Risiko sedot lemak ada beragam dan dapat dibedakan menjadi risiko saat operasi, risiko setelah operasi, dan risiko selama proses pemulihan. Karena banyaknya risiko dalam prosedur ini, alangkah baiknya bila Anda mengetahuinya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menjalani sedot lemak.
Sedot lemak merupakan prosedur operasi untuk menghilangkan timbunan lemak yang sulit dihilangkan dengan olahraga dan diet, serta memperbaiki bentuk tubuh. Area tubuh yang biasanya diperindah dengan prosedur sedot lemak meliputi perut, pinggul, paha, bokong, lengan, atau leher.
Meski demikian, sedot lemak bukanlah cara terbaik untuk menurunkan berat badan, karena jumlah lemak yang dapat dihilangkan dalam prosedur ini hanya berkisar 0,5–5 kg.
Sama seperti prosedur operasi lainnya, sedot lemak juga memiliki beberapa risiko dan komplikasi. Beberapa risiko sedot lemak bahkan berbahaya dan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.
Risiko Sedot Lemak Saat Operasi
Saat menjalani prosedur sedot lemak, ada beberapa risiko yang dapat terjadi. Berikut ini adalah beberapa risiko sedot lemak saat operasi:
- Luka sayat pada organ lain
- Komplikasi anestesi
- Luka bakar yang disebabkan oleh penggunaan alat sedot lemak, seperti pada teknik laser dan ultrasound
- Kerusakan saraf
- Syok
- Kematian
Risiko Sedot Lemak setelah Operasi
Selain risiko saat operasi, ada pula beberapa risiko yang dapat Anda alami setelah menjalani prosedur sedot lemak. Berikut ini adalah beberapa risiko sedot lemak setelah operasi :
1. Emboli lemak
Kondisi ini terjadi saat pecahan lemak terlepas dan terperangkap di pembuluh darah, sehingga memicu terjadinya penyumbatan di aliran darah. Jika tidak segera ditangani, risiko sedot lemak yang satu ini bisa menyebabkan terganggunya fungsi organ bahkan kematian.
2. Infeksi
Meski jarang terjadi, infeksi bisa saja Anda alami setelah prosedur sedot lemak selesai dilakukan. Kondisi ini tergolong sebagai komplikasi serius karena infeksi yang terjadi di jaringan lemak sulit diobati dan dapat mengancam nyawa.
3. Hematoma
Risiko sedot lemak lainnya adalah hematoma atau memar, yaitu kondisi ketika darah merembes dan terkumpul di bawah kulit. Kondisi ini terjadi akibat pecah atau bocornya pembuluh darah saat dilakukannya prosedur sedot lemak.
4. Akumulasi cairan di bawah kulit
Akumulasi cairan yang ditandai dengan terbentuknya kantung cairan (seroma) di bawah kulit juga dapat menjadi salah satu risiko sedot lemak. Kondisi ini biasanya dapat hilang sendiri, tepatnya sebulan setelah menjalani sedot lemak.
5. Gangguan jantung dan ginjal
Perubahan kadar cairan dalam tubuh saat prosedur sedot lemak dapat menyebabkan gangguan pada ginjal, jantung, bahkan paru-paru. Risiko sedot lemak satu ini dapat mengancam jiwa bila tidak segera ditangani.
6. Lidocaine toxicity
Lidocaine merupakan obat bius lokal yang digunakan saat operasi sedot lemak. Meski jarang terjadi, pemberian obat bius ini dapat menyebabkan lidocaine toxicity yang mengakibatkan gangguan serius pada jantung dan sistem saraf pusat.
Selain beberapa kondisi di atas, risiko sedot lemak setelah operasi juga dapat berupa kematian jaringan (nekrosis) dan deep vein thrombosis (DVT).
Risiko Sedot Lemak Selama Proses Pemulihan
Selama proses pemulihan setelah menjalani prosedur sedot lemak, ada beberapa risiko sedot lemak yang dapat Anda alami, antara lain:
- Kulit menjadi bergelombang atau mengalami perubahan teksturs
- Perubahan pada bentuk atau kontur tubuh
- Nyeri dan bengkak
- Perubahan sensitivitas pada kulit
- Perubahan warna kulit
- Muncul bekas luka
Risiko sedot lemak ini dapat meningkat bila dokter membuat sayatan lebih luas di tubuh Anda atau menggunakan beberapa teknik sedot lemak selama proses operasi. Oleh karena itu, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter terkait risiko yang dapat terjadi sebelum Anda menjalani prosedur sedot lemak.
Dokter juga akan memberi tahu persiapan apa saja yang perlu Anda lakukan sebelum menjalani prosedur sedot lemak agar proses pemulihan dapat berjalan lancar dan hasil yang diinginkan pun dapat tercapai.