Infeksi Shigella adalah infeksi bakteri yang terjadi di saluran pencernaan. Infeksi ini terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melalui kontak dengan feses atau melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Infeksi Shigella atau shigellosis disebabkan oleh kelompok bakteri Shigella, seperti bakteri Shigella dysenteria, Shigella sonnei, dan Shigella flexneri. Bakteri ini tergolong sangat infeksius. Artinya, dalam jumlah kecil, bakteri ini sudah bisa menyebabkan gejala pada manusia.

infeksi shigella, gejala, cara mengobati, penyebab, cara mencegah, alodokter

Setelah masuk ke mulut, bakteri Shigella akan menggandakan diri di usus kecil, lalu menyebar ke usus besar. Bakteri Shigella dapat melepaskan racun yang menyebabkan kerusakan sel usus dan peradangan. Keadaan inilah yang menyebabkan gejala kram dan diare yang parah, bahkan bisa terjadi 10–30 kali dalam sehari.

Penyebab Infeksi Shigella

Infeksi Shigella disebabkan oleh bakteri Shigella yang masuk ke mulut secara tidak disengaja. Hal tersebut bisa terjadi akibat beberapa kondisi berikut:

  • Menyentuh mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah menyentuh permukaan yang terinfeksi bakteri Shigella, misalnya popok anak yang menderita shigellosis atau benda yang baru disentuh oleh penderita infeksi Shigella
  • Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri Shigella, misalnya karena makanan disiapkan secara tidak higienis oleh penderita shigellosis atau karena makanan dibuat dari bahan yang tercemar kotoran manusia
  • Menelan air yang sudah terkontaminasi bakteri Shigella, misalnya karena berenang di air yang telah tercemari oleh penderita infeksi Shigella
  • Melakukan hubungan seks oral yang menyebabkan mulut menyentuh anus atau area sekitar anus

Faktor Risiko Infeksi Shigella

Ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi Shigella, yaitu:

  • Berusia 2–4 tahun
  • Bertempat tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk atau bepergian ke wilayah dengan sanitasi buruk
  • Bertempat tinggal secara berkelompok, misalnya di panti jompo, asrama, penjara, atau barak militer
  • Beraktivitas di tempat umum, seperti di tempat penitipan anak atau kolam renang umum
  • Berhubungan seksual dengan sesama pria (bagi pria)
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat menderita HIV/AIDS

Gejala Infeksi Shigella

Gejala infeksi Shigella umumnya muncul 2–3 hari setelah penderita terpapar bakteri Shigella. Pada beberapa kasus, gejala bisa muncul seminggu setelah terjadi kontak dengan bakteri Shigella.

Gejala infeksi Shigella biasanya berlangsung selama 2–7 hari. Gejala yang umum dialami oleh penderita infeksi Shigella adalah gejala disentri, yaitu:

  • Nyeri atau kram perut, terutama pada bagian tengah perut
  • Rasa mulas yang terus-menerus, disertai rasa tidak bisa menahan buang air besar
  • Diare yang dominan air
  • Bisa terdapat darah atau lendir pada feses
  • Demam tinggi (bisa lebih dari 40o C)
  • Mual
  • Muntah

Kapan Harus ke Dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami diare lebih dari 3 hari, agar tidak terjadi dehidrasi. Jangan menunda ke dokter jika diare terasa parah sampai lebih dari 10 kali per hari, terdapat darah pada tinja, atau disertai demam.

Diagnosis Infeksi Shigella

Untuk mendiagnosis, dokter akan menanyakan gejala dan keluhan yang dialami pasien. Selain itu, dokter juga dapat menanyakan hal-hal terkait faktor risiko yang mungkin pasien miliki, misalnya riwayat makanan pasien 1 minggu ke belakang atau tempat tinggal pasien.

Diare atau BAB berdarah bisa disebabkan oleh banyak hal. Untuk memastikan apakah diare atau BAB berdarah tersebut disebabkan oleh infeksi Shigella, dokter akan melakukan pemeriksaan feses. Selain untuk mengetahui penyebab, pemeriksaan feses juga dapat membantu dokter menentukan jenis antibiotik yang paling efektif untuk pasien.

Pengobatan Infeksi Shigella

Infeksi Shigella ringan bisa sembuh dengan sendirinya dalam 5–7 hari. Namun, selama mengalami diare, pasien disarankan untuk banyak minum air putih guna mengganti cairan tubuh yang hilang dan mencegah dehidrasi. Dokter mungkin juga akan memberikan suplemen zinc untuk mempercepat penyembuhan.

Penting untuk diingat, selama diare terjadi, pasien tidak boleh mengonsumsi obat penghenti diare. Hal tersebut malah akan membuat bakteri berada di dalam sistem pencernaan lebih lama dan memperburuk infeksi.

Pemberian antibiotik untuk mengatasi diare biasanya dilakukan pada infeksi Shigella yang berat atau pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya lansia dan bayi. Jenis antibiotik yang dapat diresepkan antara lain:

Infeksi Shigella jarang memerlukan perawatan di rumah sakit, kecuali jika penderita mengalami mual dan muntah hebat hingga tidak bisa makan atau minum. Pada kondisi tersebut, dokter akan memberikan obat dan pengganti cairan tubuh melalui infus.

Komplikasi Infeksi Shigella

Infeksi Shigella umumnya sembuh tanpa menimbulkan komplikasi. Kendati demikian, pada beberapa kasus, penderita dapat mengalami komplikasi berikut ini:

  • Dehidrasi, yang terjadi akibat diare terus-menerus
  • Arthritis reaktif, yang terjadi akibat reaksi dari infeksi, ditandai dengan nyeri pada sendi lutut, panggul, dan pergelangan kaki
  • Prolaps rektum, yaitu keluarnya sebagian rektum (bagian terbawah dari usus besar) akibat terlalu banyak mengejan atau peradangan berat pada usus besar
  • Kejang, yang dapat disebabkan oleh demam atau karena bakteri Shigella itu sendiri
  • Sindrom hemolitik uremik
  • Megakolon toksik, yang dapat terjadi ketika usus lumpuh, sehingga tidak dapat buang air besar dan buang angin
  • Perforasi usus atau rusaknya dinding usus
  • Infeksi darah (bakteremia), yang dapat terjadi ketika bakteri Shigella masuk ke aliran darah melalui lapisan usus yang rusak

Pencegahan Infeksi Shigella

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi Shigella adalah:

  • Mencuci tangan dengan air dan sabun secara berkala, terutama sebelum dan sesudah menggunakan toilet, setelah mengganti popok, dan sebelum makan
  • Mengawasi anak saat mereka mencuci tangan
  • Menjauhkan anak yang sedang diare karena disentri dari anak lain
  • Membuang popok bekas ke dalam kantong yang tertutup rapat
  • Tidak menyajikan makanan jika sedang diare
  • Menghindari menelan air ketika berenang di kolam renang umum atau danau
  • Menghindari berhubungan seks dengan orang yang sedang diare atau baru saja sembuh dari diare
  • Tidak melakukan seks oral atau seks anal