen: Anafen, Arbupon, Arthrifen Plus, Axofen, Bimacyl, Bodrex Extra, Bodrexin IBP, Brufen, DolofenFarsifen, Farsifen Plus, Fenris, Hufagripp TMP, Ibuprofen NovapharinIbuprofen Promed, Ibuprofen Yarindo, Intrafen, Ifen, Iremax, Neo Rheumacyl, Novaxifen, Oskadon SP, Paramex Nyeri Otot, Peinlos 400, Profenal, Procold, Proris

Apa Itu Ibuprofen

Golongan Obat bebas terbatas dan obat resep
Kategori Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
Manfaat Meredakan nyeri derajat ringan hingga sedang
Menurunkan demam
Digunakan oleh  Dewasa dan anak usia ≥6 bulan
Ibuprofen untuk ibu hamil Usia kehamilan ≤20 minggu
Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping ibuprofen terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil.
Obat ini hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Usia kehamilan >20 minggu
Kategori D: Ada bukti bahwa ibuprofen berisiko terhadap janin manusia. Namun, obat dalam kategori ini masih mungkin digunakan ketika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa.
Ibuprofen untuk ibu menyusui Ibuprofen dapat digunakan oleh ibu menyusui dengan dosis sesuai aturan pakai pada kemasan produk atau anjuran dokter.
Bentuk obat Tablet, kapsul, kapsul lunak, suspensi atau sirop, tetes oral atau drops, granula, suntik 

Peringatan sebelum Menggunakan Ibuprofen

Ibuprofen tidak boleh digunakan secara sembarangan. Sebelum menggunakan obat ini untuk diri sendiri atau memberikannya kepada anak, penting bagi Anda untuk memperhatikan hal-hal berikut:

  • Jangan menggunakan ibuprofen jika memiliki alergi terhadap obat ini. Jika ragu, temui dokter dan beri tahu tentang riwayat alergi yang dimiliki.
  • Hindari penggunaan ibuprofen jika pernah mengalami serangan asma, atau reaksi alergi berat setelah menggunakan aspirin atau obat lain dari kelompok NSAID, seperti asam mefenamat.
  • Jangan menggunakan ibuprofen tanpa persetujuan dokter jika Anda atau anak hendak atau baru saja menjalani operasi bypass jantung.
  • Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan ibuprofen jika Anda atau anak Anda sedang atau pernah mengalami tukak lambung, perdarahan saluran pencernaan, ulkus duodenum, penyakit liver, penyakit ginjal, kolitis ulseratif, penyakit Crohn, polip hidung, gangguan pembekuan darah, edema, anemia, porfiria, atau lupus.
  • Konsultasikan mengenai penggunaan ibuprofen ke dokter jika Anda atau anak Anda menderita penyakit jantung maupun stroke, atau kondisi lain yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit tersebut, termasuk hipertensi atau dislipidemia. Beri tahu dokter jika Anda baru saja mengalami serangan jantung.
  • Pastikan untuk berkonsultasi ke dokter sebelum menggunakan ibuprofen jika menderita diabetes atau fenilketonuria. Ibuprofen bentuk cair atau granula bisa mengandung gula atau aspartam yang konsumsinya perlu dibatasi oleh orang dengan kondisi tersebut.
  • Jangan memberikan ibuprofen kepada bayi usia <6 bulan kecuali atas anjuran dokter.
  • Berkonsultasilah ke dokter sebelum menggunakan ibuprofen jika Anda sedang hamil, mungkin sedang hamil, merencanakan kehamilan, atau sedang menyusui.
  • Konsultasikan ke dokter perihal penggunaan ibuprofen jika Anda sedang mengalami gangguan kesuburan yang menyebabkan sulit hamil, atau sedang menjalani tes kesuburan.
  • Hindari penggunaan ibuprofen jika Anda yang sedang berencana hamil atau menjalani program hamil. Obat ini bisa menurunkan kesuburan pada wanita.
  • Diskusikan dengan dokter sebelum menggunakan ibuprofen jika Anda sedang menjalani terapi dengan obat tertentu, termasuk suplemen dan produk herbal. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi interaksi antarobat. 
  • Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menggunakan ibuprofen. Tujuannya adalah untuk mencegah efek samping berupa perdarahan lambung.
  • Jangan langsung mengemudi atau melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan setelah menggunakan ibuprofen. Obat ini dapat menyebabkan pusing dan kantuk. Pastikan kondisi Anda benar-benar prima sebelum melakukan kegiatan tersebut.
  • Informasikan kepada dokter bahwa Anda sedang mengonsumsi ibuprofen jika direncanakan untuk menjalani operasi, termasuk operasi gigi.
  • Segera lapor dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah menggunakan ibuprofen.

Dosis dan Aturan Pakai Ibuprofen

Berikut adalah pembagian dosis ibuprofen sesuai bentuk obat dan kondisi yang diobati: 

Ibuprofen sediaan obat minum

Kondisi: Demam, nyeri ringan hingga sedang, termasuk nyeri haid

  • Dewasa dan anak usia >12 tahun: 200–400 mg, tiap 4–6 jam sekali sesuai kebutuhan. Dosis tidak melebihi 1.200 mg per hari, kecuali diresepkan oleh dokter.
  • Anak usia ≥6 bulan sampai ≥12 tahun: 4–10 mg/kgBB per 1 kali minum, tiap 6–8 jam sekali. Dosis maksimal adalah 40 mg/kgBB per hari.

Kondisi: Radang sendi, seperti rheumatoid arthritis dan osteoarthritis

  • Dewasa: 300–800 mg, tiap 6–8 jam, sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 3.200 mg per hari.

Kondisi: Radang sendi pada anak-anak atau juvenile idiopathic arthritis

  • Anak usia ≥1 tahun: 30–50 mg/kgBB per hari yang dibagi ke dalam 3 kali jadwal konsumsi (jarak 8 jam antardosis). Dosis maksimal 2.400 mg per hari.

Ibuprofen sediaan suntik atau infus

Ibuprofen suntik atau infus biasanya diberikan untuk mengatasi demam atau nyeri pada pasien yang tidak bisa minum obat atau menggunakan ibuprofen enema. Ibuprofen suntik juga bisa dikombinasikan dengan obat nyeri golongan opioid, seperti morfin, untuk mengatasi nyeri berat.

Ibuprofen suntik atau infus hanya boleh diberikan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan di bawah pengawasan dokter. Dosis ibuprofen suntik atau infus yang diberikan oleh dokter akan disesuaikan dengan kondisi pasien.

Cara Menggunakan Ibuprofen dengan Benar

Gunakan ibuprofen sediaan obat minum sesuai petunjuk yang tertera pada label kemasan. Jika ragu mengenai dosis ibuprofen, Anda sebaiknya menanyakan dosis yang tepat melalui konsultasi online dengan dokter. 

Berikut adalah cara yang benar dalam menggunakan ibuprofen tablet, kapsul, kapsul lunak, drops, granula, atau sirop maupun suspensi:

  • Minumlah ibuprofen bersama makanan atau susu untuk mencegah timbulnya sakit maag.
  • Jangan menggunakan obat ini melebihi dosis yang ditentukan.
  • Jika Anda mengonsumsi ibuprofen sediaan tablet, kapsul, atau kapsul lunak, telan obat dalam kondisi utuh. Jangan membelah, mengunyah, atau menggerus obat, kecuali atas saran dokter.
  • Apabila Anda menggunakan ibuprofen dalam bentuk sirop atau suspensi, kocok botol kemasan sebelum obat dikonsumsi. Gunakan alat takar atau pipet yang disertakan dalam kemasan supaya dosis yang dikonsumsi tepat. 
  • Jika hendak mengonsumsi ibuprofen sediaan granula, campurkan 1 saset obat ke dalam 150 ml air putih. Setelah tercampur rata, segera minum larutan obat tersebut.  
  • Jangan berbaring sampai 10 menit setelah minum ibuprofen.
  • Perbanyaklah minum air putih selama menggunakan ibuprofen. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya gangguan fungsi ginjal. Hubungi dokter jika saat mengonsumsi obat ini buang air kecil menjadi lebih sedikit  atau tidak keluar sama sekali.
  • Jika Anda lupa menggunakan ibuprofen, konsumsilah obat ini begitu teringat. Namun, bila jadwal minum obat selanjutnya sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
  • Jangan menggunakan ibuprofen dalam jangka panjang kecuali jika dianjurkan oleh dokter. Hentikan penggunaan ibuprofen jika nyeri atau demam sudah mereda. 
  • Hentikan pengobatan dan periksakan ke dokter jika demam Anda belum membaik setelah 3 hari atau nyeri belum mereda setelah 7 hari.
  • Segera bawa anak ke dokter jika demamnya belum turun setelah 3 hari, atau nyerinya belum membaik setelah 5 hari pemberian ibuprofen.
  • Jika menggunakan ibuprofen dalam jangka panjang, lakukan kontrol sesuai dengan jadwal yang diberikan dokter agar kondisi dan respons terapi dapat terpantau. Anda mungkin akan diminta untuk menjalani pemeriksaan tekanan darah atau tes fungsi hati dan ginjal.
  • Bila memungkinkan, periksalah tekanan darah Anda setiap hari dengan menggunakan tensimeter di rumah. Laporkan kepada dokter jika tekanan darah terlalu tinggi. Penggunaan ibuprofen dapat meningkatkan tekanan darah dan memperburuk hipertensi.
  • Simpan ibuprofen di tempat bersuhu ruangan. Hindarkan obat ini paparan sinar sinar matahari langsung, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.
  • Jangan mengonsumsi ibuprofen jika sudah melewati tanggal kedaluwarsa. Ibuprofen sirup atau suspensi tidak boleh digunakan lebih dari 14 hari setelah kemasan dibuka.

Ibuprofen suntik akan diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter. Obat ini akan diberikan melalui suntikan ke dalam pembuluh darah vena atau bisa juga melalui infus. Gunakan pakaian yang bagian lengannya mudah digulung agar infus mudah dipasang. Ikuti instruksi dokter agar hasil pengobatan maksimal.

Interaksi Ibuprofen dengan Obat Lain

Interaksi yang dapat terjadi jika ibuprofen digunakan secara bersamaan dengan obat tertentu adalah:

  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan saluran cerna jika digunakan bersama obat lain yang tergolong NSAID; obat antikoagulan, seperti warfarin; obat aspirin; obat kortikosteroid; atau obat antidepresan jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti escitalopram atau fluoxetine
  • Peningkatan risiko terjadinya kerusakan ginjal jika digunakan dengan ciclosporin atau tacrolimus
  • Peningkatan risiko terjadinya kejang jika digunakan dengan obat golongan quinolone, misalnya ciprofloxacin
  • Peningkatan risiko timbulnya efek samping dari ibuprofen jika obat ini digunakan bersama fluconazole atau voriconazole
  • Peningkatan kadar obat lithium, methotrexate, atau antibiotik golongan aminoglikosida sehingga dapat memicu timbulnya efek samping obat tersebut
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari digoxin
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping hipogikemia jika digunakan dengan obat diabetes golongan sulfonilurea, seperti glibenclamide
  • Peningkatan risiko terjadinya kelainan darah jika digunakan bersama zidovudine
  • Penurunan efektivitas obat antihipertensi, seperti ACE inhibitor atau ARB, dalam menurunkan tekanan darah

Agar terhindar dari efek interaksi yang tidak diinginkan, selalu beri tahu dokter jika hendak menggunakan obat lain bersama ibuprofen.

Efek Samping dan Bahaya Ibuprofen

Tiap obat berpotensi menyebabkan efek samping, termasuk ibuprofen. Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah menggunakan ibuprofen adalah:

  • Sensasi panas di dada atau nyeri ulu hati (heartburn)
  • Perut kembung
  • Mual dan muntah
  • Diare atau malah sembelit
  • Sakit maag, nyeri lambung
  • Pusing
  • Sakit kepala

Selain efek samping di atas, penggunaan ibuprofen suntik atau infus bisa menimbulkan nyeri di area bekas suntikan.

Hubungi dokter jika efek samping yang timbul tidak kunjung reda atau justru memburuk. Carilah pertolongan medis jika setelah menggunakan ibuprofen timbul reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius di bawah ini:

  • Timbul ruam berwarna merah atau ungu yang melepuh atau mengelupas
  • Mudah memar atau berdarah
  • Gejala hipertensi berat, seperti sakit kepala parah, pusing berat, penglihatan buram, mimisan, linglung
  • Nyeri dada yang menjalar ke area bahu atau rahang, lumpuh sebelah badan, bicara cadel, atau sesak napas
  • Gangguan pendengaran, seperti telinga berdenging atau tinnitus
  • Perdarahan lambung, yang gejalanya antara lain muntah darah atau ampas yang seperti kopi bubuk, BAB berdarah, atau BAB hitam seperti aspal
  • Gejala gangguan ginjal, seperti jarang buang air kecil, atau urine yang keluar sangat sedikit, kaki dan pergelangan kaki bengkak, tubuh terasa lemas, atau sesak napas
  • Gangguan penglihatan, misalnya penglihatan buram, penurunan kemampuan melihat, kesulitan membedakan warna atau buta warna
  • Gejala gagal jantung, seperti bengkak pada tungkai atau kaki, berat badan naik drastis secara mendadak, atau sesak napas
  • Gejala gangguan liver, seperti sakit pada bagian kanan atas perut, tubuh terasa lemas, urine berwarna gelap, tinja berwarna pucat seperti tanah liat, atau kulit dan mata berwarna kekuningan (penyakit kuning)
  • Gejala anemia, antara lain kulit pucat, tubuh terasa lemas, tangan dan kaki terasa dingin, atau pusing