Kebiri kimia merupakan salah satu bentuk hukuman untuk pelaku kejahatan seksual terhadap anak. Hukuman ini telah diterapkan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Untuk mengetahui lebih jauh proses dan efek kebiri kimia pada pria, simak penjelasannya dalam artikel berikut.
Pelaksaan kebiri kimia di Indonesia tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2020 mengenai Tata Cara Pelaksanaan Tindakan Kebiri Kimia, Pemasangan Alat Pendeteksi Elektronik, Rehabilitasi, dan Pengumuman Identitas Pelaku Kekerasan Seksual terhadap Anak.
Peraturan tersebut secara khusus meningkatkan sanksi hukuman sebelumnya dan disertai dengan kebijakan rehabilitasi serta pemasangan alat deteksi elektronik sesaat setelah pelaku kejahatan seksual anak keluar dari penjara.
Alat pendeteksi elektronik yang digunakan bisa berupa gelang elektronik atau alat serupa. Alat deteksi tersebut akan dipasang selama kurang lebih 2 tahun.
Terkait rehabilitasi, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memulihkan kondisi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual pelaku, sehingga mampu menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal. Bentuk tindakan rehabilitasi yang dapat diberikan meliputi rehabilitasi kejiwaan, sosial, dan medis.
Cara Kerja Kebiri Kimiawi pada Pria
Dalam prosedur kebiri kimia, tidak ada tindakan menghilangkan salah satu organ reproduksi melalui pembedahan sebagaimana kebiri fisik. Kebiri kimia dilakukan dengan memberikan zat atau obat, biasanya dalam bentuk suntik, untuk mengurangi hasrat dan fungsi seksual para pelaku pelecehan seksual anak.
Penggunaan obat-obatan yang dimanfaatkan untuk kebiri kimia juga sebenarnya memiliki manfaat sebagai terapi hormonal untuk beberapa penyakit tertentu, misalnya kanker prostat.
Kebiri kimia bekerja dengan cara mengurangi kadar testosteron di tubuh pria yang menjadi pelaku kekerasan seksual. Testosteron merupakan hormon utama yang berfungsi untuk menghasilkan hasrat dan fungsi seksual.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa para pelaku pelecehan seksual memiliki hormon seks (androgen) atau testosteron yang lebih tinggi, sehingga mereka sulit mengendalikan nafsu seksualnya.
Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa kebiri kimia diberlakukan sebagai salah satu hukuman bagi pelaku kekerasan seksual anak.
Selain dengan pemberian obat-obatan untuk menurunkan jumlah hormon testosteron, para pelaku kekerasan seksual anak juga akan menjalani psikoterapi guna mengendalikan hasrat seksualnya dan mencegah ia mengulangi perbuatannya.
Dampak Jangka Panjang Kebiri Kimiawi pada Pria
Kebiri kimia umumnya dilakukan dengan cara menyuntikkan obat secara bertahap Beberapa jenis obat-obatan yang dapat digunakan untuk kebiri kimia meliputi:
- Medroxyprogesterone acetate
- Cyproterone acetate
- Agonis LHRH
Ketiga jenis obat-obatan tersebut diketahui dapat menurunkan kadar testosteron dan estradiol. Estradiol sendiri adalah hormon estrogen yang dapat memengaruhi kekuatan tulang, jantung, dan otak.
Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara kebiri kimia dengan beberapa penyakit, seperti osteoporosis, penyakit jantung, dan diabetes. Tidak hanya itu, kebiri kimia juga dapat memberikan dampak lain, seperti:
- Ketidaksuburan
- Sensasi rasa panas, berkeringat, dan jantung berdebar
- Anemia
- Depresi
Selain itu, kebiri kimia juga dapat meningkatkan risiko pembesaran payudara pada pria yang disebut dengan ginekomastia. Makin lama kebiri kimia dilakukan, risiko munculnya efek samping juga akan meningkat.
Kejahatan seksual merupakan masalah sosial yang perlu mendapat perhatian dari seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya peran dari pihak berwajib dan pemerintah, sikap siaga dari orang tua juga penting dalam menjaga anak agar terhindar dari pelecehan seksual.
Bila masih memiliki pertanyaan seputar kebiri kimia, baik dari segi prosedur atau efek samping, Anda bisa menanyakannya ke dokter.