Inkompatibilitas ABO adalah kondisi ketika seseorang menerima tipe golongan darah yang berbeda dalam prosedur transfusi darah. Hal ini dapat memicu reaksi sistem kekebalan tubuh sehingga menimbulkan gejala seperti demam, mual, hingga sesak napas.
Transfusi darah adalah prosedur untuk mengganti darah seseorang yang hilang akibat cedera atau operasi dengan darah pendonor. Pada transfusi darah, pasien akan menerima jenis darah sesuai kebutuhan, seperti sel darah merah, sel darah putih, trombosit, atau plasma darah.
Transfusi darah umumnya aman untuk dilakukan, tetapi pada kasus yang jarang terjadi, prosedur ini berisiko menyebabkan gangguan kesehatan, termasuk inkompatibilitas ABO.
Penyebab Inkompatibilitas ABO
Golongan darah secara umum terbagi menjadi empat tipe, yaitu A, B, AB, dan O. Pembagian tersebut berdasarkan jenis antigen di dalam darah, yaitu:
- Golongan darah A mengandung antigen A
- Golongan darah B mengandung antigen B
- Golongan darah AB mengandung antigen A dan B
- Golongan darah O tidak mengandung antigen A dan antigen B
Inkompatibilitas ABO terjadi ketika seseorang menerima darah dari pendonor yang golongan darahnya berbeda. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh penerima membentuk antibodi yang menyerang sel-sel pada darah pendonor tadi, karena dianggap sebagai zat yang berbahaya bagi tubuh.
Inkompatibilitas ABO umumnya terjadi akibat kesalahan dalam pengisian formulir pendonor, identifikasi golongan darah pendonor atau penerima, serta pemberian label darah sebelum diberikan kepada penerima donor darah.
Selain pada transfusi darah, inkompatibilitas ABO juga dapat terjadi pada seseorang yang melakukan transplantasi organ dari orang dengan golongan darah berbeda.
Gejala Inkompatibilitas ABO
Gejala inkompatibilitas ABO yang bisa muncul setelah menerima transfusi darah meliputi:
- Demam
- Pusing
- Mual dan muntah
- Sesak napas
- Tekanan darah rendah
- Jantung berdetak cepat
- Nyeri di bagian infus
- Nyeri dada
- Kulit dan bagian putih mata menguning (penyakit kuning)
Kapan harus ke dokter
Jika Anda mengalami gejala inkompabilitas ABO saat atau setelah menerima transfusi darah, segera sampaikan keluhan tersebut pada dokter. Anda juga perlu memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala inkompabilitas ABO setelah menjalani operasi transplantasi organ.
Diagnosis Inkompatibilitas ABO
Jika muncul gejala inkompabilitas ABO pada saat transfusi darah, dokter akan segera menghentikan proses transfusi tersebut. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital pasien, seperti suhu tubuh, tekanan darah, serta detak jantung.
Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes darah, untuk mendeteksi kerusakan pada sel darah merah atau anemia
- Tes urine, untuk mendeteksi hemoglobin pada urine karena pemecahan sel darah merah
- Tes golongan darah, untuk memastikan kembali kesamaan golongan darah antara pendonor dan penerima
Pengobatan Inkompatibilitas ABO
Penanganan inkompatibiltas ABO dapat dilakukan dengan segera menghentikan proses transfusi darah. Selanjutnya, dokter dapat memberikan obat-obatan pada pasien, seperti:
- Antihistamin, untuk mengatasi reaksi alergi
- Kortikosteroid, untuk menangani pembengkakan dan reaksi alergi
- Obat-obatan untuk menaikkan tekanan darah
Komplikasi Inkompatibilitas ABO
Inkompatibilitas ABO yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan sejumlah komplikasi berikut:
- Penggumpalan darah
- Stroke
- Gagal ginjal
- Kematian
Pencegahan Inkompatibilitas ABO
Inkompatibilitas ABO bisa dicegah oleh dokter atau perawat yang menjalankan proses transfusi darah memastikan syarat donor darah telah terpenuhi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah inkompatibilitas ABO adalah:
- Memastikan golongan darah pendonor organ atau pendonor darah sesuai dengan golongan darah penerima
- Memberi label golongan darah dengan tepat pada kantong darah yang disimpan
- Memeriksa kembali golongan darah pasien dan kantong darah sebelum transfusi dilakukan