Banyak aktivitas sehari-hari yang bisa menyebabkan terjadinya shaken baby syndrome. Meski tidak berniat membahayakan buah hati, sayangnya sebagian orang tua justru melakukan hal-hal yang bisa menyebabkan bayi mengalami guncangan terlalu kerasa pada kepalanya.
Tidak ada orang tua yang ingin membahayakan “malaikat kecilnya”. Namun, kurangnya pengetahuan tentang cara menenangkan bayi dan pola asuh yang sesuai dengan usianya justru bisa menimbulkan dampak buruk pada kesehatan Si Kecil. Salah satunya adalah shaken baby syndrome.
Penyebab dan Gejala Shaken Baby Syndrome
Shaken baby syndrome adalah sekumpulan gejala ketika bayi memperoleh guncangan terlalu keras pada kepalanya. Guncangan ini menyebabkan trauma kepala yang kemudian menghancurkan sel-sel otak dan menghambat masuknya oksigen ke dalam otak.
Pada akhirnya, Si Kecil bisa mengalami kerusakan otak permanen bahkan nyawanya pun bisa terancam, lho. Ada beberapa gejala yang bisa muncul saat bayi mengalami sindrom bayi terguncang, yaitu:
- Lebih rewel
- Tidak nafsu makan
- Terlihat lemas dan mengantuk setiap waktu
- Gangguan pernapasan
- Bibir dan kulit pucat atau kebiruan
- Gemetar atau tremor
Bila guncangan keras menyebabkan kerusakan otak yang parah, ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi, mulai dari kejang, syok, penurunan kesadaran, hingga lumpuh. Jika Bunda melihat bayi mengalami gejala di atas, segera bawa ia ke IGD rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Ini Aktivitas yang Bisa Menyebabkan Shaken Baby Syndrome
Tidak semua orang tua memahami apa itu shaken baby syndrome. Padahal, ada banyak lho aktivitas sehari-hari yang bisa menyebabkan bayi terkena sindrom ini, di antaranya:
1. Mengayun bayi
Mengayun bayi menggunakan tangan atau ayunan yang terbuat dari jarik memang bisa menenangkan bayi yang menangis dan membuatnya tertidur lelap. Namun, jika Bunda mengayunnya terlalu kencang, hal ini malah bisa menyebabkan kepala Si Kecil terguncang cukup keras dan meningkatkan shaken baby syndrome.
2. Mengangkat dan melempar bayi ke udara
Melihat bayi yang tertawa bahagia saat diangkat dan dilemparkan ke udara memang bisa membuat orang tua ikut senang, ya. Namun, tahukah Bunda bahwa aktivitas ini bisa membahayakan buah hati?
Melempar bayi ke udara terlalu kencang bisa menyebabkan kepalanya terjengkang ke depan dan belakang dengan cepat. Hal ini mampu meningkatkan risiko bayi mengalami shaken baby syndrome.
3. Mengabaikan penggunaan car seat
Penggunaan car seat atau kursi khusus bayi di mobil tidak hanya berfungsi sebagai tempat duduk Si Kecil, tetapi juga dibutuhkan untuk menjaga keselamatannya selama perjalanan.
Mengabaikan penggunaan car seat, khususnya bagi bayi di bawah 1 tahun, dapat meningkatkan risiko bayi mengalami shaken baby syndrome. Apalagi jika pengemudi mengendarai mobil ugal-ugalan dan tidak berhati-hati saat melewati jalanan rusak.
4. Menaiki odong-odong
Saat bayi menangis atau sedikit rewel, nggak sedikit orang tua yang menghiburnya dengan menaiki odong-odong. Permainan yang dioperasikan dengan koin atau kayuhan dari tukangnya tersebut bisa memberi sensasi seperti ayunan bagi bayi. Tak jarang, bayi pun akan lebih tenang dan mengantuk ketika naik permainan ini.
Namun, permainan ini bisa membahayakan kesehatan bayi, khususnya bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Soalnya, permainan ini biasanya tidak dilengkapi dengan sabuk pengaman dan gerakan (putaran) odong-odong bisa terlalu kuat.
5. Mengikutsertakan bayi dalam olahraga ekstrem
Tidak sedikit orang tua yang tertarik untuk mengikutsertakan bayi dalam olahraga ekstrem, misalnya naik jet ski atau flying fox. Kedua olahraga ini sangat membahayakan bayi, karena Si Kecil bisa terjatuh dari tempat tinggi yang dapat mengguncang kepalanya dan menyebabkan shaken baby syndrome. Selain itu, olahraga ekstrem juga bisa merenggut nyawa buah hati, Bun.
Tidak sedikit orang tua yang masih melakukan beberapa aktivitas di atas. Padahal, semuanya bisa membahayakan buah hati dan meningkatkan risiko ia mengalami shaken baby syndrome.
Bila Bunda tidak sengaja melakukan aktivitas-aktivitas di atas dan menyebabkan Si Kecil mengalami gejala-gejala yang sudah disebutkan, jangan tunda untuk membawanya ke dokter guna memperoleh penanganan yang tepat.