Pernah mendengar insufisiensi plasenta? Gangguan pada ari-ari ini bisa berdampak negatif buat janin dan untuk Bumil, lho. Supaya lebih paham, yuk simak penjelasannya di artikel ini.
Insufisiensi plasenta adalah gangguan plasenta yang membuat plasenta atau ari-ari tidak menyalurkan pasokan nutrisi dan oksigen yang cukup kepada janin. Beberapa gejala yang kerap dikaitkan dengan kondisi ini adalah ukuran perut ibu hamil terlihat lebih kecil dibandingkan usia kehamilannya atau gerak janin terasa kurang aktif.
Penyebab Insufisiensi Plasenta
Insufisiensi plasenta bisa terjadi karena kerusakan atau perkembangan ari-ari yang tidak sempurna. Kondisi ini akan menyebabkan ukuran plasenta lebih kecil dari ukuran normalnya, plasenta tidak berfungsi sebagaimana mestinya, atau plasenta tidak melekat di dinding rahim dengan baik.
Ada beberapa kondisi ibu hamil yang bisa memicu terjadinya insufisiensi plasenta, di antaranya:
- Diabetes, anemia, hipertensi dan preeklampsia, gangguan pembekuan darah, penyakit jantung, atau penyakit paru-paru
- Gaya hidup yang tidak sehat, seperti kebiasaan merokok atau kecanduan alkohol
- Penyalahgunaan NAPZA, termasuk kokain, heroin, dan sabu-sabu
- Riwayat konsumsi obat pengencer darah
- Hamil di usia lebih dari 40 tahun
- Riwayat melahirkan bayi yang berukuran kecil atau bayi lahir mati (stillbirth)
- Perdarahan hebat di awal trimester kehamilan
Selain karena kondisi ibu hamil, gangguan plasenta ini juga bisa disebabkan oleh plasenta yang tidak menempel dengan baik, misalnya akibat plasenta kecil atau lepasnya plasenta (solusio/abruptio plasenta).
Dampak Insufisiensi Plasenta
Insufisiensi plasenta akan berdampak pada ibu hamil dan janin. Pada ibu hamil, kondisi ini akan meningkatkan risiko terjadinya beberapa komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia dan kelahiran prematur. Selain itu, ukuran plasenta yang kecil dan perlekatannya yang tidak sempurna juga akan meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta.
Sedangkan pada janin, gangguan fungsi plasenta akan menyebabkan janin tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup. Selama di kandungan, hal ini bisa meningkatkan risiko stillbirth.
Jika bayi terlahir dengan intrauterine growth restriction (IUGR), risiko terjadinya beberapa masalah kesehatan berikut juga akan meningkat:
- Berat bayi lahir rendah
- Gangguan napas dan jantung
- Berat badan sulit naik dan bayi sulit mengisap ASI
- Bayi mudah terkena infeksi
- Suhu tubuh rendah (hipotermia)
- Gangguan mata atau penglihatan
- Peningkatan risiko terjadinya perdarahan di dalam otak (intraventricular haemorrhage)
- Peningkatan jumlah sel darah (polisitemia)
- Kadar kalsium dalam darah rendah (hipokalsemia)
- Gula darah rendah (hipoglikemia)
Penanganan Insufisiensi Plasenta
Insufisiensi plasenta dapat dideteksi melalui pemeriksaan kehamilan rutin (antenatal care/ANC). Ibu hamil biasanya akan mengeluhkan ukuran perut yang terlihat kecil jika dibandingkan dengan usia kehamilannya, atau janin yang cenderung tidak aktif bergerak.
Selain itu, beberapa pemeriksaan yang biasanya akan dilakukan dokter adalah tes darah, USG, dan non stress test (NST). Apabila dari serangkaian pemeriksaan tersebut dokter mencurigai kemungkinan adanya insufisiensi plasenta, dokter akan melakukan pengawasan ketat terhadap ibu hamil dan tumbuh kembang janin.
Ibu hamil juga akan diminta untuk memantau pergerakan janin, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan istirahat yang cukup. Selain itu, jika ibu hamil menderita hipertensi atau diabetes, ibu hamil harus menjalani pengobatan untuk mengendalikan tekanan darah dan gula darah, sehingga tidak semakin memperberat gangguan plasenta.
Bumil, itulah informasi tentang insufisiensi plasenta yang perlu diketahui. Supaya kehamilan tetap terpantau, lakukan pemeriksaan kehamilan rutin. Jika Bumil merasakan gerak janin yang lebih lemah, nyeri perut yang tidak biasa, atau perdarahan yang berat, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan. Semoga kesehatan Bumil dan janin selalu terjaga, ya!