Impostor syndrome adalah ketika seseorang tidak merasa pantas menerima keberhasilan yang memang benar-benar ia raih dengan usahanya. Orang dengan impostor syndrome biasanya merasa bahwa pencapaiannya didapatkan dari keberuntungan atau bantuan orang lain dan bukan kemampuannya sendiri.
Orang dengan impostor atau imposter syndrome khawatir orang lain akan menganggapnya sebagai “penipu” saat sukses. Hal ini karena ia tidak pernah merasa mampu meraih keberhasilan, padahal sebenarnya ia memang berprestasi dan mahir pada bidangnya.
Impostor syndrome memang bukan gangguan mental, tetapi frustrasi dan rasa takut berlebihan yang tidak ditangani dapat memicu kecemasan atau depresi.
Penyebab Impostor Syndrome
Impostor syndrome umumnya terbentuk dari lingkungan yang baru atau penuh tekanan sehingga penderitanya berpikir bahwa ia tidak berharga, tidak pintar, atau selalu rendah diri.
Berikut ini adalah beberapa penyebab imposter syndrome:
- Pola asuh orang tua yang suka membandingkan dengan orang lain, memberi kritik tajam pada tiap kesalahan, dan mengutamakan hasil daripada proses
- Peran atau posisi baru, misalnya sebagai mahasiswa baru
- Sifat perfeksionis
- Ambisius
- Kepribadian neuroticism, yang lebih mudah cemas, tidak percaya diri, dan merasa bersalah
- Fobia sosial, yaitu takut berlebihan untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar
- Lingkungan yang kompetitif antara rekan atau teman sebaya
- Lingkungan yang diskriminatif terhadap suku atau jenis kelamin tertentu
Tipe-tipe Impostor Syndrome
Impostor syndrome terbagi dalam beberapa tipe. Oleh sebab itu, orang yang memiliki impostor syndrome bisa memiliki karakteristik berbeda, tergantung pada bagaimana mereka melihat apa itu kesuksesan.
Tipe-tipe impostor syndrome tersebut adalah:
- Tipe perfeksionis, yang merasa dirinya tidak sukses jika ada satu saja kesalahan kecil meskipun secara umum ia sudah berhasil
- Tipe eksper, yang merasa dirinya bukan orang mahir karena tidak tahu semua informasi terkait topik yang sedang dibicarakan, atau belum menguasai setiap tahapan proses
- Tipe natural genius, yang merasa tidak percaya bahwa dirinya pintar atau ahli secara alami, terutama jika gagal dalam percobaan pertama atau butuh waktu sangat lama dalam menguasai satu keterampilan
- Tipe solois, yang merasa tidak berhasil jika pada prosesnya ia membutuhkan bantuan orang lain
- Superperson, yang merasa dirinya harus bisa mengerjakan segala hal secara sekaligus agar dikatakan sukses
Gejala Impostor Syndrome
Seseorang yang memiliki impostor syndrome umumnya dapat dikenali dari beberapa karakteristik berikut:
- Meragukan diri sendiri serta tidak bisa mengenali kemampuan dan kompetensi diri
- Selalu mengaitkan kesuksesannya dengan hal selain dirinya, seperti bantuan teman atau keberuntungan
- Selalu mengkritik keras performa dirinya sendiri dalam bekerja
- Ketakutan tidak bisa mencapai ekspektasi orang lain
- Tidak pernah puas dengan pencapaiannya
- Sengaja menggagalkan atau menolak untuk berkembang, baik dalam karir maupun akademik, karena merasa takut untuk berhasil
- Memasang target yang sangat sulit untuk diri sendiri dan merasa kecewa ketika tidak bisa mencapainya
Kapan harus ke dokter
Jika Anda merasa mengalami impostor syndrome, Anda bisa berkonsultasi dengan psikolog, baik secara langsung maupun melalui chat. Psikolog dapat membantu Anda untuk menyadari kondisi Anda dan mengelola perasaan Anda.
Namun, jika imposter syndrome dirasa telah memberikan dampak negatif pada aspek kehidupan, seperti pekerjaan, akademik, maupun hubungan dengan orang lain, dan menyebabkan gejala depresi, berkonsultasilah dengan dokter.
Diagnosis Impostor Syndrome
Impostor syndrome tidak termasuk gangguan kesehatan mental sehingga belum ada diagnosis khusus untuk kondisi ini. Namun jika Anda merasakan kebanyakan gejala yang disebutkan di atas, ada kemungkinan Anda memiliki impostor syndrome.
Psikolog atau dokter dapat mengevaluasi kecenderungan Anda ke arah impostor syndrome melalui konsultasi maupun kuesioner. Konsultasi maupun kuesioner ini juga dapat mendeteksi jika Anda memiliki gangguan kesehatan mental, seperti depresi atau gangguan kecemasan.
Penanganan Impostor Syndrome
Perasaan negatif yang timbul akibat impostor syndrome bisa dikendalikan dengan beberapa cara berikut:
- Meski Anda merasa diri Anda penipu, ingatlah bahwa hanya Anda yang memikirkan hal tersebut dan jangan biarkan perasaan ini membuat Anda berhenti mengejar tujuan Anda.
- Ceritakan perasaan atau pikiran Anda kepada orang terdekat yang Anda percaya karena pikiran tidak rasional biasanya akan berkembang jika disimpan sendiri.
- Catatlah pencapaian yang telah Anda raih dan jadikan itu pengingat bahwa Anda tidak seburuk yang diri Anda nilai.
- Lakukanlah pekerjaan satu demi satu atau secara bertahap dan tidak perlu harus selesai dengan sempurna.
- Batasi penggunaan sosial media dan jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
- Alihkan fokus kepada orang lain dan cobalah untuk membantu orang-orang yang mengalami kesulitan.
Jika cara-cara di atas belum membantu, cobalah untuk menjalani psikoterapi dengan psikolog atau psikiater. Psikoterapi dapat membantu penderita impostor syndrome untuk:
- Menyadari pikiran negatif yang selama ini mengisi pikiran dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih realistis
- Membuka perasaan dengan orang lain
- Mengelola perasaan kecewa pada diri sendiri
- Memandang dirinya dengan lebih positif dan realistis
- Menenangkan diri saat merasa cemas
Selain itu, psikiater juga dapat memberikan obat antidepresan atau anticemas, seperti fluoxetine (Antiprestin atau Kalxetin) atau alprazolam (Xanax atau Zolastin), jika memang terdapat depresi atau gangguan kecemasan yang menyertai gejala impostor syndrome.
Komplikasi Impostor Syndrome
Bila tidak ditangani dengan baik, perasaan takut dan khawatir terus-menerus dalam impostor syndrome dapat mengganggu pekerjaan dan kondisi psikologis, seperti:
- Sulit ambil keputusan atau peluang yang menguntungkan
- Lebih rentan burnout
- Kecemasan (anxiety)
- Depresi
Pencegahan Impostor Syndrome
Impostor syndrome sangat sulit dicegah. Meski begitu, beberapa cara berikut ini dapat dilakukan untuk mencegah kondisi ini memburuk:
- Berbagi perasaan dengan orang yang dipercaya, utamakan dengan orang di luar lingkungan pemicu perasaan impostor syndrome
- Merayakan dan memberi ucapan positif kepada diri sendiri terhadap semua keberhasilan yang dicapai
- Menyesuaikan kembali standar atau tujuan yang realistis untuk diraih, serta lebih fokus pada proses alih-alih hasilnya saja
- Mencatat setiap pencapaian, sebagai pengingat bahwa hal tersebut adalah sebuah fakta
- Berhenti membandingkan diri dengan orang lain, yang bisa dimulai dengan mengurangi pemakaian sosial media
- Melakukan teknik mindfulness saat pemikiran pada impostor syndrome muncul