Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh, terapi air putih juga dapat memberikan beragam manfaat bagi kesehatan. Meski demikian, terapi ini tidak boleh dilakukan sembarangan, sebab kebiasaan minum air terlalu banyak juga dapat membahayakan kesehatan.
Air putih memiliki beragam fungsi penting bagi tubuh, seperti melancarkan pencernaan, mengendalikan suhu tubuh, dan membantu metabolisme di ginjal. Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan dengan minum air putih sangat penting dilakukan.
Minum air putih umumnya harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, yaitu sekitar 2 liter atau setara dengan 8 gelas air putih setiap harinya. Namun, dalam pelaksanaan terapi air putih, air putih dikonsumsi dengan cara dan takaran yang cukup berbeda.
Mengenal Terapi Air Putih
Terapi air putih dilakukan dengan cara minum air saat bangun pagi, tepatnya ketika kondisi perut masih kosong. Cara ini diyakini dapat menjaga kesehatan usus dan melancarkan pencernaan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani terapi air putih:
- Gunakan air bersuhu normal atau hangat dan hindari minuman dingin.
- Minumlah air dengan menggunakan gelas berukuran 160 ml, sebanyak 4–5 kali di pagi hari.
- Hindari menggosok gigi setelah minum air.
- Tunggu sekitar 45 menit sebelum sarapan atau mengonsumsi makanan apa pun.
- Batasi durasi makan hanya selama 15 menit dan tunggu selama 2 jam sebelum mengonsumsi makanan lain.
Ketika pertama kali melakukan terapi air putih, Anda akan buang air kecil berkali-kali sampai tubuh mampu beradaptasi dengan peningkatan jumlah cairan.
Selain menjaga kesehatan usus dan saluran cerna, terapi air putih juga dapat mencegah berbagai penyakit, seperti dehidrasi, hipertensi, diabetes tipe 2, dan kanker.
Namun, di balik beragam manfaat kesehatan yang dapat diperoleh, terapi air putih juga berisiko menyebabkan keracunan atau intoksikasi.
Risiko Terapi Air Putih
Proses pengaturan dan pembuangan cairan di dalam tubuh diatur oleh ginjal. Normalnya, ginjal orang dewasa muda yang sehat dapat mengeluarkan ½ liter air dalam waktu 1 jam.
Namun, terlalu banyak mengonsumsi air dalam waktu singkat membuat ginjal harus bekerja lebih berat dalam mengolah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Seiring waktu, hal ini bisa menyebabkan gangguan pada fungsi ginjal.
Tidak hanya itu, minum air terlalu banyak juga dapat menurunkan kadar sodium dalam darah, yang dapat memicu ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam sel tubuh. Akibatnya, terjadilah keracunan atau intoksikasi air.
Intoksikasi air merupakan kondisi ketika kadar garam atau sodium dalam darah turun secara drastis mencapai level yang terlalu rendah akibat terlalu banyak minum air dalam waktu singkat.
Orang yang mengalami intoksikasi air akan mengalami gejala berupa mual, muntah, sakit kepala, diare, kejang, dan kram atau kaku otot. Selain itu, kekurangan cairan dan elektrolit dalam tubuh juga dapat memicu pembengkakan otak bahkan koma.
Kondisi yang Membutuhkan Minum Banyak Air Putih
Tubuh yang kekurangan cairan memang berbahaya. Namun, terlalu banyak cairan di dalam tubuh juga perlu dihindari. Salah satu cara untuk mendeteksi kecukupan cairan adalah dengan melihat warna urine. Bila urine memiliki warna kuning pekat, itu merupakan tanda bahwa tubuh mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi.
Sementara itu, urine dengan warna jernih seperti air putih menandakan bahwa tubuh kelebihan air dan hal ini juga berbahaya. Oleh karena itu, Anda disarankan berhenti minum jika merasa sudah tidak haus.
Meskipun kelebihan cairan tidak baik bagi tubuh, terdapat beberapa kondisi yang memang membutuhkan lebih banyak cairan sehingga mengharuskan Anda untuk lebih banyak minum air putih. Kondisi-kondisi tersebut di antaranya adalah:
1. Hamil atau menyusui
Selama masa kehamilan, ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi air putih sebanyak 2,6 liter setiap harinya. Hal ini penting dilakukan agar kesehatan tubuh ibu dan janin terjaga.
Selain itu, minum air putih saat hamil juga dapat mengeluarkan racun dalam tubuh, meningkatkan sistem imun, dan melancarkan pencernaan. Untuk ibu menyusui, asupan cairan yang dibutuhkan lebih banyak daripada ibu hamil, yaitu sekitar 3 liter.
2. Olahraga
Saat olahraga, cairan tubuh akan hilang melalui keringat yang keluar dari dalam tubuh. Oleh karena itu, Anda dianjurkan mengonsumsi lebih banyak air putih, setidaknya 1,4 liter air yang diminum sebelum, saat, dan setelah olahraga.
Namun, bila olahraga yang Anda lakukan lebih intensif atau berlangsung lebih dari 1 jam, Anda juga perlu mengonsumsi minuman isotonik untuk mengganti elektrolit yang keluar dari tubuh bersama keringat.
3. Lingkungan yang bersuhu panas
Berada di lingkungan dengan suhu yang panas bisa membuat Anda lebih mudah berkeringat. Bila tidak diiringi dengan konsumsi air putih lebih banyak, tubuh akan kekurangan cairan dan dapat mengalami dehidrasi.
4. Penyakit atau kondisi kesehatan tertentu
Saat mengalami muntah, diare, atau demam akibat masalah kesehatan tertentu, Anda dianjurkan untuk minum lebih banyak air. Pasalnya, berbagai keluhan tersebut dapat mengurangi cairan tubuh. Banyak minum air putih berguna untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Penderita infeksi atau batu saluran kemih juga disarankan minum lebih banyak air untuk mengeluarkan kuman dan batu melalui urine. Namun, batasi asupan minum air putih jika Anda sedang mengalami gangguan hati, penyakit ginjal, dan gagal jantung.
Nah, melihat akan manfaat dan risikonya, Anda dianjurkan untuk lebih hati-hati bila ingin mencoba terapi air putih. Meski demikian, Anda sebaiknya tetap minum air putih dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan dan dalam rentang waktu yang wajar.
Jika Anda mempunyai pertanyaan seputar terapi air putih, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Selain memastikan apakah terapi air putih aman untuk Anda lakukan, dokter juga akan membantu Anda mengetahui jumlah asupan cairan yang sesuai dengan kondisi Anda.