Kejang saat tidur bisa terjadi begitu saja tanpa disadari oleh penderitanya. Dalam istilah medis, kejang saat tidur dikenal dengan kejang nokturnal (nocturnal seizures). Kasus kejang saat tidur sangat jarang terjadi, tetapi kondisi ini tetap harus diwaspadai.
Secara umum, kejang terjadi saat ada gangguan pada aktivitas listrik di otak. Orang yang memiliki riwayat kejang, termasuk kejang saat tidur, biasanya telah didiagnosis menderita epilepsi. Kerjang saat tidur bisa memicu terjadinya kematian mendadak akibat epilepsi atau sudden unexpected death in epilepsy (SUDEP).
Penyebab Kejang Saat Tidur
Pada penderita epilepsi, kejang saat tidur terjadi saat gelombang di otak menjadi lebih sibuk karena harus memasuki berbagai tahapan tidur hanya dalam hitungan jam. Tahapan tidur ini dimulai dari setengah sadar, tidur ayam, tidur nyenyak, hingga rapid eye movement (REM). Siklus ini akan terus terulang ketika tidur.
Biasanya, kejang saat tidur paling sering terjadi di tahap setengah sadar dan tidur ayam. Sementara itu, kejang di tahap REM sangat jarang terjadi, tetapi bukan berarti tidak bisa terjadi sama sekali.
Selain gelombang otak yang sibuk, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kejang saat tidur adalah stres berat, kurang tidur, dan perubahan dosis dalam mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Kejang saat tidur juga dikaitkan dengan jenis epilepsi tertentu, seperti:
- Kejang tonik-klonik
- Kejang mioklonik
- Kejang rolandik jinak
- Kejang lobus frontal
- Sindrom Landau-Kleffner
Gejala Kejang Saat Tidur
Gejala kejang saat tidur bisa bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Berikut adalah gejala kejang saat tidur yang umum terjadi:
- Terjatuh dari tempat tidur
- Gerakan menyentak yang tidak terkendali pada lengan dan kaki
- Menangis atau mengeluarkan suara tidak normal
- Badan, tangan, maupun kaki kaku
- Pusing atau ditemukan beberapa memar baru saat bangun tidur
- Mengompol
Mengobati Kejang Saat Tidur
Seperti yang sudah disebutkan di atas, kejang saat tidur dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian mendadak akibat epilepsi (sudden unexpected death in epilepsy). Oleh karena itu, pengobatan dibutuhkan untuk meminimalkan risiko tersebut.
Sebelum dilakukan pengobatan, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mengetahui gejala kejang dan riwayat medis penderita secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa tes yang dilakukan oleh dokter:
- Pemeriksaan radiologi
- Tes darah
- Tes tidur dengan polisomnografi
- Tes pungsi lumbal
- Tes elektroensefalografi (EEG)
Setelah diagnosis kejang saat tidur diketahui, barulah dokter memberikan pengobatan sesuai dengan kondisi dan penyebab yang mendasarinya. Berikut adalah pengobatan kejang yang umum diberikan oleh dokter:
- Pemberian obat antikejang
- Diet keto
- Tindakan operasi untuk mengangkat bagian otak yang menyebabkan kejang
Tips Mencegah Kejang Saat Tidur
Berikut ini adalah upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kejang saat tidur:
1. Mencukupi waktu istirahat
Kurang tidur adalah salah satu pemicu kejang saat tidur. Oleh karena itu, pastikan Anda memiliki waktu tidur yang cukup. Idealnya, remaja membutuhkan waktu tidur sekitar 8–10 jam sehari dan orang dewasa perlu tidur sebanyak 7–9 jam sehari.
2. Rutin berolahraga
Selain istirahat yang cukup, Anda juga disarankan untuk rutin berolahraga. Olahraga dapat membantu mengurangi stres yang menjadi pemicu kejang. Beberapa pilihan olahraga yang bisa Anda lakukan adalah berjalan, berlari, berenang, maupun bersepeda.
3. Mengelola stres
Tips mencegah kejang saat tidur berikutnya adalah dengan mengelola stres. Sejumlah cara yang bisa Anda lakukan untuk mengelola stres adalah membaca buku, mendengarkan musik, atau menonton film.
Tidak hanya itu, Anda juga dapat berhenti merokok dan membatasi konsumsi minuman beralkohol untuk mencegah kejang saat tidur.
4. Rutin mengonsumsi obat
Anda juga disarankan untuk rutin mengonsumsi obat antikejang. Pastikan Anda mengonsumsi obat tersebut sesuai anjuran dan petunjuk dari dokter. Hindari mengonsumsi obat antikejang melebihi atau kurang dari dosis yang sudah ditentukan tanpa berkonsultasi atau mendapatkan persetujuan dari dokter.
Menerapkan tips-tips di atas dipercaya dapat mencegah atau mengurangi risiko terjadinya kejang saat tidur. Namun, jika kejang yang Anda alami sampai menyebabkan sakit kepala hebat, memar yang semakin banyak, atau sulit konsetrasi akibat tidur yang kurang berkualitas, sebaiknya periksakan diri Anda ke dokter untuk mendapatkan penanganan.