Setiap pasien COVID-19 dianjurkan untuk memperhatikan dosis harian obat selama isolasi mandiri. Selain untuk mempercepat proses pemulihan, mengetahui secara pasti dosis obat dan vitamin yang dikonsumsi juga dapat mencegah keparahan penyakit.
Isolasi mandiri perlu dilakukan oleh seseorang dengan hasil tes swab antigen atau PCR positif COVID-19. Protokol ini hanya diperuntukkan bagi pasien COVID-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala.
Selain itu, pasien yang diperbolehkan isolasi mandiri adalah yang berusia di bawah 45 tahun dan tidak memiliki penyakit penyerta, misalnya asma, diabetes, atau kanker.
Selama isolasi mandiri, pasien yang telah memeriksakan diri ke dokter di fasilitas kesehatan akan dipantau oleh dokter dari puskesmas atau klinik setempat. Dalam pemantauan ini, pasien juga akan diberikan paket obat-obatan beserta vitamin.
Jika tidak memungkinkan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan, pasien bisa berkonsultasi ke dokter dan mendapatkan obat-obatan melalui layanan telemedicine.
Dosis Harian Obat Selama Isolasi Mandiri
Obat-obatan yang diberikan pada setiap pasien COVID-19 bisa berbeda, tergantung tingkat keparahan gejalanya dan kondisi pasien secara umum. Selain itu, pasien juga akan diberikan beberapa suplemen vitamin guna membantu mempercepat proses pemulihan.
Namun, ingat. Penggunana obat-obatan dan suplemen tersebut tetap harus sesuai anjuran dan saran dokter, ya. Berikut adalah jenis obat dan vitamin serta dosis harian yang perlu dikonsumsi pasien COVID-19 saat melakukan isolasi mandiri:
1. Azithromycin
Azithromycin adalah antibiotik yang dapat mengobati infeksi bakteri pada tubuh, misalnya infeksi saluran pernapasan, telinga, mata, kulit, dan saluran kemih.
Pada pasien COVID-19, obat ini tidak berfungsi untuk membasmi virus Corona, tapi untuk mencegah infeksi bakteri dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi, seperti pneumonia dan sepsis.
- Diberikan kepada: pasien COVID-19 gejala ringan
- Bentuk obat: tablet
- Dosis: 500 mg, 1 kali sehari, dikonsumsi selama 5 hari
2. Oseltamivir
Oseltamivir merupakan obat antivirus untuk mengatasi virus influenza tipe A dan tipe B. Sejauh ini, efektivitas oseltamivir untuk mengatasi COVID-19 masih diteliti lebih lanjut. Namun, obat ini bisa diberikan pada pasien COVID-19 yang juga mengalami gejala influenza.
- Diberikan kepada: pasien COVID-19 gejala ringan
- Bentuk obat: kapsul
- Dosis: 75 mg, 2 kali sehari (setiap 12 jam sekali), dikonsumsi selama 5−7 hari
3. Favipiravir
Favipiravir adalah obat antivirus yang bisa membasmi virus influenza dan virus Corona. Beberapa riset membuktikan bahwa obat ini cukup efektif untuk mempercepat pemulihan pada pasien COVID-19.
- Diberikan kepada: pasien COVID-19 gejala ringan-sedang atau pasien COVID-19 gejala ringan dengan penyakit penyerta
- Bentuk obat: tablet
-
Dosis: tablet sediaan 200 mg
- Hari pertama: 1600 mg (sekali minum 8 tablet), 2 kali sehari dengan selang waktu 12 jam.
- Hari kedua: 600–800mg (sekali minum 3 atau 4 tablet), 2 kali sehari dengan selang waktu 12 jam, dikonsumsi pada hari ke-2 sampai ke-5
4. Paracetamol
Paracetamol (acetaminophen) merupakan obat untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri. Obat ini dapat membantu meredakan demam dan keluhan nyeri, misalnya sakit kepala dan nyeri otot, yang umum dialami oleh pasien COVID-19.
- Diberikan kepada: pasien COVID-19 gejala ringan
- Bentuk obat: tablet
- Dosis: 500 mg, setiap 3 hingga 4 kali sehari
5. Vitamin C
Vitamin C dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar mampu melawan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit, termasuk COVID-19. Dosis rekomendasi asupan vitamin C harian yang perlu dipenuhi oleh pasien COVID-19 bervariasi, tergantung dari merek yang digunakan.
- Diberikan kepada: pasien COVID-19 gejala ringan dan tanpa gejala
- Bentuk vitamin: tablet
-
Dosis:
- Tablet vitamin C 500 mg, 3 kali sehari selama 14 hari
- Tablet isap vitamin C, 2 kali sehari atau setiap setiap 12 jam sekali untuk 30 hari
6. Vitamin D
Selain mampu menjaga kepadatan tulang, vitamin D juga dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mencegah virus untuk berkembang biak. Konsumsi vitamin D pada pasien COVID-19 juga tergantung dari jenis dan merek yang digunakan.
- Diberikan kepada: pasien COVID-19 gejala ringan dan tanpa gejala
- Bentuk vitamin: tablet dan kapsul
-
Dosis:
- Suplemen vitamin D 400-1000 IU, 1 kali sehari
- Obat yang mengandung vitamin D 1000−5000 IU, 1 kali sehari
Idealnya, sebelum menggunakan suplemen vitamin D, pasien perlu menjalani tes darah untuk memantau kadar vitamin D dalam tubuhnya. Jika kadar vitamin D rendah, pasien bisa mendapatkan obat yang berisi vitamin D. Namun, jika kadar vitamin D pasien sudah cukup, pasien boleh mengonsumsi suplemen vitamin D.
Vitamin yang diberikan pada pasien COVID-19 juga bisa berupa multivitamin yang mengandung vitamin C, vitamin B, vitamin E, dan zinc. Multivitamin ini dikonsumsi sebanyak 1−2 tablet dalam sehari selama 30 hari.
Selain memahami dosis harian obat dan rutin mengonsumsinya, pasien COVID-19 yang dirawat di rumah dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sehat, memperbanyak minum air putih, beristirahat yang cukup, dan rutin berolahraga untuk mempercepat proses penyembuhan.
Di samping itu, pasien COVID-19 juga harus menerapkan protokol isolasi mandiri yang baik dan benar. Hal ini dilakukan guna mencegah penularan kepada keluarga atau orang yang berada dalam satu rumah.
Saat ini, pasien COVID-19 gejala ringan dan tanpa gejala yang melakukan isolasi mandiri bisa mendapatkan perawatan dan pengobatan dari layanan telemedicine, seperti aplikasi ALODOKTER. Layanan ini menawarkan jasa konsultasi dan pemberian obat secara gratis pada pasien COVID-19.
Bila masih memiliki pertanyaan terkait dosis obat harian selama isolasi mandiri atau terkait penyakit COVID-19, Anda bisa chat langsung dengan dokter di aplikasi ALODOKTER. Di aplikasi ini, Anda juga bisa membuat janji di rumah sakit bila perlu melakukan pemeriksaan langsung oleh dokter.