Donor sperma adalah prosedur saat seorang pria menyumbangkan cairan maninya yang mengandung sperma untuk membantu terjadinya kehamilan. Untuk melakukan donor sperma, seorang pria harus memenuhi beberapa syarat dan telah mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin muncul.
Hasil donor sperma bisa digunakan melalui proses inseminasi buatan. Jenis inseminasi buatan yang paling banyak dilakukan untuk donor sperma adalah intrauterine insemination (IUI), yang dilakukan dengan cara memasukkan sperma donor langsung ke rahim.
Meski begitu, donor sperma belum bisa dilakukan di Indonesia. Pasalnya, undang-undang di Indonesia masih melarang seorang wanita menerima donor sperma dari pria yang bukan pasangannya.
Persyaratan untuk Pendonor Sperma
Donor sperma memerlukan tahap pemeriksaan yang panjang. Hal ini karena ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang pria apabila ingin mendonorkan spermanya. Pada tahap awal, pemberi donor sperma perlu mengisi formulir dan konseling untuk menilai kelayakannya sebagai pendonor.
Berikut ini adalah beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk melakukan donor sperma:
1. Masuk kategori usia pendonor
Umumnya, usia pendonor sperma dibatasi, yaitu 18−39 tahun. Namun, beberapa klinik atau bank sperma bisa saja menentukan batasan usia khusus untuk pemberi donor, misalnya maksimal berusia 34 tahun.
2. Lolos pemeriksaan kesehatan
Seorang pria yang ingin yang ingin mendonorkan spermanya harus lolos pemeriksaan kesehatan yang meliputi tes darah dan tes urine.
Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa pendonor sperma bebas dari penyakit genetik, seperti cystic fibrosis dan anemia sel sabit, serta penyakit menular, seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C.
Selain itu, untuk benar-benar memastikan bahwa pemberi donor sperma tidak memiliki penyakit atau kelainan genetik, pendonor wajib melampirkan riwayat penyakit keluarga, minimal 2 generasi sebelumnya.
3. Lolos pemeriksaan cairan mani
Pendonor sperma juga biasanya diminta untuk memberikan sampel cairan maninya. Sampel cairan mani diperlukan untuk pemeriksaan sperma secara menyeluruh, seperti kuantitas, kualitas, dan pergerakannya.
Untuk melakukan pemeriksaan ini, pendonor biasanya diminta untuk tidak melakukan ejakulasi selama 2–5 hari sebelum pengambilan sampel cairan mani.
4. Lolos pemeriksaan riwayat pribadi
Gaya hidup pemberi donor sperma juga perlu diperiksa. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa gaya hidup pendonor tidak berisiko tinggi terhadap suatu penyakit, seperti infeksi HIV. Beberapa perilaku yang dinilai, antara lain penyalahgunaan narkoba, kebiasaan merokok, dan kehidupan seksnya.
Setelah melalui pemeriksaan di atas dan sperma dinyatakan lolos uji kelayakan untuk didonorkan, pendonor sperma perlu memberikan persetujuan final untuk melakukan donor sperma.
Bila setuju, pemberi donor sperma perlu datang ke bank sperma 1 kali seminggu selama 6 bulan untuk melakukan donor. Selanjutnya, sperma akan dibekukan dan disimpan sampai siap digunakan.
Setelah itu, pendonor sperma perlu menjalani tes darah dan urine kembali untuk memastikan pendonor tidak terkena penyakit selama masa donor.
Hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pemberi Donor Sperma
Penggunaan sperma hasil donor harus dilakukan secara terbuka, yakni dengan memberitahukan identitas pendonor kepada penerima donor. Pendonor juga bisa meminta secara khusus untuk memberikan spermanya kepada pasangan tertentu. Hal ini biasanya dilakukan bila pendonor dan penerima donor sudah saling kenal.
Namun, sebelum memutuskan untuk menjadi pemberi donor sperma, Anda perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut:
- Kesiapan untuk menghapuskan hak Anda sebagai ayah biologis dari anak yang lahir
- Kesiapan mental apabila suatu saat anak yang lahir dari donor sperma Anda ingin bertemu
- Kesiapan mental akan tanggapan dari keluarga atau kerabat apabila suatu saat mereka mengetahui Anda memiliki anak biologis dari kegiatan donor sperma
Selain itu, bila akan mendonorkan sperma kepada pasangan yang dikenal, Anda mungkin juga perlu membuat perjanjian mengenai hak dan kewajiban Anda sebagai ayah biologis dari anak yang lahir. Perjanjian tersebut diharapkan bisa mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
Mengingat banyaknya hal yang harus dipertimbangkan, sebelum memutuskan untuk donor sperma, Anda sebaiknya berdiskusi dan meminta pendapat keluarga terlebih dahulu. Dengan begitu, keluarga dapat memberikan pendapat dan dukungan psikologis, terutama jika ada masalah yang terjadi di masa mendatang.
Anda juga bisa berdiskusi lebih lanjut dan konsultasi dengan dokter terkait rencana donor sperma, baik tentang persiapan maupun konsekuensi yang perlu dihadapi.