Radang mata atau dalam istilah medis disebut uveitis adalah kondisi yang ditandai dengan pembengkakan di lapisan tengah jaringan dinding mata (uvea). Radang mata dapat terjadi hanya pada salah satu mata maupun kedua mata. Umumnya, penyakit ini menyerang orang berusia 20–60 tahun.
Radang mata dapat muncul secara tiba-tiba dan bisa memburuk dalam waktu cepat. Gejala awal radang mata bisa berupa nyeri mata, mata merah, dan penglihatan kabur. Jika tidak segera diobati, peradangan mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan.
Jenis Radang Mata
Berdasarkan lokasi terjadinya peradangan, radang mata dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Uveitis anterior (mata depan)
Uveitis anterior sering disebut sebagai iritis karena memengaruhi iris atau selaput pelangi, yaitu bagian berwarna pada mata bagian depan. Iritis termasuk jenis radang mata yang paling umum terjadi.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari trauma pada mata hingga masalah kesehatan tertentu, seperti rheumatoid arthritis, sifilis, tuberkulosis, dan herpes zoster.
2. Intermediate uveitis (mata tengah)
Kondisi ini melibatkan uvea bagian tengah dan disebut juga iridocyclitis. Kata ‘intermediate’ sebenarnya mengacu pada lokasi peradangan dan bukan tingkat keparahan peradangannya.
Jenis radang mata ini bisa terjadi pada siapa pun, namun lebih banyak ditemukan pada dewasa muda dan sering dikaitkan dengan penyakit autoimun, seperti multiple sclerosis dan sarkoidosis.
3. Uveitis posterior (mata belakang)
Peradangan mata ini disebut juga sebagai koroiditis karena memengaruhi bagian koroid, yaitu jaringan pembuluh darah mata yang mengalirkan darah ke bagian belakang mata.
Uveitis posterior cenderung lebih serius dibandingkan uveitis anterior karena dapat melukai jaringan retina, sehingga berisiko menimbulkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan. Jenis radang mata ini juga kerap dikaitkan dengan penyakit infeksi dan autoimun.
4. Panuveitis
Panuveitis adalah jenis radang mata yang paling serius karena memengaruhi seluruh uvea dan bagian-bagian penting pada mata (meliputi iris, badan siliaris, dan koroid). Panuveitis bisa menimbulkan kombinasi gejala dari seluruh jenis radang mata.
Radang mata atau uveitis dapat terjadi dalam waktu singkat (akut), maupun berjalan dan bertahan dalam waktu yang cukup lama (kronis), bahkan dapat berulang. Untuk mengatasinya, radang mata harus diobati sesuai dengan penyebab yang mendasarinya.
Cara Mengatasi Radang Mata
Pasien yang mengalami gejala radang mata harus segera memeriksakan diri ke dokter mata. Untuk memastikannya, dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan, seperti:
- Oftalmoskopi
- Funduskopi
- Slit lamp
- Tonometri
- Pemeriksaan penunjang lainnya, termasuk tes darah dan foto rontgen
Setelah itu, dokter akan memberikan penanganan dan obat sakit mata yang sesuai dengan kondisi Anda. Beberapa obat radang mata yang biasanya diresepkan dokter adalah:
Obat antiradang
Salah satu obat antiradang yang umumnya diberikan adalah kortikosteroid. Obat kortikosteroid ini tersedia dalam bentuk tetes mata, tablet, atau suntikan, yang penggunaannya disesuaikan dengan jenis radang mata. Untuk mengatasi nyeri dan radang pada mata pascaoperasi, dokter dapat memberikan NSAID, seperti diclofenac tetes mata.
Obat antibiotik atau antivirus
Jika uveitis disebabkan oleh infeksi, dokter akan memberikan obat antibiotik atau antivirus untuk mengendalikan infeksi.
Obat imunosupresan
Jika terjadi pada kedua mata, uveitis kemungkinan terjadi karena penyakit autoimun, sehingga pasien membutuhkan obat imunosupresan. Jenis obat ini juga diperlukan jika pengobatan dengan kostikosteroid tidak efektif atau kondisi radang mata yang sudah semakin parah.
Hindari sembarang menggunakan obat mata untuk mengatasi radang mata. Jika Anda mengalami gejala radang mata, segera periksakan diri ke dokter untuk memperoleh pengobatan yang tepat, sesuai dengan jenis radang mata yang Anda alami.