Gangguan psikologis setelah melahirkan dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bahkan lebih lama. Kondisi ini tidak boleh dianggap sepele. Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat memicu tindakan yang mampu mencelakai anak maupun dirinya sendiri.
Gangguan psikologis dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada ibu yang baru saja melahirkan. Kondisi ini memerlukan penanganan yang tepat dan bantuan psikiater, terlebih jika gangguan psikologis setelah melahirkan berlangsung lebih dari 2 minggu.
Jenis Gangguan Psikologis Setelah Melahirkan
Belum diketahui pasti penyebab utama terjadinya gangguan psikologis setelah melahirkan. Namun, para peneliti percaya bahwa ada beberapa faktor yang dapat memicu munculnya gangguan ini, termasuk faktor hormonal, lingkungan, emosional, hingga genetik.
Ada 3 jenis atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan suasana hati wanita setelah melahirkan. Berikut ini adalah beberapa jenis gangguan psikologis setelah melahirkan:
1. Baby blues syndrome
Sekitar 80% wanita mengalami baby blues syndrome setelah melahirkan. Baby blues syndrome ditandai dengan rasa khawatir atau keraguan yang berlebihan terhadap kemampuannya merawat anak.
Selain itu, penderita baby blues kerap bersikap gelisah, tidak sabar, lekas marah, menangis tanpa alasan yang jelas, hingga sulit tidur. Sebagian penderita baby blues juga merasa sulit membangun ikatan dengan bayinya.
Gangguan psikologis setelah melahirkan ini biasanya berlangsung selama beberapa hari dan dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu 1–2 minggu. Bertukar pikiran dengan sesama ibu atau teman yang mampu memahami beban seorang ibu kemungkinan dapat membantu pemulihan kondisi ini.
2. Depresi pascamelahirkan
Jika baby blues terjadi lebih dari 2 minggu, bisa jadi yang dialami bukanlah baby blues, melainkan depresi pascamelahirkan atau postpartum depression. Gangguan psikologis setelah melahirkan ini memang memiliki gejala yang hampir sama dengan baby blues, tetapi jauh lebih berat.
Sebagian wanita yang mengalami depresi pascamelahirkan dapat memiliki rasa bersalah atau penyesalan yang mendalam. Saat mengalami kondisi ini, penderita depresi pascamelahirkan kerap kali tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk merawat bayinya bahkan dirinya sendiri.
Wanita rentan mengalami depresi pascamelahirkan jika memiliki riwayat trauma dan depresi di masa lalu, permasalahan rumah tangga, rasa percaya diri yang rendah, dan kehamilan yang tidak direncanakan.
Kondisi ini perlu segera mendapat penanganan dari psikiater. Jika dibiarkan berlarut-larut, gejala depresi pascamelahirkan dapat menjadi parah dan menimbulkan gangguan prikologis setelah melahirkan lainnya.
3. Psikosis pascamelahirkan
Psikosis pascamelahirkan memang jarang terjadi, tetapi gangguan psikologis setelah melahirkan ini tergolong berat dan dapat terjadi pada para ibu baru. Kondisi ini dapat terjadi dalam waktu yang cepat, umumnya sekitar 3 bulan pertama setelah melahirkan.
Gejala yang muncul hampir sama dengan gangguan psikologis setelah melahirkan sebelumnya. Namun, selain gejala tersebut, penderita psikosis pascamelahirkan juga dapat mengalami gejala lainnya, seperti halusinasi dan gangguan persepsi.
Wanita yang dicurigai mengalami psikosis pascamelahirkan harus segera mendapat pengobatan, bahkan kemungkinan perlu dirawat. Pasalnya, penderita kondisi ini berisiko menyakiti dirinya atau orang lain, termasuk bayinya.
Untuk menangani psikosis pascapersalinan, dokter mungkin akan memberikan obat antidepresan, antipsikotik, dan obat yang membantu menstabilkan suasana hati. Dokter perlu memberikan obat-obat tersebut dengan pertimbangan yang tepat, karena berisiko terserap ke dalam air susu ibu (ASI) yang akan diberikan pada bayi.
Karena tidak bisa disepelekan dan bisa membahayakan orang-orang disekitarnya, segera periksakan diri ke psikolog atau psikiater jika Anda mulai merasakan beberapa gejala yang dicurigai sebagai gangguan psikologis setelah melahirkan.
Dengan begitu, gangguan psikologis setelah melahirkan pun bisa segera diatasi sejak dini dan tidak menimbulkan gangguan psikologis lain yang lebih serius.