Salah satu penyakit berbahaya yang cukup sering menyerang kelenjar payudara wanita adalah kanker payudara. Oleh karena itu, pemeriksaan kelenjar payudara secara rutin penting dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini.
Meski sama-sama memiliki kelenjar payudara, anatomi dan fungsi kelenjar payudara pada wanita dan pria berbeda. Pada wanita, kelenjar ini mulai berkembang pada masa pubertas karena meningkatnya hormon estrogen. Setelah itu, payudara wanita akan mengalami perubahan struktur seiring perjalanan usia. Sementara pada pria, kelenjar payudara tidak banyak berubah dari anak-anak hingga dewasa.
Anatomi Kelenjar Payudara
Pada wanita, kelenjar payudara terdiri dari jaringan lemak, sekelompok lobulus, dan saluran duktus. Lobulus adalah kelenjar yang menghasilkan ASI. ASI yang diproduksi akan dialirkan melalui saluran ASI menuju puting. Kelenjar payudara pria juga memiliki jaringan lemak dan duktus, akan tetapi tidak memiliki lobulus.
Setelah melahirkan, tubuh wanita akan mengeluarkan hormon prolaktin yang berfungsi merangsang produksi ASI. Hormon prolaktin ini akan terangsang secara alami ketika wanita menyusui atau memompa ASI.
Saat tidak lagi menyusui, saluran ini akan tertutup oleh keratin untuk mencegah masuknya bakteri penyebab infeksi sampai terjadi lagi proses menyusui di kehamilan dan persalinan berikutnya. Setelah mencapai masa menopause, kelenjar payudara mengalami pengerutan dan kehilangan kemampuannya untuk memproduksi susu.
Kelenjar Payudara dan Kanker Payudara
Salah satu penyakit yang cukup umum menyerang kelenjar payudara adalah kanker payudara.
Berdasarkan bagiannya, kanker payudara dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ductal carcinoma atau kanker yang menyerang saluran susu (duktus) dan lobular carcinoma, yakni kanker yang tumbuh di dalam kelenjar susu (lobulus).
Berdasarkan penyebarannya, kanker payudara dapat bersifat in situ atau invasif. Disebut in situ bila sel kanker tetap berada di area asal munculnya kanker, sedangkan dikatakan invasif bila sel kanker telah menyebar ke area lain.
Di antara semua jenis tersebut, ductal carcinoma in situ (DCIS) adalah jenis yang paling sering terjadi dan merupakan bentuk paling awal dari kanker payudara yang biasanya ditemukan saat pemeriksaan payudara rutin atau skrining payudara. Carcinoma in situ berarti pertumbuhan sel abnormal hanya terjadi pada lapisan permukaan dan belum menyebar ke jaringan manapun.
DCIS relatif tidak membahayakan nyawa bila ditangani sejak dini, tetapi bila didiamkan dapat berkembang menjadi invasif. DCIS sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun, sehingga sulit terdiagnosis sejak dini.
Meski demikian, sebagian penderita DCIS terkadang mengalami gejala seperti keluarnya darah atau cairan dari puting atau munculnya benjolan di payudara. DCIS juga dikenal sebagai kanker payudara stadium 0. Umumnya, wanita yang mendapat perawatan pada stadium ini dapat sembuh dari kanker.
Langkah Penanganan Kanker Payudara
Operasi dan radiasi dapat menjadi pilihan terapi pada tahap ini. Operasi pengangkatan kelenjar payudara atau mastektomi akan disarankan, terutama pada penderita dengan kondisi berikut:
- Riwayat kanker payudara dalam keluarga.
- Tidak memungkinkan untuk menjalani terapi radiasi.
- Memiliki faktor genetik yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
- DCIS terjadi di beberapa area atau bagian payudara.
Deteksi Dini Kanker Payudara
Deteksi dan penanganan dini dapat meningkatkan peluang penderita untuk sembuh dari kanker payudara. Deteksi dini dapat dilakukan dengan cara paling sederhana, yaitu pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI.
Jika Anda merasakan benjolan atau gejala lain pada payudara, termasuk kulit payudara, segeralah periksakan ke dokter. Namun, sebelum munculnya gejala, Anda disarankan untuk melakukan skrining rutin di rumah sakit, terutama bila Anda sudah berusia 45 tahun atau lebih.
Saat menjalani skrining rutin, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada payudara Anda dan beberapa pemeriksaan penunjang berikut ini:
Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan payudara dengan menggunakan foto Rontgen. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya kelainan pada kelenjar payudara, baik dalam bentuk tumor, kista, penumpukan kalsium (kalsifikasi), atau bahkan kanker.
Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah risiko paparan radiasi dan rasa nyeri yang ditimbulkan saat pemeriksaan. Hal ini dikarenakan payudara harus ditekan dengan menggunakan alat pemeriksa saat menjalani mammografi. .
Sayangnya, mammografi tidak selalu akurat, terutama bila dilakukan pada wanita muda. Alasannya, karena struktur jaringan payudara pada wanita muda cenderung lebih padat, sehingga berisiko lebih tinggi untuk salah ditafsirkan. Selain itu, tidak semua jenis kanker payudara bisa terdeteksi melalui mammografi.
USG payudara
Pemeriksaan USG payudara umumnya lebih aman dan lebih nyaman dibandingkan mammografi. Hal ini dikarenakan pemeriksaan ini tidak menggunakan paparan radiasi dan tidak menyebabkan rasa sakit saat pemeriksaan.
Kemampuan deteksinya kurang lebih sama dengan mammografi, tergantung pada keadaan struktur jaringan payudara yang diperiksa. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan sebagai pelengkap mammografi dalam deteksi kanker payudara.
Kedua metode tersebut tidak untuk saling menggantikan, tetapi justru untuk saling melengkapi. Untuk memastikan kondisi kesehatan payudara Anda, rutinlah melakukan konsultasi ke dokter secara berkala.
Dokter akan menentukan jenis pemeriksaan apa yang perlu Anda jalani dan menentukan langkah penanganan jika terdapat tanda-tanda tumor atau kanker payudara.