Intubasi endotrakeal dilakukan dengan memasukkan alat bantu napas berupa tabung elastis ke dalam tenggorokan melalui mulut atau hidung. Prosedur medis ini umumnya dilakukan pada kondisi darurat ketika pasien sulit untuk bernapas.
Intubasi endoktrakeal bertujuan untuk memudahkan pasien bernapas saat prosedur pembiusan atau anestesi, selama operasi, atau saat pasien mengalami kondisi kritis yang membuatnya sulit bernapas.
Intubasi dapat membantu saluran pernapasan pasien tetap terbuka dan mencegah pasien mengalami kekurangan oksigen akibat gagal napas.
Tujuan Prosedur Intubasi Endotrakeal
Selain memudahkan pasien untuk bernapas, ada berbagai macam tujuan dilakukannya prosedur intubasi, yaitu:
- Menghilangkan hambatan pada saluran pernapasan
- Membuka jalan napas agar dokter dapat menyalurkan oksigen atau obat-obatan ke dalam tubuh pasien
- Melancarkan pernapasan pasien dengan kondisi tertentu, seperti asma akut, COVID-19, pneumonia berat, PPOK, pembengkakan paru, emboli paru, gagal jantung, cedera kepala berat, atau syok
- Memudahkan dokter melihat kondisi saluran pernapasan bagian atas pasien
- Mencegah masuknya makanan, asam lambung, air liur, dan benda asing lainnya ke dalam paru-paru, ketika pasien tidak sadar
- Memberikan bantuan pernapasan pada pasien yang menjalani operasi dengan anestesi umum
Pada beberapa kasus, intubasi endotrakeal tidak dapat dilakukan bila pasien tidak dapat membuka mulut, cedera leher parah, jalan napas terhambat total, intubasi gagal dilakukan setelah berulang kali, dan kelainan bentuk jalan napas.
Prosedur Intubasi
Intubasi merupakan salah satu teknik pemberian napas buatan yang sangat penting untuk menyelamatkan nyawa. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dokter saat melakukan prosedur intubasi:
Langkah 1: memberikan obat bius
Sebelum prosedur intubasi dilakukan, dokter akan memberikan obat-obatan, seperti bius umum dan pelemas otot, seperti rocuronium. Dalam posisi pasien berbaring, dokter akan membuka mulut pasien dan memasukkan laringoskop untuk membuka jalan napas dan melihat pita suaranya.
Langkah 2: memasukkan tabung endoktrakeal ke batang tenggorokan
Setelah pita suara terlihat dan terbuka, dokter akan memasukkan tabung plastik elastis bernama tabung endotrakeal dari mulut ke dalam batang tenggorokan pasien. Ukuran tabung akan disesuaikan dengan usia dan ukuran tenggorokan pasien.
Jika tabung ini sulit dimasukkan dari mulut, dokter akan memasukkan alat bantu napas berupa selang khusus melalui hidung menuju saluran pernapasan.
Langkah 3: menghubungkan tabung endotrakeal dengan ventilator
Selanjutnya, tabung endotrakeal akan dihubungkan ke sebuah kantong pompa napas sementara atau alat bantu pernapasan berupa ventilator agar oksigen dapat masuk ke paru-paru pasien.
Setelah prosedur intubasi dilakukan, dokter akan mengevaluasi apakah tabung pernapasan sudah terpasang dengan baik atau tidak. Caranya dengan melihat pergerakan napas dan mendengarkan bunyi napas di kedua paru-paru pasien melalui stetoskop.
Jika diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan foto Rontgen untuk memastikan tabung endotrakeal sudah terpasang dengan benar.
Risiko yang Dapat Terjadi pada Prosedur Intubasi Endotrakeal
Meski dapat memberikan bantuan pernapasan pada pasien, intubasi endotrakeal juga memiliki risiko, yaitu:
- Pendarahan dan cedera pada batang tenggorokan, mulut, lidah, gigi, dan pita suara
- Penumpukan cairan di jaringan dan organ
- Pneumonia aspirasi
- Sakit tenggorokan
- Suara menjadi serak
- Erosi atau pengikisan jaringan lunak di saluran napas
- Ketergantungan pada ventilator, sehingga pasien tidak dapat bernapas normal dan membutuhan trakeostomi
- Robekan di rongga dada yang menyebabkan paru-paru tidak berfungsi
- Reaksi alergi terhadap obat bius yang digunakan
- Dislokasi rahang
Setelah menjalani prosedur intubasi endotrakeal, pasien biasanya akan mengalami sakit tenggorokan dan sulit menelan. Namun, keluhan tersebut akan segera pulih setelah tabung endotrakeal dicabut.
Segera hubungi dokter bila setelah intubasi endotrakeal Anda mengalami beberapa gejala seperti pembengkakan pada wajah, nyeri dada, sulit berbicara, sesak napas, dan sakit tenggorokan parah. Dengan demikian, penanganan lebih lanjut dapat segera dilakukan.