Rambut rontok pada anak bisa disebabkan oleh banyak hal. Oleh karena itu, penanganan rambut rontok pada anak perlu disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.
Rambut rontok sekitar 100 helai per hari pada anak sebenarnya masih tergolong normal. Namun, jika jumlahya berlebihan, hal ini bisa menjadi pertanda adanya masalah pada kulit kepala anak. Umumnya, rambut rontok pada anak bisa disebabkan oleh infeksi atau masalah pada kulit kepala.
Penyebab Rambut Rontok pada Anak dan Cara Mengatasinya
Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengatasi rambut rontok pada anak sesuai dengan penyebabnya:
1. Infeksi jamur pada kulit kepala (tinea capitis)
Tinea capitis adalah salah satu penyebab paling umum rambut rontok pada anak. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi jamur pada kulit kepala yang dapat ditandai dengan adanya titik-titik hitam di permukaan kulit kepala, tepatnya di area rambut yang rontok.
Rambut rontok karena tinea capitis biasanya dapat disembuhkan dengan mengonsumsi obat antijamur dari dokter selama 8 minggu. Selain itu, dokter mungkin juga akan merekomendasikan penggunaan sampo antijamur.
Karena tinea capitis termasuk penyakit menular. Bunda tidak boleh meminjamkan barang Si Kecil kepada orang lain, seperti topi, sisir, sarung bantal, dan gunting rambut.
2. Kebotakan pada bagian tertentu (alopecia areata)
Alopecia areata merupakan gangguan sistem imun yang menyerang folikel rambut. Gangguan ini bisa menyebabkan rambut rontok pada anak hingga kebotakan di bagian kepala tertentu yang berbentuk oval atau bulat.
Perlu pengobatan dari dokter untuk mengatasi alopecia areata, yakni dengan penyuntikan obat steroid atau pemberian krim maupun salep yang mengandung minoxidil dan anthralin.
3. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi yang dialami anak, baik itu kekurangan zinc, anemia defisiensi zat besi, maupun vitamin B7, bisa menyebabkan rambut rontok pada anak. Selain itu, kelebihan vitamin A juga dapat menyebabkan rambut rontok pada anak.
Untuk mengatasi hal ini, dokter akan menyarankan pola makan sehat agar anak mendapat nutrisi yang dibutuhkan sesuai dengan usianya. Selain itu, dokter mungkin juga meresepkan suplemen untuk menutupi kekurangan nutrisi.
4. Kwashiorkor dan marasmus
Kwashiorkor dan marasmus merupakan dua jenis kondisi malnutrisi protein yang sering terjadi pada anak-anak di negara berkembang. Kedua kondisi ini juga menjadi salah satu penyebab rambut rontok pada anak.
Kedua kondisi tersebut sebenarnya dapat diobati dengan meningkatkan asupan protein secara perlahan. Selain itu, dokter mungkin juga memberikan suplemen protein cair, multivitamin, atau obat nafsu makan bagi anak yang mengalami kwashiorkor dan marasmus.
5. Kebiasaan menarik rambut (trikotilomania)
Kebiasaan menarik rambut atau trikotilomania juga bisa menjadi penyebab rambut rontok pada anak lho, Bun. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh rasa cemas dan stres berlebihan yang dirasakan oleh Si Kecil.
Konseling dengan psikolog adalah cara tepat yang dapat Bunda lakukan untuk membantu Si Kecil menghentikan kebiasaan buruk ini.
6. Telogen efflovium
Telogen efflovium adalah kerontokan rambut yang disebabkan oleh stres, demam tinggi, luka di kepala, operasi, atau trauma berat, misalnya akibat kehilangan orang terdekat. Kondisi ini menyebabkan rambut rontok dan berhenti tumbuh sementara.
Kondisi ini tidak memerlukan penanganan khusus karena sekitar 6–12 bulan rambut anak akan kembali tumbuh seperti biasa, setelah masa sulit terlewati.
7. Kebiasaan buruk
Rambut rontok pada anak juga bisa disebabkan oleh perlakuan yang salah dari orang tua, misalnya sering mengikat rambut anak terlalu kencang, mengeringkan rambut anak dengan hairdryer, atau sering menggunakan produk perawatan rambut berbahan kimia keras yang tidak cocok dengan rambut anak.
Oleh karena itu, agar rambut Si Kecil senantiasa sehat, hindari melakukan hal-hal tersebut.
Rambut rontok pada anak yang terjadi sesekali dan tidak membuat anak mengalami kebotakan parah umumnya bukanlah hal yang berbahaya.
Namun, jika Si Kecil mengalami kerontokan rambut yang terjadi terus-menerus atau tak kunjung membaik, Bunda sebaiknya mengajaknya ke dokter guna memastikan penyebabnya dan mendapat rekomendasi pengobatan yang tepat. Untuk mempermudah konsultasi, Bunda juga bisa chat dokter, lho.