Kanker esofagus adalah pertumbuhan sel-sel ganas yang terjadi di esofagus (kerongkongan). Esofagus merupakan saluran yang mengalirkan makanan dari mulut ke lambung.
Kanker esofagus bisa dialami oleh semua orang, tetapi lebih banyak dialami pria yang berusia di atas 40 tahun. Sel kanker ini biasanya berawal dari sel di bagian dalam kerongkongan.
Makin cepat kanker esofagus terdeteksi dan ditangani, maka hasil pengobatannya juga akan makin baik.
Penyebab Kanker Esofagus
Penyebab kanker esofagus belum dapat dipastikan. Namun, kanker ini diduga muncul karena sel-sel di dalam kerongkongan mengalami perubahan atau mutasi genetik, sehingga tumbuh secara tidak normal dan tidak terkendali. Sel abnormal tersebut menumpuk hingga membentuk tumor di dalam kerongkongan.
Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker esofagus, antara lain:
- Kebiasaan merokok, karena kandungan racun dan senyawa berbahaya dalam rokok dapat menyebabkan iritasi pada lapisan esofagus sehingga meningkatkan risiko terjadinya kanker esofagus
- Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, karena alkohol dapat membuat saluran esofagus mengalami iritasi dan peradangan yang bisa memicu pertumbuhan sel abnormal
- Kelainan di esophagus, seperti Barret’s esophagus dan akalasia
- Obesitas
- Pola makan kurang serat
- Radioterapi, misalnya untuk pengobatan kanker lain di daerah leher
Gejala Kanker Esofagus
Kanker esofagus jarang menimbulkan gejala pada tahap awal. Gejala biasanya baru muncul saat kanker sudah mencapai tahap lanjut. Beberapa gejala kanker esofagus meliputi:
- Nyeri ulu hati
- Nyeri di tenggorokan atau di belakang tulang dada
- Batuk kronis yang terjadi terus menerus
- Sulit menelan (disfagia)
- Berat badan turun drastis
- Batuk berdarah atau muntah darah
- BAB berdarah atau berwarna gelap
Kapan harus ke dokter
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter bila merasakan gejala kanker esofagus. Selain itu, penderita Barret’s esophagus juga perlu rutin melakukan pemeriksaan ke dokter. Barret’s esophagus merupakan kondisi prakanker yang meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker esofagus.
Penderita kanker kerongkongan atau kanker esofagus harus memeriksakan diri secara rutin ke dokter, baik selama menjalani pengobatan maupun setelah pengobatan selesai. Hal ini diperlukan agar dokter dapat melakukan evaluasi terhadap pengobatan dan mendeteksi lebih dini bila penyakit muncul kembali.
Diagnosis Kanker Esofagus
Pada tahap awal, dokter akan mendiagnosis kanker esofagus dengan menanyakan gejala yang dialami pasien dan riwayat kesehatannya. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang berikut ini:
-
Endoskopi
Endoskopi dilakukan untuk memeriksa iritasi atau keberadaan kanker di saluran esofagus. -
Foto Rontgen
Foto Rontgen bertujuan untuk melihat gambaran saluran esofagus. Pada pemeriksaan ini, pasien akan diminta untuk meminum zat pewarna (kontras) agar saluran esofagus terlihat lebih jelas. -
Biopsi
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan kerongkongan untuk kemudian diperiksa di laboratorium. Tujuan pemeriksaan biopsi adalah untuk mendeteksi sel kanker di jaringan esofagus.
Setelah memastikan keberadaan sel kanker, dokter bisa melakukan pemeriksaan lain, seperti Rontgen dada atau CT scan, untuk menentukan stadium kanker. Dari pemeriksaan tersebut, dokter dapat menentukan stadium kanker, seperti dijelaskan berikut ini:
-
Stadium 1
Pada stadium ini, kanker masih dalam lapisan esofagus dan belum menyebar ke jaringan sekitarnya, seperti kelenjar getah bening. -
Stadium 2
Pada stadium 2A, sel kanker sudah tumbuh menutupi lapisan luar esofagus. Sementara pada stadium 2B, kanker sudah melewati lapisan otot dan menyebar ke kelenjar getah bening. -
Stadium 3
Stadium 3A menandakan sel kanker sudah mencapai jaringan yang menutupi paru-paru (pleura) dan otot di bawah tulang iga. Sedangkan pada stadium 3B, sel kanker sudah tumbuh menutupi lapisan luar esofagus dan menyebar ke lapisan kelanjar getah bening di sekitar kerongkongan. -
Stadium 4
Pada stadium 4, kanker sudah berada dalam tahap lanjut dan menyebar ke organ tubuh lain, termasuk hati atau paru-paru.
Pengobatan Kanker Esofagus
Pengobatan kanker esofagus akan disesuaikan dengan lokasi dan stadium kanker. Jenis-jenis pengobatan untuk kanker esofagus adalah:
1. Operasi
Operasi dapat dilakukan untuk mengangkat jaringan kanker yang kecil, sebagian esofagus yang terkena kanker (esofagektomi), atau sebagian esofagus dan bagian atas lambung (esofagogastrektomi).
Dokter bedah bisa melakukan operasi dengan metode bedah terbuka atau dengan laparoskopi. Jenis operasi yang dilakukan akan disesuaikan dengan kondisi pasien.
2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Prosedur ini bisa dilakukan sebelum atau sesudah operasi, dan dapat dikombinasikan dengan radioterapi.
Kemoterapi dapat menyebabkan sejumlah efek samping, di antaranya adalah mual, berat badan turun, diare, kelelahan, tidak nafsu makan, infeksi, serta mudah memar dan mengalami perdarahan.
3. Radioterapi
Radioterapi dilakukan dengan menggunakan sinar khusus untuk membunuh sel kanker. Biasanya terapi ini digabungkan dengan kemoterapi. Radioterapi dilakukan setiap hari, selama 2–6 minggu.
Efek samping yang dapat dirasakan pasien setelah menjalani radioterapi antara lain reaksi kulit seperti terbakar atau nyeri, sulit menelan makanan dan minuman, serta kerusakan organ di sekitar lokasi tumbuhnya tumor.
4. Terapi target
Terapi target adalah pemberian obat-obatan untuk menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker di kerongkongan.
5. Terapi lainnya
Selain metode di atas, kanker esofagus juga dapat ditangani dengan beberapa prosedur di bawah ini:
- Imunoterapi, yaitu pemberian obat untuk meningkatkan sistem imun agar menyerang sel kanker
- Elektrokoagulasi, untuk menghancurkan sel kanker dengan aliran listrik
- Krioterapi, untuk membekukan dan membantu mengecilkan sel kanker.
Kanker esofagus dapat menyebabkan kesulitan menelan (disfagia) sehingga penderita berisiko mengalami kekurangan nutrisi. Untuk mengatasi disfagia, dokter akan meminta pasien untuk memperbaiki pola makan, melatih otot kerongkongan, dan memperbaiki posisi tubuh saat makan.
Komplikasi Kanker Esofagus
Kanker esofagus dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, yaitu:
-
Penyumbatan esofagus
Kanker esofagus dapat menyebabkan diameter esofagus mengecil sehingga makanan dan minuman akan sulit melewati esofagus. -
Nyeri di sekitar leher
Kanker esofagus yang sudah mencapai stadium lanjut dapat menimbulkan nyeri di bagian leher dan sekitarnya. -
Perdarahan esofagus
Perdarahan di esofagus akibat kanker biasanya muncul secara bertahap, tetapi juga bisa muncul secara tiba-tiba. -
Komplikasi setelah operasi
Pasien yang baru menjalani operasi kanker esofagus berisiko mengalami komplikasi berupa infeksi, perdarahan di area operasi, dan kerongkongan robek.
Jika terjadi komplikasi, maka penanganan yang bisa dilakukan antara lain dengan menghilangkan sumbatan esofagus melalui pemasangan alat medis khusus untuk menjaga agar esofagus tetap terbuka.
Tindakan lainnya adalah pemasangan selang untuk membantu mengatasi kesulitan makan setelah menjalani operasi esofagus.
Pencegahan Kanker Esofagus
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker esofagus dan menurunkan risikonya, antara lain:
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol
- Berhenti merokok
- Memperbanyak konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayur dan buah
- Menjaga berat badan yang ideal