Pedofil merupakan sebutan untuk orang yang memiliki ketertarikan atau nafsu seksual terhadap anak-anak atau remaja di bawah usia 13 tahun. Sebagian besar pedofil adalah pria, tetapi wanita juga bisa mengalami gangguan seksual ini.
Bentuk penyimpangan seksual yang dilakukan seorang pedofil disebut pedofilia. Penyimpangan ini termasuk bagian dari gangguan seksual parafilia.
Parafilia sendiri adalah fantasi, dorongan, atau gairah seksual yang menyimpang dengan melibatkan objek, aktivitas, atau situasi yang bagi sebagian besar orang tidak menimbulkan gairah seksual.
Lebih Jauh Seputar Perilaku Pedofil
Perilaku pedofilia umumnya dimulai pada masa remaja atau dewasa muda. Pelaku biasanya memiliki fantasi dan dorongan seksual terhadap anak-anak di bawah usia 13 tahun. Untuk disebut sebagai pedofil, gangguan ini setidaknya harus dialami selama 6 bulan.
Umumnya, korban seorang pedofil adalah anak yang ia kenal, misalnya anak dari tetangga atau kerabatnya. Pedofilia berbeda dengan kekerasan seksual terhadap anak. Seorang pedofil memang memiliki ketertarikan seksual terhadap anak-anak, tetapi tidak membuatnya ingin melakukan pemaksaan kontak seksual.
Pedofil biasanya akan mendekati anak dengan memberikan perhatian. Setelah itu, barulah pedofil akan melanjutkan dengan percakapan intim dan sentuhan seksual. Pada tahap ini, anak sudah merasa dekat dengan pedofil tersebut sehingga merasa sungkan atau takut untuk menolak.
Anak-anak yang kesepian, tertekan, atau kurang mendapat perhatian dari orang tuanya adalah kelompok anak yang paling rentan menjadi korban pedofilia.
Meski kebanyakan pedofil tidak melakukan pemaksaan kontak seksual, tetapi perilakunya tetap bisa membawa dampak buruk pada kesehatan mental korbannya. Anak korban pedofil biasanya akan merasa stres atau depresi, bahkan hingga mengalami gangguan kecemasan karena trauma yang dialami.
Ciri-Ciri Pedofil
Untuk melindungi anak Anda dari pedofil, Anda perlu mengetahui ciri-ciri pedofil terlebih dahulu. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
- Sering mengakrabkan diri dengan anak-anak
- Kerap menonton konten-konten pornografi anak
- Sering melakukan aktivitas seksual dengan anak, misalnya membuka baju anak
- Senang melihat dan memperhatikan anak yang disukai
- Selalu ingin menyentuh anggota tubuh anak, biasanya dimulai dari anggota tubuh yang tidak intim hingga akhirnya menyentuh alat kelamin anak
- Jarang bergaul dan lebih suka menyendiri atau antisosial
- Bisa memiliki masalah penyalahgunaan NAPZA
Penyebab Seseorang Menjadi Pedofil
Hingga kini, penyebab seseorang menjadi pedofil belum diketahui secara pasti. Ada studi yang menyebutkan bahwa gangguan ini bisa diturunkan dari keluarga. Namun, masih belum jelas apakah ini terkait faktor genetik atau pola perilaku yang diturunkan.
Selain itu, ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang menjadi pedofil, yaitu:
- Riwayat pelecehan seksual pada masa kanak-kanak
- Riwayat cedera kepala saat masa kanak-kanak
- Kelainan pada otak
Penanganan untuk Pedofil
Penanganan terhadap perilaku pedofilia biasanya bertujuan untuk membantu seorang pedofil agar mampu mengelola perasaan dan ketertarikannya terhadap anak kecil. Dengan begitu, seorang pedofil diharapkan bisa menahan diri untuk tidak melanjutkan perasaannya menjadi aktivitas seksual.
Ada beberapa jenis perawatan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien dengan pedofilia, yaitu:
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi ini merupakan salah satu bentuk terapi bicara yang dilakukan untuk memodifikasi pikiran dan perasaan seorang pedofil terhadap anak-anak.
Terapi perilaku kognitif dilakukan dengan cara meningkatkan empati pelaku pedofilia terhadap anak-anak korban kekerasan seksual, sehingga ia tidak terdorong untuk melakukan tindakan yang sama.
Melalui terapi ini, seorang pedofil juga akan dilatih untuk mengantisipasi situasi yang bisa meningkatkan risiko pelecehan seksual terhadap anak dan bagaimana cara menghindari atau mengalihkan keinginan seksualnya dengan sesuatu yang lebih positif.
2. Obat-obatan
Selain psikoterapi, psikiater juga akan meresepkan obat-obatan, seperti medroxyprogesterone acetate dan leuprolide acetate. Pengobatan ini dilakukan untuk menekan produksi hormon testosteron, sehingga gairah seksual pelaku pedofilia bisa menurun.
Penanganan untuk seorang pedofil biasanya dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Keberhasilannya pun tergantung pada orang itu sendiri. Hasil terbaik bisa didapatkan jika penderita pedofil secara sukarela dan bersungguh-sungguh menjalani seluruh rangkaian perawatan dan pengobatan yang diberikan untuknya.
Meski kebanyakan perbuatan pedofil mengerikan dan tidak bisa diterima, ingatlah bahwa ada juga pedofil yang merasa frustrasi dengan perasaan yang ada di dalam dirinya. Ia tahu bahwa hal ini salah, tetapi kesulitan dalam menahannya.
Oleh karena itu, bila Anda mengenal orang yang memiliki ciri-ciri pedofil atau mungkin Anda sendiri merasa terganggu karena mengalami ketertarikan terhadap anak kecil, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater guna mendapatkan penanganan yang tepat.