Sindrom kepala meledak termasuk gangguan tidur langka yang membuat penderitanya dapat mendengar suara keras, seperti ledakan bom, ketika sedang tertidur lelap. Sindrom ini tidak hanya membuat tidur jadi terganggu, tetapi juga dapat membuat kepala menjadi sakit.
Suara keras seperti ledakan bom, dentuman tabrakan, atau letusan tembakan yang “didengar” penderita sindrom kepala meledak saat tertidur lelap sebenarnya hanyalah halusinasi. Namun, bagi mereka, suara tersebut terdengar sangat nyata sehingga membuat mereka merasa ketakutan.
Gejala Sindrom Kepala Meledak
Selain mendengar suara ledakan, letusan, atau dentuman yang keras, ada beberapa gejala lain yang bisa dirasakan penderita saat sindrom ini muncul, yaitu:
- Merasa melihat kilatan cahaya yang datang bersamaan dengan suara keras
- Jantung berdebar atau denyut jantung menjadi lebih cepat
- Merasa takut dan tertekan
- Otot berkedut
- Merasa bingung dengan apa yang terjadi, terutama jika baru pertama kali mengalaminya
Penyebab Sindrom Kepala Meledak
Penyebab sindrom kepala meledak belum diketahui dengan pasti, tetapi para ahli meyakini bahwa kondisi ini dipicu oleh gangguan pada sistem saraf. Selain itu, ada pula yang meyakini bahwa sindrom kepala meledak dipicu oleh gangguan kecemasan.
Orang yang menderita stres berat, sindrom kelelahan kronis, atau gangguan tidur memiliki risiko tinggi untuk menderita sindrom kepala meledak. Selain itu, wanita berusia 50 tahun ke atas juga dikatakan lebih berisiko untuk mengalami kondisi ini.
Cara Mengatasi Sindrom Kepala Meledak
Tidak ada penanganan khusus untuk mengatasi sindrom kepala meledak. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah munculnya atau kambuhnya sindrom kepala meledak, yaitu:
- Mengelola stres dengan baik
- Beristirahat yang cukup
- Melakukan relaksasi dan meditasi
- Mandi air hangat sebelum tidur agar tubuh lebih rileks
Jika cara-cara tersebut telah dilakukan tetapi sindrom kepala meledak masih juga muncul, berkonsultasilah dengan dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan untuk mencari tahu pemicunya.
Untuk mengatasi sindrom kepala mendadak, dokter akan mengobati kondisi yang memicu sindrom ini. Misalnya, pada sindrom kepala meledak akibat gangguan tidur, dokter mungkin akan menyarankan psikoterapi untuk mengatasi gangguan tidur tersebut. Bila memang perlu, dokter juga mungkin akan meresepkan obat antidepresan atau antikejang.
Sindrom kepala meledak tidaklah berbahaya. Meski begitu, kondisi pemicunya perlu ditangani agar keluhan ini tidak berlangsung berlarut-larut dan mengganggu istirahat Anda.