Inversio uteri merupakan komplikasi yang dapat terjadi saat proses melahirkan. Kondisi ini tergolong jarang terjadi, tetapi termasuk ke dalam kegawatdaruratan persalinan, sehingga perlu ditangani dengan segera. 

Inversio uteri adalah keadaan ketika rahim terbalik dan sebagian atau seluruh rahim menonjol keluar melalui vagina. Komplikasi ini bisa terjadi saat persalinan normal (pervaginam) maupun dengan prosedur operasi caesar.

Inversio Uteri, Kenali Penyebab, Gejala, dan Penanganannya - Alodokter

Penyebab Inversio Uteri

Pada proses melahirkan normal, bayi akan melewati leher rahim (serviks) dan keluar melalui vagina. Setelahnya, plasenta akan terlepas dari rahim dan keluar melewati jalur yang sama. Selama proses ini, rahim tetap mempertahankan bentuknya dan kembali ke posisinya setelah kelahiran selesai.

Ketika terjadi inversio uteri saat proses mengeluarkan plasenta dari rahim, plasenta tetap melekat, sehingga menarik rahim ke arah vagina. Pada kondisi yang parah, seluruh bagian rahim bisa menonjol keluar dari vagina.

Penyebab pasti dari inversio uteri belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko terjadinya inversio uteri, seperti:

  • Menarik tali pusat terlalu kuat atau terlalu dini sebelum plasenta terlepas sepenuhnya
  • Plasenta yang tertanam di bagian atas rahim selama kehamilan.
  • Kegagalan rahim untuk berkontraksi setelah persalinan (atonia uteri)

Meski demikian, terdapat kasus inversio uteri terjadi pada wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini menunjukkan bahwa inversio uteri tidak selalu terkait dengan riwayat persalinan sebelumnya.

Stadium dan Gejala Inversio uteri

Inversio uteri bisa menyebabkan pasien kehilangan darah dan syok. Untuk melihat tingkat keparahannya, inversio uteri dapat dibagi menjadi beberapa stadium, yaitu:

  • Stadium I, yaitu ketika bagian atas rahim (fundus) masih di dalam rahim tetapi tidak sampai ke luar serviks (leher rahim)
  • Stadium II, yaitu ketika rahim turun seluruhnya melalui serviks dan masuk ke dalam vagina
  • Stadium III, yaitu ketika rahim terbalik seluruhnya dan menonjol keluar dari vagina

Gejala inversio uteri sangat bervariasi dan tergantung pada tingkat keparahannya. Secara umum, inversio uteri ditandai dengan gejala berikut ini:

  • Rahim menonjol keluar dari vagina
  • Kebocoran urine (inkontinensia)
  • Perdarahan pada vagina
  • Tekanan darah menurun (hipotensi)
  • Nyeri pada perut bagian bawah

Jika pasien sampai mengalami syok, maka gejala lain yang dapat muncul, seperti:

  • Pusing, lemas, bingung, dan lelah
  • Detak jantung yang cepat disertai napas terengah-engah
  • Kulit dingin dan berkeringat
  • Kram otot
  • Haus berlebihan

Penanganan Inversio Uteri

Inversio uteri harus ditangani dengan segera. Jika penanganannya ditunda, kondisi ini dapat menyebabkan pengembalian rahim ke posisinya semakin sulit serta meningkatkan risiko perdarahan syok.

Setelah ditemukan tanda-tanda inversio uteri, tim medis akan memeriksa tanda-tanda vital, seperti suhu, tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan denyut nadi, serta memberikan anestesi umum.Kemudian, prosedur mengembalikan posisi rahim akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya. 

Berikut ini adalah tindakan untuk menangani inversio uteri yang mungkin dilakukan:

Reposisi rahim

Jika inversio uteri terjadi setelah plasenta keluar dari rahim, penanganannya akan dilakukan secara manual. Tim medis akan mendorong rahim kembali ke tempatnya dengan hati-hati melalui saluran vagina dan leher rahim. 

Namun, bila plasenta belum terlepas, tim medis akan membiarkan plasenta di tempatnya dan memberikan obat yang dapat merelaksasi rahim. Dengan begitu, rahim akan lebih mudah untuk dipindahkan selama proses pemasukan kembali.

Operasi

Jika pemindahan rahim tidak bisa dilakukan secara manual atau pasien sudah kehilangan banyak darah, maka prosedur operasi laparatomi mungkin akan dilakukan. Prosedur ini melibatkan pembedahan perut untuk mengakses rahim dan mengembalikannya ke posisi semula.

Setelah ditangani, pasien akan mendapatkan pemantauan intensif untuk memastikan pemulihan yang optimal dan mencegah komplikasi. Bila pasien mengalami perdarahan, transfusi darah mungkin dapat dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang.

Perawatan di rumah setelah menjalani pengobatan inverisio uteri juga tidak kalah penting dilakukan. Pastikan untuk selalu konsumsi makanan sehat, istirahat yang cukup, dan konsumsi obat atau suplemen yang dianjurkan oleh dokter. Perawatan ini dapat dipantau langsung oleh dokter secara online melalui Chat Bersama Dokter.