Alat kontrasepsi pria yang umum dikenal adalah kondom. Padahal, tidak hanya itu. Prosedur vasektomi pun bisa dijadikan pilihan untuk menunda kehamilan pasangan. Ketahui lebih lanjut mengenai ragam alat kontrasepsi pria dalam artikel ini.
Kehamilan bisa terjadi ketika sel sperma berhasil membuahi sel telur yang dilepaskan dari indung telur wanita pada masa suburnya. Bagi pasangan yang belum atau ingin menunda kehamilan, alat kontrasepsi bisa menjadi pilihan yang tepat guna mencegah terjadinya pembuahan.
Pada kaum hawa, kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau KB suntik, merupakan cara yang umum dipilih untuk menunda kehamilan. Namun pada pria, kontrasepsi hormonal belum umum digunakan.
Kontrasepsi hormonal untuk pria berisiko menimbulkan berbagai efek samping, yang mencakup perubahan suasana hati, depresi, jerawat, nyeri otot, berat badan bertambah, serta peningkatan libido.
Jenis Alat Kontrasepsi Pria
Meskipun kontrasepsi hormonal khusus pria dapat digunakan untuk mencegah kehamilan, namun jenis kontrasepsi yang paling umum digunakan oleh pria adalah:
Kondom
Kondom dianggap sebagai alat kontrasepsi pria yang paling mudah untuk didapatkan dan digunakan. Selain itu, harganya murah dan minim efek samping. Bentuk kondom berupa selubung tipis yang elastis, dan bisa terbuat dari lateks, kulit domba, atau polyurethane.
Cara menggunakan kondom pun cukup mudah, yakni dengan menyelubungkannya pada penis yang sedang ereksi, hingga menutupi seluruh permukaan penis.
Jenis kondom lateks dan polyurethane dianggap paling efektif dalam mencegah kehamilan selama digunakan dengan cara yang benar. Tidak hanya efektif dalam mencegah kehamilan, kondom juga dapat dimanfaatkan untuk melindungi Anda dan pasangan dari penyakit menular seksual.
Kondom tersedia dalam beragam bentuk, ukuran, warna, dan tekstur. Beberapa jenis kondom juga dilengkapi dengan pelumas yang bertujuan untuk meningkatkan sensasi dan kepuasan seksual.
Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur pembedahan untuk mengikat saluran sperma pada organ reproduksi pria. Tujuannya adalah untuk mencegah pelepasan sperma pada saat ejakulasi.
Pada pria yang sudah menjalani vasektomi, tidak ada lagi sperma di dalam air maninya. Jadi meskipun mengalami ejakulasi, sel telur pasangannya tidak akan terbuahi.
Efek kontrasepsi ini umumnya baru muncul sekitar 3 bulan setelah operasi vasektomi. Oleh karena itu, gunakanlah kondom dulu saat berhubungan seks, sampai hasil pemeriksaan menyatakan bahwa air mani sudah bersih dari sperma.
Untuk menjalani vasektomi, Anda dapat mengunjungi dokter ahli urologi. Operasi vasektomi biasanya membutuhkan waktu 20-30 menit. Perlu Anda ketahui bahwa vasektomi bersifat permanen, sehingga efek metode kontrasepsi ini tidak bisa dihilangkan.
Masing-masing alat kontrasepsi di atas memiliki kelebihan dan kelemahan. Konsultasikan kepada dokter mengenai pilihan alat kontrasepsi yang cocok dan efektif, serta jangan lupa untuk membicarakan dengan pasangan mengenai pilihan kontrasepsi yang ingin digunakan untuk menunda kehamilan.