Kanker testis adalah tumor ganas yang tumbuh di testis atau buah zakar. Umumnya, kanker testis ditandai dengan pertumbuhan benjolan yang tidak terasa nyeri di salah satu testis. Kanker testis termasuk jenis kanker langka yang paling sering terjadi pada pria usia 15–49 tahun.
Testis adalah organ reproduksi pria yang berada di dalam skrotum atau kantong testis. Organ ini berfungsi memproduksi sperma dan hormon testosteron yang berperan penting dalam perkembangan dan fungsi seksual pria.
Jika tidak segera ditangani, kanker testis berisiko menyebar ke organ dan jaringan tubuh lainnya. Sebaliknya, jika kanker testis dapat didiagnosis dan ditangani lebih cepat, keberhasilan pengobatan akan makin besar.
Jenis Kanker Testis
Berdasarkan jenis sel di mana kanker testis bermula, kanker testis terbagi dalam beberapa jenis. Kanker testis sel nutfah (germ cell) merupakan jenis yang paling sering terjadi. Sel nutfah sendiri merupakan jenis sel yang digunakan oleh tubuh untuk membentuk sperma.
Kanker testis sel nutfah dibagi lagi menjadi dua, yaitu seminoma dan nonseminoma. Jenis seminoma berkembang lebih lambat daripada jenis nonseminoma.
Selain kanker testis sel nutfah, ada jenis kanker testis lain yang jarang terjadi, yaitu tumor sel leydig dan tumor sel sertoli. Dua jenis kanker testis ini hanya terjadi pada 1–3% dari keseluruhan kasus kanker testis.
Penyebab Kanker Testis
Kanker testis terjadi ketika sel-sel di dalam testis tumbuh secara tidak normal dan tidak terkendali. Belum diketahui penyebab pasti kondisi ini, tetapi ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terserang kanker testis, yaitu:
- Berusia 15–49 tahun
- Menderita kriptorkismus, yaitu kondisi testis yang tidak turun
- Menderita kelainan perkembangan testis, misalnya akibat sindrom Klinefelter
- Pernah menderita kanker testis sebelumnya
- Memiliki keluarga dengan riwayat kanker testis
- Memiliki kebiasaan merokok
- Menderita HIV/AIDS, karena dapat menimbulkan peradangan jangka panjang sehingga berisiko menjadi kanker
Gejala Kanker Testis
Kanker testis biasanya hanya tumbuh di satu testis. Gejala yang paling sering terjadi adalah benjolan atau pembengkakan di testis yang biasanya tidak terasa nyeri. Benjolan tumor tersebut bisa sebesar kacang atau lebih besar, dan umumnya akan teraba saat sedang mandi.
Selain itu, ada beberapa gejala lain yang muncul akibat kanker testis, di antaranya:
- Nyeri di testis atau skrotum
- Penimbunan cairan di skrotum
- Rasa berat atau tidak nyaman di skrotum
- Sakit atau pegal di area perut dan selangkangan
- Perbedaan ukuran dan bentuk dari kedua sisi kantong skrotum
Jika tidak segera ditangani, kanker testis bisa menyebar (metastasis) ke organ tubuh lain. Tergantung area penyebarannya, penderita dapat mengalami gejala berikut ini:
- Batuk terus-menerus
- Batuk berdarah
- Benjolan atau pembengkakan di leher
- Sakit punggung bawah
- Sesak napas
- Pembengkakan atau pembesaran payudara
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami keluhan seperti yang telah disebutkan di atas. Segera ke dokter jika benjolan yang dialami membesar dengan cepat, mengalami perubahan warna, atau disertai dengan gangguan saat berkemih. Pemeriksaan dan penanganan sejak dini dapat mencegah terjadinya komplikasi.
Risiko kanker testis untuk kambuh tergolong tinggi. Oleh karena itu, penderita kanker testis yang sudah sembuh tetap perlu melakukan skrining atau kontrol secara berkala. Dokter umumnya menganjurkan skrining kanker testis dilakukan tiap 5–10 tahun sekali untuk mengetahui risiko kekambuhan kanker testis.
Diagnosis Kanker Testis
Dalam mendiagnosis kanker testis, dokter akan terlebih dahulu menanyakan gejala yang dialami pasien dan riwayat kesehatannya. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat benjolan di testis, perut bawah, dan area di sekitarnya.
Setelah itu, guna memastikan apakah benjolan tersebut kanker atau bukan, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang di bawah ini:
- USG skrotum, untuk mengetahui jenis benjolan yang ada di testis
- Tes darah, untuk mengukur kadar tumor marker (penanda tumor) dalam darah, seperti hormon AFP (alpha feto-protein), HCG (human chorionic gonadotrophin), dan LDH (lactate dehydrogenate)
Jika benjolan yang muncul diduga bersifat kanker, dokter akan melakukan biopsi (pengambilan sampel jaringan) testis untuk melihat jenis sel-sel yang tumbuh. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui jenis kanker testis yang dialami pasien dan menentukan pengobatan yang tepat.
Berbeda dengan biopsi pada kanker lain, biopsi kanker testis biasanya dilakukan bersamaan dengan operasi pengangkatan seluruh bagian testis yang terserang kanker. Tindakan ini disebut orkiektomi. Tujuannya adalah untuk mencegah sel kanker menyebar.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemindaian dengan Rontgen, CT scan, atau MRI untuk menentukan stadium atau tingkat penyebaran kanker. Penentuan ini penting agar pasien mendapat pengobatan yang akurat. Berikut adalah penjelasan mengenai stadium kanker testis:
-
Stadium 1
Kanker hanya terdapat di saluran testis dan belum menyebar ke jaringan di luar testis. -
Stadium 2
Kanker mulai menyebar ke satu atau beberapa kelenjar getah bening di perut, tetapi belum menyebar hingga ke organ tubuh lainnya. -
Stadium 3
Kanker sudah menyebar hingga ke organ lain yang terletak jauh dari testis, seperti paru-paru, hati, otak, atau tulang.
Pengobatan Kanker Testis
Pengobatan kanker testis tergantung pada jenis dan stadium kanker yang dialami pasien. Metode pengobatannya meliputi:
1. Orkiektomi
Orkiektomi adalah operasi pengangkatan testis yang terkena kanker. Operasi ini adalah pilihan pertama untuk mengatasi semua jenis dan stadium kanker testis.
2. Pengangkatan kelenjar getah bening
Pengangkatan kelenjar getah bening dilakukan pada kanker testis yang sudah menyebar ke kelenjar getah bening di area perut.
3. Radioterapi
Terapi radiasi bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker dengan menggunakan sinar radiasi tinggi. Radioterapi biasanya dilakukan setelah orkiektomi pada kanker testis jenis seminoma, terutama yang telah menyebar ke kelenjar getah bening.
4. Kemoterapi
Pada kemoterapi, dokter akan memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi bisa dilakukan sebagai terapi untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, juga sebagai terapi sebelum dan setelah operasi pengangkatan benjolan dan kelenjar getah bening.
5. Terapi pengganti hormon testosteron
Pengangkatan testis dapat memengaruhi produksi hormon testosteron. Untuk mengatasinya, pasien akan diberikan terapi pengganti hormon berupa hormon testosteron sintetis.
Komplikasi Kanker Testis
Jika tidak segera ditangani, kanker testis bisa menyebar (metastasis) ke bagian tubuh lainnya. Pada sebagian besar kasus, kanker testis menyebar ke kelenjar getah bening, perut, atau paru-paru. Meski jarang terjadi, kanker testis juga bisa menyebar ke organ hati, tulang, dan otak.
Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah kemandulan setelah prosedur orkiektomi, tetapi hal tersebut biasanya hanya terjadi bila kedua testis diangkat.
Pencegahan Kanker Testis
Kanker testis tidak dapat dicegah, tetapi Anda bisa mendeteksinya sejak dini dengan melakukan pemeriksaan mandiri pada testis. Bila kanker testis terdeteksi lebih awal, penyebaran sel-sel kanker dapat dicegah. Selain itu, peluang untuk sembuh juga lebih besar.
Pemeriksaan testis secara mandiri sebaiknya dilakukan setelah mandi saat kondisi testis sedang rileks. Caranya adalah dengan menempatkan testis di antara ibu jari dan telunjuk dalam posisi berdiri. Setelah itu, raba seluruh bagian testis secara perlahan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan paling tidak satu kali dalam 1 bulan.
Segera periksakan ke dokter jika muncul tanda atau gejala berupa:
- Testis terasa nyeri saat diraba
- Pembengkakan atau benjolan pada testis
- Adanya perbedaan tekstur, ukuran, bentuk, atau kekerasan antara satu testis dengan testis yang lain
Penting untuk diingat, penderita kanker testis yang telah sembuh total tetap berisiko mengalami kekambuhan. Kanker testis biasanya kambuh 2–3 tahun setelah pengobatan selesai. Oleh karena itu, pasien yang sudah sembuh dianjurkan untuk tetap melakukan kontrol rutin sesuai anjuran dokter.