“Duh, Si Adik mulai bermain media sosial. Agak takut salah pergaulan, deh!” Apakah Bunda memiliki kekhawatiran seperti itu? Jika iya, jangan takut berlebihan dulu, ya. Soalnya, ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk mendampingi buah hati berinteraksi di media sosial.
Dunia maya, termasuk media sosial, tidak ubahnya dunia nyata. Anak yang akan memasuki media sosial seharusnya diberikan persiapan. Jangan sampai media yang seharusnya bermanfaat menambah jejaring informasi, pertemanan, dan pengetahuan justru malah menimbulkan efek buruk bagi anak yang belum siap.
Disadari atau tidak, media sosial dapat membangun atau justru menjatuhkan kepercayaan diri seseorang, apalagi anak-anak. Selayaknya orang dewasa, anak-anak juga akan memeriksa berapa orang yang menyukai foto atau video yang mereka unggah, dan memeriksa berapa jumlah pengikut akun mereka.
Hal-hal ini kemudian bisa membuat anak kurang percaya diri dan lebih mementingkan penampilannya di media sosial daripada menggali potensinya di dunia nyata. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk mendampingi anak ketika ia sedang berinteraksi di media sosial.
Cara Mendampingi Anak Bergaul Sehat di Media Sosial
Setiap kali Bunda ingin bicara terkait media sosial dengan Si Kecil, hindari sikap menghakimi agar ia tenang dan tidak curiga pada rasa ingin tahu Bunda. Hal ini penting dilakukan agar ia terbuka akan interaksinya di dunia maya.
Di bawah ini adalah beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk mendampingi Si Kecil saat ia sedang berinteraksi di media sosial:
1. Bangun hubungan akrab dengan anak
Umumnya, 13 tahun adalah usia saat anak pertama kali boleh mengakses dan membuat akun media sosial. Aturan ini dibuat karena pada usia ini, anak diasumsikan sudah mulai bisa berinteraksi di media sosial dengan lebih bijak.
Kendati demikian, saat ini banyak anak yang sudah bisa membuat akun media sosial sebelum usia tersebut, baik dengan menggunakan alamat e-mail milik orang tuanya atau memalsukan tahun lahir. Inilah pentingnya membangun hubungan akrab dengan Si Kecil agar ia terbuka mengenai aktivitasnya saat menggunakan internet.
2. Diskusikan efek negatif media sosial
Meski media sosial jelas bisa membawa manfaat, kasus yang membahayakan anak akibat interaksi di dunia maya juga tidak bisa diabaikan. Penculikan, perundungan (bully), hingga kemungkinan depresi, bisa berawal dari media sosial.
Oleh karena itu, Bunda perlu mengajak Si Kecil bicara tentang berbagai risiko negatif yang mungkin timbul dari interaksinya di dunia maya, serta memberikan contoh-contoh kasus yang sudah terjadi. Ini bisa Bunda lakukan sejak ia berusia 13 tahun, agar ia sudah memahami risiko-risiko media sosial sebelum memakainya.
3. Tempatkan komputer di lokasi yang mudah terpantau
Bunda bisa memberikan akses media sosial kepada Si Kecil hanya dari komputer atau laptop, dan bukan pada telepon seluler (ponsel). Tempatkan komputer atau laptop di lokasi rumah yang mudah dipantau, sehingga Bunda bisa mengawasinya dengan lebih mudah.
Jika Si Kecil sudah memiliki ponsel pribadi, sebaiknya berikan batasan waktu penggunaan ponsel agar ia tidak menggunakannya secara berlebihan dan tetap fokus belajar.
4. Berikan contoh yang baik
Cara orang tua menggunakan media sosial kurang lebih juga akan memengaruhi cara anak menggunakan akun media sosialnya sendiri. Maka dari itu, Bunda dan Ayah juga harus bisa menjadi contoh bagaimana media sosial dapat digunakan untuk hal-hal yang positif.
Misalnya, hindari mengunggah foto yang bermaksud untuk pamer atau kata-kata yang tidak jujur, tidak sopan, dan menyerang orang lain di media sosial.
5. Ajarkan anak untuk berpikir sebelum mengunggah
Mengajarkan anak untuk berpikir berulang kali sebelum mengunggah apa pun di media sosial juga merupakan hal penting. Bunda perlu membiasakan Si Kecil untuk memikirkan konsekuensi dari tiap unggahannya karena dapat dilihat banyak orang.
Bunda juga perlu mengingatkannya bahwa seperti di dunia nyata, tidak semua orang yang ia temui di dunia maya adalah orang yang baikidak semua orang akan menyukai atau dapat menerima apa yang diunggah.
Selain itu, Bunda juga dapat memberi tahu Si Kecil cara melaporkan jika ada konten atau materi yang tidak pantas yang ia temukan di internet, misalnya konten kekerasan atau yang berbau pornografi.
6. Ajari anak tentang kontrol privasi akun
Ajari Si Kecil untuk mengatur privasi (privacy setting) untuk mengontrol siapa saja yang bisa dan tidak bisa melihat profil mereka. Jika Si Kecil mengunggah video, Bunda dapat memintanya untuk mengatur videonya sehingga tidak bisa dibuka sembarang orang.
Jika dibiarkan tanpa pengaturan, umumnya video tersebut dapat diakses siapa saja yang berselancar di dunia maya. Ingatkan bahwa ia harus siap dengan konsekuensinya, seperti mendapat berbagai komentar yang tidak jarang dapat menyakiti hati.
7. Nonaktifkan penanda lokasi
Bunda juga perlu mengingatkan Si Kecil untuk menonaktifkan penanda lokasi (geotagging). Pasalnya, penanda lokasi ini bisa meningkatkan risiko anak mengalami tindak kejahatan, karena lokasi aktivitas sehari-harinya jadi lebih mudah diketahui.
8. Ikuti akun media sosial anak
Ikuti akun media sosial Si Kecil untuk tahu apa saja yang diunggah dan bagaimana interaksinya dengan pengguna lain. Bunda juga dapat memperhatikan akun siapa saja yang ia ikuti dan yang mengikutinya.
Namun, jangan juga menjadi orang tua yang overprotective dan mengkhawatirkan segala hal yang ia perbuat. Jadikan pertemanan Bunda dengannya di media sosial ini sebagai media untuk mendekatkan kalian berdua.
Dengan interaksi yang sehat di media sosial, Si Kecil diharapkan dapat mempelajari berbagai hal positif untuk pengembangan dirinya dan dapat terhindar dari berbagai efek negatifnya.
Namun, jika merasa buah hati terganggu karena sesuatu yang terjadi di media sosialnya atau mungkin kebablasan bermain media sosial hingga prestasinya menurun, Bunda harus segera bertindak.
Coba tanyakan kepadanya apa yang menjadi masalah. Jika ia tidak mau membuka diri, coba konsultasikan ke psikolog untuk mendapatkan solusi yang tepat.