Rapid test bertujuan untuk untuk memeriksa kemungkinan seseorang terinfeksi dan berpotensi menyebarkan virus Corona. Kenali lebih dalam mengenai jenis, prosedur pelaksaanaan, dan kegunaan rapid test untuk virus Corona dalam artikel berikut.
Rapid test atau tes cepat menjadi salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya infeksi COVID-19 dalam tubuh manusia. Pemeriksaan ini hanya merupakan skrining awal. Untuk memastikan apakah seseorang terinfeksi CPVOD-19 atau tidak harus tetap dikonfirmasi melalui pemeriksaan PCR.
Rapid test dan PCR kini digunakan sebagai persyaratan untuk mereka yang akan melakukan perjalanan dengan kendaraan umum, seperti kereta dan pesawat, terutama bagi mereka yang belum melengkapi vaksinasi COVID-19.
Selain itu, hasil rapid test juga mungkin diperlukan sebelum Anda mendapatkan tindakan medis, seperti perawatan gigi.
Jenis Rapid Test?
Terdapat dua jenis rapid test corona yang umum digunakan, yaitu:
1. Rapid tes antibodi
Saat awal pandemi, rapid test yang banyak digunakan sebagai metode skirining adalah rapid test antibodi. Tes ini berguna untuk mendeteksi antibodi IgM dan IgG. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila terjadi paparan dengan virus Corona.
Dengan kata lain, bila antibodi ini terdeteksi di dalam tubuh seseorang, artinya tubuh orang tersebut pernah terpapar atau terinfeksi oleh virus Corona. Namun, perlu Anda ketahui, pembentukan antibodi ini memerlukan waktu, bahkan bisa sampai beberapa minggu.
Hal inilah yang menyebabkan keakuratan dari rapid test antibodi ini sangat rendah. Bahkan dalam sebuah pengamatan, disimpulkan bahwa keakuratan rapid test dalam mendeteksi antibodi terhadap SARS-CoV-2 hanya 18%.
Artinya, jika 100 orang mendapatkan hasil negatif dari rapid test, hanya 18 orang yang benar-benar tidak terinfeksi virus ini. Sementara itu, 92 orang lainnya sebenarnya telah terinfeksi, tapi tidak terdeteksi oleh tes ini.
WHO secara tegas tidak menyarankan penggunaan rapid test antibodi untuk menegakkan diagnosis COVID-19. Meski begitu, WHO tetap memperbolehkan penggunaan tes ini untuk penelitian atau pemeriksaan epidemiologi.
2. Swab antigen (rapid test antigen)
Selain rapid test untuk antibodi, ada juga jenis rapid test antigen untuk mendeteksi protein yang membentuk badan virus penyebab COVID-19.
Metode rapid test ini memang lebih akurat dari rapid test antibodi. Namun, tes ini hanya akurat dilakukan pada pasien dengan jumlah virus yang tinggi di tubuhnya.
Sementara pada orang yang belum diketahui statusnya, keakuratan tes ini cukup rendah. Oleh karena itu, penggunaan tes ini untuk menegakkan diagnosis sangat tidak disarankan.
Tes yang dapat memastikan apakah seseorang positif terinfeksi virus Corona sejauh ini hanyalah pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan ini bisa mendeteksi langsung keberadaan virus Corona, bukan melalui ada tidaknya antibodi terhadap virus ini.
Prosedur dan Interpretasi Hasil Rapid Test
Prosedur pemeriksaan rapid test antibodi dimulai dengan mengambil sampel darah dari ujung jari yang kemudian diteteskan ke alat rapid test. Selanjutnya, cairan untuk menandai antibodi akan diteteskan di tempat yang sama. Hasilnya akan berupa garis yang muncul kurang lebih 20 menit setelahnya.
Hasil rapid test positif (reaktif) menandakan bahwa orang yang diperiksa pernah terinfeksi virus Corona. Meski begitu, orang yang sudah terinfeksi virus Corona dan memiliki virus ini di dalam tubuhnya bisa saja mendapatkan hasil rapid test negatif (non-reaktif), karena tubuhnya belum membentuk antibodi terhadap virus Corona.
Bila hasil rapid test Anda positif, jangan panik dulu. Antibodi yang terdeteksi pada rapid test bisa saja merupakan antibodi terhadap virus lain atau coronavirus jenis lain, bukan yang menyebabkan COVID-19.
Sementara untuk rapid test antigen, pemeriksaannya cukup berbeda. Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan tes ini adalah hasil swab hidung dan tenggorokan atau bisa juga air liur. Tes ini dapat mendeteksi ada atau tidaknya antigen virus penyebab COVID-19 dalam waktu 15-30 menit.
Bila hasil rapid test antigen negatif, Anda tetap harus menjalani isolasi mandiri, apalagi jika mengalami gejala saluran pernapasan. Sementara bila hasilnya positif, masih ada kemungkinan bahwa antigen tidak berasal dari virus penyebab COVID-19.
Oleh karena itu, baik menggunakan rapid test antibodi maupun antigen, perlu dilakukan pengambilan swab untuk tes PCR guna memastikan apakah benar terdapat infeksi SARS-CoV-2. Jika hasilnya positif, lakukan isolasi mandiri minimal 10 hari sejak munculnya gejala dan bila gejala belum hilang, ditambah lagi hingga 3 hari bebas gejala.
Selama isolasi, hindari berpergian dan kontak dengan orang lain yang tinggal serumah, sambil menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Terapkan physical distancing dan selalu kenakan masker.
Selain itu, apa pun hasil rapid test-nya, pantau terus kondisi kesehatan Anda. Bila muncul gejala COVID-19, seperti batuk, demam, suara serak, dan sesak napas, segera hubungi fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan atau pengobatan.
Anda dianjurkan untuk selalu menjaga protokol kesehatan meskipun saat ini sudah ada pelonggaran aturan terkait pencegahan COVID-19 dan masyarakat diharapakan dapat hidup berdampingan dengan COVID-19.
Jika Anda menderita COVID-19, tetapi sudah mendapatkan vaksinasi lengkap dan tidak memiliki penyakit komorbid, Anda disarankan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Anda dapat melakukan penanganan sesuai gejala, beristirahat yang cukup, serta mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
Guna mengetahui seberapa besar kemungkinan Anda telah terinfeksi virus Corona, cobalah fitur cek risiko tertular virus Corona yang disediakan secara gratis oleh ALODOKTER.
Bila Anda masih memiliki pertanyaan perihal virus Corona, Anda bisa chat dokter langsung melalui aplikasi ALODOKTER. Di aplikasi ini, Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit.