Sel telur yang sehat diperlukan untuk mendukung keberhasilan proses kehamilan. Bila sel telur mengalami masalah, program hamil akan lebih sulit tercapai.
Sel telur atau ovum adalah sel reproduksi pada wanita. Bersama sperma, sel ini berperan penting dalam proses pembuahan dan pembentukan janin.
Sel telur yang sehat terdiri dari beberapa lapisan, yaitu lapisan luar (zona pellucida) yang berfungsi sebagai pelindung sel telur, sitoplasma yang berperan sebagai pemberi nutrisi bagi sel telur, dan inti sel (nukleus) yang berfungsi sebagai pembawa materi genetik pembentuk janin
Bila kesehatan sistem reproduksi tidak terjaga, kualitas sel telur dapat menurun dan berdampak pada masalah kesuburan serta terganggunya proses kehamilan.
Masalah pada Sel Telur dan Efeknya terhadap Kehamilan
Ada beberapa masalah pada sel telur yang dapat memengaruhi kehamilan, antara lain:
1. Kerusakan sel telur
Kerusakan sel telur dapat ditandai dengan adanya kelainan kromosom yang berada di dalam inti sel. Kerusakan ini mengakibatkan terjadinya kehamilan tanpa embrio atau kehamilan tanpa calon janin.
Normalnya, saat terjadi kehamilan, sel telur yang telah dibuahi akan menempel pada dinding rahim. Ketika memasuki usia kehamilan 6 minggu, embrio atau calon janin sudah mulai tumbuh dan berkembang di dalam rahim.
Namun, bila ada kerusakan pada sel telur, rahim akan terus tumbuh tanpa disertai janin di dalamnya. Kondisi ini disebut kehamilan kosong atau blighted ovum.
Jenis kehamilan ini biasanya memiliki tanda yang serupa dengan kehamilan normal, seperti nyeri pada payudara, mual, muntah, tidak mengalami haid, dan tes kehamilan yang positif.
Akan tetapi, tanpa adanya janin, pertumbuhan plasenta tidak akan maksimal dan akhirnya terhenti. Pada saat inilah kadar hormon kehamilan akan menurun secara drastis dan menimbulkan tanda keguguran, seperti keluarnya bercak darah atau perdarahan hebat dari vagina dan kram perut.
Keguguran pada kehamilan tanpa embrio tidak dapat dicegah, tetapi bukan berarti kerusakan sel telur membuat wanita tidak dapat hamil lagi. Wanita yang mengalami kondisi ini tetap berpeluang hamil dan mengalami kehamilan yang sehat di kemudian hari.
Meski begitu, jika terjadi keguguran berulang kali, sebaiknya Anda melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter kandungan untuk mengetahui penyebab yang melatarbelakanginya.
2. Masalah genetik bawaan
Mutasi genetik merupakan perubahan gen yang terjadi di dalam sel telur ibu atau sel sperma ayah. Pada saat pembuahan, sel telur dan sel sperma akan menyatu dan membentuk bakal janin di dalam kandungan.
Terjadinya mutasi pada salah satu gen di dalam sel telur atau sel sperma menyebabkan janin yang terbentuk di dalam kandungan memiliki gangguan atau kecacatan. Kondisi ini dikenal dengan sebutan mutasi genetik bawaan karena diwariskan ke generasi selanjutnya.
Mutasi genetik dapat menyebabkan beberapa penyakit, termasuk kanker pada bayi yang baru lahir, seperti tumor retinoblastoma atau tumor Wilms.
3. Kelainan pada perkembangan sel telur
Hingga kini, kehamilan mola atau kehamilan anggur belum dapat dipastikan penyebabnya. Namun, kelainan pada sel telur diduga dapat memengaruhi terjadinya kehamilan ini.
Sel telur dan sel sperma mengandung kromosom yang membawa DNA dari ibu dan ayah. Ketika kedua sel tersebut bersatu dalam proses pembuahan, sel telur dan sel sperma akan menyumbang separuh dari jumlah DNA bagi calon bayi yang akan lahir.
Bila terjadi kelainan pada jumlah kromosom saat proses ini berlangsung, baik lebih maupun kurang, akan terjadi kehamilan mola atau kehamilan anggur.
Berdasarkan jenisnya, kehamilan mola dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
- Kehamilan mola parsial, terjadi ketika janin terbentuk tetapi tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna menjadi bayi.
- Kehamilan mola lengkap, terjadi bila ada sel abnormal yang terbentuk di dalam rahim dan tidak ada perkembangan atau pembentukan janin sama sekali.
Jika terjadi kehamilan anggur, tanda yang kerap terjadi adalah perdarahan atau keluarnya cairan berwarna cokelat kemerahan dari vagina pada usia kandungan 8–14 minggu.
Kehamilan mola sering kali tidak menunjukkan gejala atau tanda. Kelainan pada kehamilan ini biasanya baru terdeteksi pada saat melakukan USG kehamilan di usia kandungan 8–14 minggu.
Kehamilan mola yang berhasil terdeteksi, sebagian besar akan berujung pada keguguran sehingga dokter perlu mengeluarkan jaringan di dalam rahim dengan prosedur kuret guna mencegah munculnya komplikasi lebih lanjut.
Sel telur merupakan salah satu bagian penting dalam proses reproduksi. Kelainan yang terjadi pada sel telur bisa menyebabkan berbagai kondisi yang menghambat proses kehamilan.
Jika Anda mengalami gejala yang diduga berkaitan dengan adanya masalah pada sel telur atau belum kunjung memperoleh momongan setelah 1 tahun menjalankan program hamil, konsultasikan kepada dokter untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.