Deteksi dini alergi pada anak bisa dilakukan oleh orang tua. Pasalnya, anak bisa mengalami berbagai macam alergi, terutama jika ia memiliki riwayat alergi dalam keluarga.
Jenis alergi pada anak cukup bervariasi, mulai dari alergi kulit, alergi makanan, obat-obatan, hingga gigitan serangga. Alergi dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti bersin, batuk, pilek atau hidung meler, mengi, diare, hingga ruam.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, diperlukan deteksi dini alergi pada anak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar risiko anak mengalami alergi, sehingga orang tua bisa menghindarkan anak dari beberapa alergen yang memicu reaksi alergi pada anak.
Cara Deteksi Dini Alergi pada Anak
Orang tua dapat membawa anak ke dokter untuk mendeteksi alergi pada anak. Dokter mungkin memerlukan beberapa pemeriksaan atau tes alergi untuk mendeteksi dini alergi pada anak.
Beberapa tes alergi yang biasa dilakukan dokter untuk deteksi dini alergi pada anak adalah:
1. Pemeriksaan riwayat alergi dalam keluarga
Alergi pada anak umumnya bersifat genetik. Ini berarti anak berisiko memiliki alergi jika salah satu atau kedua orang tuanya menderita alergi.
Oleh karena itu, penting untuk menginformasikan dan mencatat riwayat kesehatan keluarga saat melakukan deteksi dini alergi pada anak. Hal ini akan memudahkan dokter untuk mendeteksi alergi yang dialami anak.
2. Tes kulit
Setelah dokter mengetahui riwayat alergi anak, dokter dapat melakukan tes kulit pada anak. Tes kulit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes tusuk kulit (skin prick test) dan tes intradermal.
Tes tusuk kulit dilakukan dengan cara meneteskan atau mengoleskan cairan yang berasal dari alergen (zat pemicu alergi) pada kulit anak. Sebelum cairan diteteskan atau dioleskan, kulit anak akan ditusuk sedikit.
Sementara pada tes intradermal, sedikit cairan alergen akan disuntikkan ke kulit anak. Daripada tes intradermal, tes tusuk kulit lebih sering dilakukan oleh dokter sebagai tes awal untuk mengetahui ada atau tidaknya reaksi alergi yang muncul.
Jika terdapat benjolan kemerahan seperti gigitan nyamuk yang disertai bengkak dan gatal pada kulit anak setelah dilakukan tes kulit, anak dinyatakan positif memiliki alergi.
3. Tes darah
Jika tes tusuk kulit tidak bisa dilakukan pada anak, dokter dapat menyarankan tes darah. Dalam tes ini, dokter akan meneliti dan menganalisis sistem kekebalan tubuh anak dalam merespon alergen. Sampel darah anak biasanya diambil dari punggung tangan.
Sebelum sampel darah diambil, kulit anak mungkin akan dibuat menjadi kebas atau mati rasa menggunakan semprotan atau krim khusus.
Diperlukan waktu berhari-hari untuk mendapatkan hasil melalui tes darah. Selain itu, tes darah membutuhkan biaya yang lebih mahal daripada tes tusuk kulit.
Tes darah juga memiliki risiko, seperti sakit atau perdarahan pada bekas suntikan, serta pingsan selama pengujian darah berlangsung.
4. Uji tempel kulit
Tes ini dilakukan untuk menentukan alergen yang menyebabkan dermatitis kontak. Dokter akan menempatkan atau menempelkan sedikit alergen pada kulit anak, lalu menutupinya dengan perban.
Setelah itu, dokter akan mengamati reaksi anak setelah 48–96 jam. Jika anak memiliki alergi terhadap alergen yang ditempelkan, akan timbul ruam di area kulit yang ditempelkan alergen tersebut.
Setelah mengetahui dan melakukan deteksi dini alergi pada anak, orang tua dapat menghindarkan anak dari alergen yang memicu reaksi alergi alergi. Jangan lupa untuk meminta saran dari dokter terkait penanganan gejala alergi pada anak yang mungkin saja terjadi di kemudian hari, misalnya denganpemberian obat alergi anak.