Cara mendeteksi dan mencegah kanker serviks sejak dini penting untuk diketahui. Hal ini karena kanker serviks merupakan salah satu penyakit berbahaya yang banyak menyebabkan kematian pada wanita.
Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi akibat infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang biasanya disebarkan melalui hubungan seksual. Penyakit yang cukup mematikan ini sering kali tidak menimbulkan gejala pada awalnya. Ketika muncul pun, gejala kerap disalahartikan sebagai gejala menstruasi atau infeksi saluran kemih.
Umumnya, gejala yang dialami oleh penderita kanker serviks adalah perdarahan saat berhubungan seks atau setelah masa menopause dan menstruasi, keputihan yang mengandung darah dan berbau busuk, nyeri panggul, dan nyeri saat berhubungan intim.
Cara Mendeteksi Kanker Serviks sejak Dini
Mendeteksi kanker serviks sedini mungkin merupakan bagian dari upaya mencegah akibat yang fatal dari kanker ini. Berikut adalah beberapa cara mendeteksi kanker serviks secara dini:
1. Pap smear
Pap smear bertujuan untuk melihat keberadaan sel-sel yang mungkin dapat berkembang menjadi kanker. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel sel di serviks (leher rahim).
Sel yang ada pada sampel kemudian dilihat menggunakan mikroskop untuk menentukan apakah sel normal, memiliki sifat prakanker (calon kanker), atau bahkan sudah bersifat kanker. Melalui Pap smear, dokter juga dapat melakukan tes HPV DNA, yakni salah satu pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks.
Berikut adalah rekomendasi jadwal pemeriksaan Pap smear berdasarkan usia:
- Wanita usia 25–49 tahun: setiap 3 tahun
- Wanita usia 50–64 tahun: setiap 5 tahun
- Wanita usia di atas 65 tahun: hanya jika ada keluhan tertentu pada serviks dan area sekitarnya atau belum pernah melakukan Pap smear sejak usia 50 tahun
2. Kolposkopi
Kolposkopi biasanya akan direkomendasikan dokter apabila ada hasil yang dicurigai tidak normal dari tes pap smear.
Tes yang menggunakan alat khusus bernama kolposkop ini dilakukan untuk memeriksa bagian leher rahim, vagina, dan vulva secara langsung. Jika pada saat tes kolposkopi ditemukan kelainan, sampel jaringan akan diambil untuk diperiksa di laboratorium.
3. Tes Schiller
Tes Schiller dilakukan dengan mengoleskan larutan yodium pada leher rahim guna mendeteksi keberadaan jaringan yang tidak normal. Jaringan yang sehat akan berwarna cokelat seterlah diolesi, sedangkan jaringan yang tidak normal akan berwarna putih atau kuning.
4. Kuretase endoserviks (ECC)
Pemeriksaan kuretase endoserviks dilakukan untuk memeriksa bagian leher rahim yang tidak terjangkau saat tes kolposkopi. Dalam pemeriksaan ini, bagian dalam serviks (endoserviks) akan sedikit dikikis menggunakan alat khusus yang berbentuk seperti sendok kecil, untuk mendapatkan sampel pemeriksaan.
5. Biopsi kerucut (cone biopsy)
Tindakan medis ini biasanya dilakukan apabila terdapat hasil yang tidak normal dari hasil pap smear, tapi bisa juga dilakukan untuk menghilangkan sel prekanker atau kanker serviks derajat ringan.
Biopsi kerucut dilakukan dengan mengambil sampel jaringan dari leher rahim. Sampel jaringan yang diambil akan berbentuk menyerupai kerucut dan akan diperiksa menggunakan mikroskop.
6. Biopsi punch (punch biopsy)
Biopsi punch dilakukan dengan cara mengangkat sampel jaringan yang dibutuhkan dengan menggunakan pisau berbentuk bundar. Prosedur ini mungkin akan dilakukan beberapa kali pada area sekitar serviks.
7. Pemeriksaan darah haid (Gynpad)
Metode terkini untuk pemeriksaan deteksi kanker serviks adalah menggunakan darah haid yang di tampung pada pad khusus yang dapat di lepas pasang. Nantinya pad yang berisi darah haid ini akan di bawa ke laboratorium dan di periksa dengan cara usap untuk memeriksa keberadaan virus HPV dalam cairan darah haid tersebut.
Upaya Pencegahan Kanker Serviks selain Deteksi Dini
Di samping tes untuk mendeteksi sel dan jaringan kanker, Anda juga bisa melakukan beberapa upaya pencegahan kanker serviks dengan cara:
1. Menerima vaksin HPV
Anda disarankan untuk menerima vaksin HPV sedini mungkin sebelum aktif secara seksual. Vaksinasi dilakukan terutama untuk mencegah infeksi virus HPV yang paling banyak menyebabkan kanker, seperti HPV-16 dan HPV-18.
2. Menghindari seks berisiko
Melakukan seks yang aman dengan menggunakan kondom dapat mengurangi risiko terinfeksi HPV. Hindari pula hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan agar risiko terkena infeksi HPV bisa diminimalisir.
3. Menghindari kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 3–4 kali lebih besar untuk terkena kanker serviks. Hal ini kemungkinan karena kebiasaan merokok membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah dalam melawan virus HPV.
Selain itu, kandungan karsinogen (penyebab kanker) yang terdapat pada rokok dapat membuat aktivitas virus HPV di serviks meningkat. Virus HPV pun juga dapat bergerak lebih cepat menuju sel serviks.
4. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
Penerapan pola makan yang sehat juga bisa menjadi langkah untuk mengurangi risiko terkena kanker, tak terkecuali kanker serviks. Konsumsi makanan sehat dapat dimulai dengan makan banyak buah dan sayuran setiap harinya. Hindari pula makanan olahan yang kebanyakan tinggi kalori tapi rendah nutrisi.
5. Menjaga berat badan ideal
Selain kanker serviks, menjaga berat badan juga dapat menurunkan risiko terkena kanker jenis lain. Menjaga berat badan ideal dapat dilakukan dengan membiasakan diri melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur, misalnya berjalan kaki selama 30 menit setiap hari.
Pencegahan kanker serviks dapat berhasil dengan sangat baik jika dimulai sejak dini. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk tahu apa yang perlu Anda lakukan dan perbaiki saat ini guna mencegah kanker serviks.
Jika merasakan keluhan atau gejala kanker serviks seperti yang sudah disebutkan di awal atau sekadar bingung mengenai langkah pencegahan apa yang paling tepat untuk dilakukan, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter.