Suntik hormon merupakan salah satu metode terapi untuk kondisi medis yang membutuhkan tambahan hormon tertentu. Pengobatan ini dilakukan dengan cara menyuntikkan hormon buatan atau hormon sintetis ke dalam tubuh.
Hormon adalah zat kimia penting yang mengatur fungsi-fungsi dasar tubuh, termasuk pertumbuhan dan perkembangan, metabolisme, sistem reproduksi dan fungsi seksual, sistem pencernaan, bahkan suasana hati.
Dalam pengobatan penyakit tertentu, seperti kanker prostat, suntik hormon bisa dijadikan solusi untuk mengatasi gejala atas gangguan yang ditimbulkan. Terapi ini sering kali digunakan untuk mengobati gangguan hormon.
Jenis-Jenis Suntik Hormon
Ada berbagai jenis terapi suntik hormon yang digunakan. Tiap jenisnya memiliki kegunaan masing-masing, baik dalam pengobatan maupun dalam kerja organ-organ tubuh. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Suntik hormon testosteron
Suntik hormon testosteron umumnya digunakan untuk mengobati kondisi medis terkait kurangnya hormon testosteron pada pria. Beberapa gejala yang menandakan kemungkinan seorang pria mengalami kekurangan testosteron adalah:
- Berkurangnya gairah seks
- Disfungsi ereksi
- Jumlah sperma rendah
- Hilangnya bulu ketiak dan kemaluan
- Masalah psikologis, seperti sulit konsentrasi, depresi, atau kecemasan
- Hot flashes, yaitu merasa kepanasan disertai warna kulit menjadi kemerahan dan berkeringat
- Pertambahan berat badan
- Perubahan ukuran penis dan testis
- Pembengkakan payudara pria (ginekomastia)
Suntik hormon testosteron umumnya tidak direkomendasikan untuk wanita karena dapat menimbulkan efek samping, seperti jerawat, kebotakan, dan perubahan suara menjadi lebih berat.
Namun, terapi ini terkadang digunakan untuk meringankan gejala menopause, seperti penurunan gairah seks, perubahan mood, dan kelelahan. Terapi testosteron mungkin dibolehkan oleh dokter, jika sebelumnya pasien sudah menjalani terapi estrogen tapi tidak berhasil.
2. Suntik hormon estrogen
Suntik hormon estrogen umumnya bertujuan untuk mengatasi masalah akibat produksi hormon estrogen dalam tubuh wanita yang tidak mencukupi.
Beberapa kondisi medis atau penyakit yang bisa diobati dengan suntik hormon estrogen adalah:
- Gejala menopause, seperti hot flashes, susah tidur, keringat berlebih, dan vagina kering
- Atrofi vulva, yang dapat menyebabkan vagina kering dan nyeri serta inkontinensia urine
- Vaginitis atrofi, yaitu peradangan pada vagina yang sering disebabkan oleh vagina kering dan iritasi
- Kanker prostat
- Tubuh secara alami tidak memproduksi cukup estrogen, misalnya karena kelainan pada indung telur (ovarium)
- Osteoporosis setelah menopause
Suntik hormon estrogen dapat meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan darah sampai menyebabkan stroke dan serangan jantung. Selain itu, estrogen juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker ovarium dan kanker payudara.
Mengingat efek samping dan risikonya yang tidak sedikit, pemberian suntik hormon estrogen harus melalui pertimbangan dan evaluasi dokter.
3. Suntik hormon progesteron
Baik pria maupun wanita sama-sama memproduksi hormon progesteron. Pada wanita, hormon ini memiliki peranan yang penting di masa kehamilan, yaitu memperkuat dinding rahim, membantu pertumbuhan jaringan payudara, dan memastikan tubuh tidak memproduksi susu hingga bayi lahir. Suntik ini umumnya diberikan ketika kehamilan berusia 16–24 minggu.
Suntik hormon progesteron biasanya diberikan pada wanita hamil yang rentan mengalami keguguran, wanita yang pernah mengalami keguguran, dan wanita hamil yang berisiko melahirkan bayi prematur.
Meskipun demikian, belum ada bukti kuat bahwa progesteron dapat sepenuhnya mencegah keguguran, terutama pada wanita yang sudah sering mengalami keguguran berulang.
4. Suntik hormon insulin
Insulin adalah hormon alami yang memungkinkan tubuh mengubah glukosa menjadi energi. Insulin berperan penting guna mengontrol kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh. Namun, jika produksi insulin dalam tubuh tidak memadai atau tubuh tidak bisa memanfaatkan insulin dengan benar, suntik insulin dapat menjadi solusi.
Suntik insulin umumnya diperuntukkan bagi penderita diabetes, baik diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2. Pada penderita diabetes tipe 1, terapi insulin ini harus dilakukan seumur hidup.
Sementara itu, pada penderita diabetes tipe 2, pemakaian insulin sering kali dikombinasikan dengan obat antidiabetes dan diet khusus diabetes untuk mengendalikan kadar gula darah.
Sebelum memutuskan untuk melakukan terapi suntik hormon, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai kegunaan, tata cara, dosis, serta efek samping yang mungkin ditimbulkan.