Pemeriksaan fungsi ginjal adalah adalah prosedur untuk mengetahui seberapa baik organ ginjal bekerja. Pemeriksaan ginjal juga bertujuan untuk mendeteksi gangguan pada organ tersebut.
Ginjal memiliki beragam peran penting bagi tubuh, salah satunya adalah menyaring dan membuang zat sisa metabolisme dari dalam darah. Selain itu, ginjal juga bertanggung jawab untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh, mengatur produksi sel darah merah, dan memproduksi hormon yang mengatur tekanan darah.
Jika mengalami kerusakan, ginjal tidak dapat melakukan fungsi-fungsi tersebut dengan optimal, sehingga menimbulkan gangguan pada tubuh. Pada kondisi tersebut, pemeriksaan fungsi ginjal diperlukan untuk memastikan apakah gangguan memang berasal dari ginjal.
Indikasi Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal disarankan pada pasien yang diduga menderita gangguan fungsi ginjal. Gejala yang dapat menandakan seseorang mengalami gangguan fungsi ginjal antara lain:
- Mual dan muntah yang tidak jelas penyebabnya
- Kulit kering dan gatal
- Mudah lelah
- Lebih sering buang air kecil atau justru jarang buang air kecil
- Sulit buang air kecil
- Nyeri pada saat buang air kecil
- Kram otot yang berulang
- Pembengkakan pada tungkai akibat penumpukan cairan (edema)
- Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
- Urine berbusa
- Hematuria atau kencing berdarah
- Sesak napas
- Penurunan kesadaran
Pemeriksaan fungsi ginjal juga dilakukan pada orang yang berisiko terkena gangguan fungsi ginjal, yaitu orang dengan kondisi berikut ini:
- Menderita diabetes
- Memiliki berat badan berlebih
- Menderita hipertensi
- Menderita penyakit liver
- Memiliki kelainan struktur ginjal
- Menderita penyakit jantung dan pembuluh darah
- Menderita gagal jantung
- Memiliki riwayat penyakit ginjal pada keluarga
- Memiliki kebiasaan merokok
Jenis Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan dengan meneliti sampel urine atau darah. Berikut ini adalah beberapa jenis pemeriksaan ginjal:
Urinalisis
Urinalisis atau tes urine dilakukan untuk mendeteksi protein dan darah di dalam urine. Faktor yang diperiksa adalah warna dan kejernihan urine, serta kandungan kimia di dalam urine. Urinalisis juga mendeteksi zat mikroskopik yang mungkin ada di dalam urine, seperti sel darah merah, sel darah putih, bakteri, dan mineral.
Tes urine 24 jam
Tes urine 24 jam dilakukan untuk mengukur kadar protein atau kreatinin yang keluar dari urine selama 24 jam. Kreatinin adalah zat sisa metabolisme otot yang seharusnya dibuang melalui urine. Sementara, protein tidak seharusnya didapatkan dalam jumlah yang banyak pada urine.
Tes albumin
Tes albumin bertujuan untuk mendeteksi keberadaan albumin dalam urine. Albumin adalah protein di dalam darah yang seharusnya tidak ada pada urine. Tes ini dapat dilakukan sebagai bagian urinalisis atau sebagai tes terpisah (dipstick test).
Tes mikroalbumin
Sama seperti tes albumin, tes mikroalbumin juga bertujuan untuk mendeteksi albumin dalam urine. Tes ini lebih sensitif dari dipstick test, sehingga bisa mendeteksi albumin meski dalam jumlah kecil.
Urine albumin-to-creatinine ratio (UACR)
Urine albumin-to-creatinine ratio adalah tes yang bertujuan untuk membandingkan kadar albumin dan kadar kreatinin di dalam urine. Tes UACR biasanya dilanjutkan dengan tes glomerular fitration rate (GFR).
Blood urea nitrogen (BUN) test
Blood urea nitrogen (BUN) atau tes kadar ureum bertujuan untuk mengukur kadar ureum di dalam darah. Ureum adalah zat sisa metabolisme protein yang seharusnya dibuang melalui urine.
Serum creatinine level
Serum creatinine level bertujuan untuk mengukur kadar kreatinin dalam darah. Kadar kreatinin yang tinggi di dalam darah dapat menjadi tanda adanya gangguan pada ginjal.
Creatinine clearance
Creatinine clearance bertujuan untuk membandingkan kadar kreatinin dalam sampel urine 24 jam dengan kadar kreatinin dalam darah. Dengan begitu, bisa didapatkan gambaran seberapa banyak limbah sisa metabolisme yang disaring oleh ginjal setiap menitnya.
Glomerular filtration rate (GFR) test
Glomerular filtration rate (GFR) test adalah tes darah yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan ginjal dalam menyaring zat sisa metabolisme. Tes GFR dapat digunakan untuk menentukan stadium penyakit ginjal.
Peringatan Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Hasil pemeriksaan fungsi ginjal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kondisi kesehatan atau konsumsi obat-obatan tertentu. Oleh sebab itu, beri tahu dokter riwayat penyakit Anda dan obat-obatan, vitamin, atau suplemen yang sedang dikonsumsi.
Sebelum Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Persiapan sebelum menjalani pemeriksaan fungsi ginjal tergantung pada jenis tes yang akan dilakukan. Beberapa persiapan yang umum disarankan dokter adalah:
- Hindari aktivitas fisik berat pada hari pengumpulan urine, karena aktivitas fisik berat dapat meningkatkan kadar protein di dalam urine.
- Minum air putih dalam jumlah yang cukup di hari pemeriksaan, yaitu sekitar 8 gelas, agar sampel urine yang diperlukan untuk pemeriksaan cukup.
- Isi formulir terkait data diri, seperti usia, tinggi dan berat badan, serta jenis kelamin, yang penting untuk penghitungan eGFR.
Prosedur Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dapat dilakukan melalui pengambilan sampel urine atau sampel darah. Penjelasan lebih lanjutnya adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan fungsi ginjal dengan sampel urine
Pada pemeriksaan fungsi ginjal yang menggunakan sampel urine, pasien akan diminta untuk melakukan langkah-langkah berikut:
- Bersihkan kemaluan dengan kain yang sudah disediakan oleh klinik atau rumah sakit.
- Buang urine yang keluar pada awal buang air kecil ke kloset, kemudian berhenti di tengah buang air kecil.
- Tampung urine yang keluar selanjutnya di wadah khusus yang telah disiapkan hingga memenuhi ¾-nya.
- Tutup wadah sampel urine dengan rapat.
Penting untuk diingat, pada saat proses pengambilan sampel urine, pasien tidak boleh menyentuh bagian dalam wadah untuk menghindari perpindahan bakteri dari tangan ke sampel urine.
Untuk pengumpulan sampel urine 24 jam, pasien akan diminta mengumpulkan sampel urine di tempat khusus setiap kali buang air kecil hingga 24 jam ke depan. Biasanya, pengumpulan sampel dimulai setelah kandung kemih berada dalam keadaan kosong atau setelah buang air kecil pertama di pagi hari.
Pada bayi dan orang yang tidak bisa melakukan proses di atas, dokter akan memasukkan kateter ke kandung kemih melalui lubang kencing. Setelah itu, urine yang keluar akan ditampung di wadah yang telah disiapkan.
Pemeriksaan fungsi ginjal dengan sampel darah
Pada pemeriksaan fungsi ginjal yang menggunakan sampel darah, dokter akan melakukan tahap-tahap berikut:
- Mengikat lengan bagian atas pasien dengan tali khusus, agar pembuluh darah vena pasien terlihat dengan jelas
- Membersihkan area kulit di sekitar pembuluh darah vena dengan menggunakan cairan antiseptik
- Menusukkan jarum ke pembuluh vena dan mengambil beberapa mililiter darah
- Mencabut jarum setelah darah yang diambil cukup, lalu menempelkan plester di area bekas tusukan jarum untuk mencegah perdarahan
- Memindahkan darah ke dalam tabung sampel
- Membawa sampel darah ke laboratorium untuk diperiksa
Setelah Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Sampel urine atau darah pasien akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut. Pada pertemuan selanjutnya, dokter akan memberi tahu hasil pemeriksaan tersebut.
Berikut ini adalah hasil pemeriksaan ginjal, berdasarkan jenis tes yang dilakukan:
Hasil urinalisis
Hasil urinalisis dapat dikatakan tidak normal bila ditemukan gula, protein, bakteri, sel darah putih, atau sel darah merah dalam jumlah yang melebihi batas. Pada ginjal yang sehat, jumlah zat-zat tersebut sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Meski demikian, adanya zat-zat tersebut tidak selalu menandakan bahwa seseorang menderita penyakit ginjal. Untuk mendapatkan diagnosis yang akurat, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Hasil tes urine 24 jam
Hasil pengumpulan urine 24 jam dilihat dari kandungan protein dan kreatininnya. Kandungan protein dalam urine 24 jam tidak boleh lebih dari 100 mg/hari. Sedangkan, kandungan kreatinin normal dalam urine 24 jam tergantung pada jenis kelamin pasien, yaitu 955–2936 mg/hari pada pria, dan 601–1689 mg/hari pada wanita.
Keberadaan protein dan kreatinin yang di luar batas normal dapat menandakan pasien terserang kondisi berikut:
- Batu ginjal
- Infeksi ginjal
- Gagal ginjal kronis
- Glomerulonefritis
Hasil tes albumin, mikroalbumin, dan urine albumin-to-creatinine ratio (UACR)
Rasio albumin dan kreatinin dalam urine (UACR) tidak boleh melebihi 30 mg/g. Untuk kandungan albumin dalam urine sendiri, interpretasinya adalah sebagai berikut:
- 30–300 mg (mikroalbuminuria), menandakan penyakit ginjal tahap awal
- ≥300 mg (makroalbuminuria), menandakan penyakit ginjal tahap lanjut
Hasil tes creatinine clearance
Hasil tes creatinine clearance normal pada pria usia 19–75 tahun berkisar antara 77–160 mL/min/BSA (mililiter per menit per luas permukaan tubuh). Sedangkan, hasil tes yang normal pada wanita tergantung rentang usianya. Berikut penjelasannya:
- Usia 18–29 tahun: 78–161 mL/min/BSA
- Usia 30–39 tahun: 72–154 mL/min/BSA
- Usia 40–49 tahun: 67–146 mL/min/BSA
- Usia 50–59 tahun: 62–139 mL/min/BSA
- Usia 60–72 tahun: 56–131 mL/min/BSA
Hasil lebih rendah dari rentang nilai di atas dapat menandakan adanya penurunan fungsi ginjal atau gangguan aliran darah ke ginjal.
Hasil tes kreatinin darah
Hasil tes yang normal pada pria usia 18–60 tahun adalah 0,9–1,3 mg/dL. Sedangkan pada wanita usia 18–60 tahun, hasil tes yang normal adalah 0,6–1,1 mg/dL. Hasil yang lebih tinggi dari nilai tersebut dapat disebabkan oleh kondisi berikut:
- Diet tinggi protein
- Dehidrasi
- Penyumbatan saluran kemih
- Infeksi ginjal atau kerusakan ginjal
- Gangguan aliran darah ke ginjal, yang dapat terjadi akibat gagal jantung kongestif, komplikasi diabetes, atau syok
Hasil tes blood urea nitrogen (BUN)
Berikut ini adalah hasil tes normal berdasarkan rentang usia:
- Anak usia 1–17 tahun: 7–20 mg/dL
- Pria dewasa: 8–24 mg/dL
- Wanita dewasa: 6–21 mg/dL
Hasil BUN yang lebih tinggi dari nilai di atas dapat menandakan penyakit ginjal atau gagal ginjal. Namun perlu diketahui, hasil tes BUN normal pada orang berusia 60 tahun ke atas akan sedikit lebih tinggi, bila dibandingkan dengan hasil tes orang yang berusia 60 tahun ke bawah.
Hasil tes glomerular filtration rate (GFR)
Hasil tes GFR dibagi berdasarkan tingkat kerusakan atau gangguan pada ginjal. Rinciannya adalah sebagai berikut:
- ≥90: normal atau ada kerusakan ginjal tanpa gangguan fungsi ginjal
- 60–89: kerusakan ginjal dengan gangguan fungsi ginjal ringan
- 45–59: gangguan fungsi ginjal ringan sampai sedang
- 30–44: gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat
- 15–29: gangguan fungsi ginjal berat
- ≤15: gagal ginjal yang membutuhkan cuci darah atau transplantasi ginjal
Pada pasien yang mendapatkan hasil pemeriksaan fungsi ginjal abnormal, dokter dapat menjalani pemeriksaan tambahan untuk memperoleh diagnosis yang lebih akurat.
Risiko Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal yang menggunakan sampel urine umumnya aman dan tidak menimbulkan risiko, kecuali jika pengambilan sampel dilakukan dengan kateter. Penggunaan kateter, terutama dalam waktu yang lama, dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih atau kandung kemih.
Sementara pada pemeriksaan fungsi ginjal yang menggunakan sampel darah, risiko yang mungkin terjadi antara lain:
- Perdarahan
- Nyeri, memar, atau infeksi di area bekas sayatan atau tusukan jarum
- Hematoma (kumpulan darah di bawah kulit)